Selamat datang di website kami, Haidar Khotir, semoga sajian kami bermanfaat

Meneguhkan Amalan Setelah Ramadhan


Manfaat Amalan sunnah 

a.Dengan mengamalkan sunnah maka ia  akan menutup kekurangan ibadah wajib dan karenanya ibadah wajib tak luput dari kekurangan.

Salah satu contoh amalan sunnah yakni puasa 6 hari. Imam Malik tidak menguatkan. Imam syafi’i, Imam Ahmad, Imam Hanafiah mengatakan bahwasanya ini sunnah yang dikuatkan. Dan ini merupakan pendapat jumhur ulama.

b. Dengan mengamalkan sunnah akan menambah amalan shalih.

c. Terus meningkatkan kecintaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala, dan di satu sisi Allah akan mencintai hambanya.

d. Menambah kualitas Iman. Karena iman itu yazidu wa yanqush.

e. Interaksi dengan Rabb semakin kuat.

f. Lahan kita berlomba-lomba dalam ketaatan.

g. Mendorong untuk mengamalkan amalan-amalan wajib (Tidak dimungkinkan amalan sunnah dilakukan jika amalan wajib tidak selesai).

h. Amalan sunnah adalah sebagai pembuka amalan wajib misal shalat tahiyatul masjid, shalat sunnah qobla masjid.

i. Menutup amalan-amalan bid’ah dalam ibadah karena kita hanya mengikuti amalan-amalan yang dicontohkan oleh Rasul.

Tentang puasa 6 hari di bulan syawal

Dari Abu Ayyub al-Anshari  bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari bulan Syawwal, maka dia seperti berpuasa satu tahun penuh (puasa dahr) .” (H.R. Muslim 1164.)

Dari Tsauban, budak Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, bahwasanya beliau n/ bersabda, “Barangsiapa berpuasa enam hari setelah hari raya Idul Fithri, maka seperti telah berpuasa setahun penuh. Barangsiapa berbuat satu kebaikan, maka baginya sepuluh lipatnya.” (H.R. Ibnu Majah 1715.)

Kenapa puasa 6 hari di bulan syawal setara dengan 1 tahun.

Ini adalah keutamaan puasa 6 hari di bulan syawal (yang diberikan oleh Allah subhanahu wata’ala).

Puasa 1 tahun dan itu tidak dianjurkan dan yang paling ditekankan adalah puasa Daud.

Puasa 6 hari ba’da fitri (puasa 6 hari di bulan syawal) sebagai ekspresi kita kepada Allah ketika Allah memberikan ampunan.

Amalan shalih itu tidak ada batasan dan tentunya amal shalih yang lain itupun terbuka.

Tentang surat Al ‘Ashr dan Amal Shalih

Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata,

”Seandainya setiap manusia merenungkan surat ini (Al 'Ashr) , niscaya hal itu akan mencukupi untuk mereka.”

Karena Ia senantiasa beramal shalih, dan batasan amalan shalih itu tidak akan selesai semasa kita masih hidup. Esensi orang yang beriman adalah beramal shalih.

Pada saat seseorang bermaksiat maka itu buka termasuk/ dia sedang tidak beriman.

Ketika pada bulan ramadhan, kita itu berbicara baik atau diam .Maka seharusnya pulalah sesudah bulan ramadhan.

Selama seseorang masih hidup maka sepanjang itulah kita beramal shalih.

Bersegera untuk beramal shalih karena akan ada hambatan/ halangan yang diberikan oleh syaitan. Maka dalam beramal shalih harus bersegera ataupun berlomba-lomba dalam meraih amal shalih.

Pada kondisi kurang shalih atau dalam kelalaian maka bersegera mengikuti yang amalannya tidak shalih dengan amalan shalih. Dan ini karakter orang yang beriman.

Berturut-turut puasa 6 hari di bulan syawal bolehkah ?

Ada pendapat yang menyatakan 6 hari berturut-turut dalam mengerjakan puasa 6 hari di bulan syawal (ini pendapat imam an nawawi)

Ketika tidak dimungkinkan maka tidak berturutan itu sesuatu yang diperbolehkan (karena lafadz haditsnya umum).

Yakin dalam kebaikan

Ketika paham betul maka ia tidak akan menunggu (ragu-ragu) dan Ia akan bersegera menuju ampunan Allah yang luasnya bagaikan langit dan bumi.

Dan ini bukan berarti kita berbuat maksiat semauanya, namun karena luasnya ampunan maka ketika kita bermaksiat dan kemudian kita bersegera menuju shalih.

Qadha puasa 6 hari di bulan syawal bolehkah ?

Qadha itu pada suatu amalan yang wajib, jika ada uzur maka puasa sunnah 6 hari di bulan syawal tidak boleh di qadha (karena puasa 6 hari di bulan syawal ialah amalan sunnah).

Semisal seseorang yang tidur diwaktu dhuhur kemudian bangun ketika maghrib atau ketika tidur padha waktu malam setelah shalat isya’ kemudian dia ketiduran hingga waktu subuh selesai maka ia wajib meng-qadha yang shalat yang ditinggalkan karena tidur tadi dan memohon ampun (beristighfar) kepada Allah.

Ketika berniat di bulan syawal untuk puasa 6 hari maka itu sudah ditulis oleh Allah subhanahu wata’ala (disebabkan sakit yang tidak memungkinkan atau  musafir dan berhalangan atau semissal dengan itu).

Berkumpul dua ibadah dalam satu jenis maka tidak diperbolehkan.

Segala sesuatu berkaitan dengan apa yang diniatkan.

Maka tidak dimungkinkan, yang satu qadha wajib dan yang satu itu sunnah, maka tidak ada penggabungan antara amalan sunnah dan wajib.

Bisa digabungkan yakni hanya untuk ibadah Haji dan Umrah (Haji Qiran)

Niat yang istiqomah, dan ketika kita sudah yakin maka itu sebagai catatan amal shalih.

Ketika kita berniat azam (yakin) maka istiqomahlah dan melangkah untuk melakukan.

Tentang niat puasa,

Kalau puasa ramadhan itu diniatkan pada malam hari.

Namun puasa sunnah niatnya boleh dipertengahan hari ketika berpuasa.

Jika puasa syawal tidak selesai 6 hari ?

Karena tidak ada tuntutan untuk meng-qadha maka Allah sudah mengetahui diri kita dan setidakny kita sudah ber-ikhtiar.

Amalan yang sedikit namun ia kontinu itu jauh kebih baik.

Majelis Ilmu sebagai stabilisator

Para sahabat terbiasa untuk berkumpul pada suatu waktu dan kita bisa termotivasi kembali untuk beramal shalih.

Kalau kita rutin memiliki majelis maka pentingnya dan ia akan mengingatkan kembali.

Tempat problem, tempat lupa dan salah itulah manusia dan dalam kondisi seperti itu maka majelis itu sangat penting. Karena majelis ilmu mampu menjadi stabilitator iman.

Referensi :

Terinspirasi kajian dengan Tema "Keutamaan dan Amalan yang dianjurkan di Bulan Syawal oleh Ust. Sulkhan Zainuri, Lc @ 22 Agustus 2013
http://www.madinatuliman.com/images/syukur-ramadhan.jpg

Seindah Ekonomi Islam


"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman."
(Q.S. Al Baqarah : 278)

* Jangan sampai harta hanya berkutat pada orang-orang kaya.

1.    * Zakat itu harus dipaksa, dimana kalau sudah sampai batasnya maka harus diambil dan diberikan kepada yang lain.

2.   * Menakar dan menimbang itu tidak boleh curang, kalau bilang kualitas A, jangan dicampur-campur dan jangan sampai yang dialokasikan sekian (maksudnya tidak sesuai) kemudian diambil (dikurangi timbangan) untuk dirinya sendiri.

* Meninggalkan Riba. (peng-ed. masih berusaha untuk meninggalkannya,doakan)

“Sungguh akan datang pada manusia suatu masa (ketika) tiada seorangpun di antara mereka yang tidak akan memakan (harta) riba. Siapa saja yang (berusaha) tidak memakannya, maka ia tetap akan terkena debu (riba)nya”


(HR Ibnu Majah, hadits No.2278 dan Sunan Abu Dawud, hadits No.3331; dari Abu Hurairah).

Dan debu dari riba hari ini bentuknya adalah uang yang ada pada dompet kita masing-masing, suka atau tidak suka.
Uang viat atau uang kertas yakni uang yang tidak sesuai dengan nilai bahan.

Ada 3 parameter untuk kejayaan dunia dan ketiga-tiganya tidak masuk. Dan solusinya ada tiga yakni :
Jangan sampai uang viat lama-lama, segera belanjakan dalam tiga hal yakni :

* Untuk konsumsi kita,

* Gunakan untuk produksi maksudnya untuk membeli bisnis dan usaha atau titipkan kepada teman untuk bisnis.

* Kita penuhi Harta itu untuk Allah dalam bentuk zakat, infaq dan shadaqah.

Untuk menghindari debu riba yakni jangan bayar zakat dengan uang viat dan jadikan emas dulu baru diberikan ke lembaga zakat.

Untuk mendahulukan kebaikan itu sedikit demi sedikit berubah , ketika ingin berpindah dari yang riba (bank atau semisalnya) ke yang tidak riba

Sejarah bank indonesia,
* Dahulu bank indonesia adalah bagian dari bank belanda.
* UUD no. 19 tahun 1946 pasal 1 : rupiah Oeri setiap 10 rupiah = 5 gram emas.
* Perak dan emas yang digunakan dan perkembangannya yakni sekitar 2-3 % pertahun, dan populasi manusia didunia tidak sampai 2- 3 % maka penggunakan perak dan emas dianjurkan dibandingkan uang viat.

Konspirasi tentang Konspirasi Uang Dollar :

Selengkapnya : Teka-teki konspirasi uang dollar


Keistimewaan Ekonomi Islam :

Selengkapnya : Keistimewaan Ekonomi Islam

Referensi lebih lengkapnya baca artikel : Apakah Bunga Bank Termasuk Riba ?


Referensi :
Kajian Kejayaan Dunia dan Ekonomi Islam di Masjid Nurul Ashri oleh Ust.Pak Dhe Shalih

http://ibnuabbaskendari.files.wordpress.com/2011/08/keistimewaan-ekonomi-islam.jpg
Beberapa Tambahan untuk menambah wawasan...


Fadhillah Tilawah Al Qur'an


Seindah taman-taman surga yakni majelis Qur’an


“Sesungguhnya Allah,para malaikat Nya,penduduk langit dan bumi sampai pun semut di sarangnya dan ikan di lautan turut mendoakan kebaikan untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia”(H.R. Tirmidzi).

“Harus memiliki azam (kesungguhan yang kuat) untuk tahsin terutama untuk aku dan diri yang lain.”

“Orang yang shohibul Qur’an tidak akan pernah berhenti berinteraksi dengan Qur’an”

“Terus menerus menghafal, mentadaburi dan berusaha untuk mengamalkannya.”

“Mereka (para shohibul Qur’an) tidak menambah ayat-ayat baru kecuali untuk mentadaburi, tidak menambah hafalan yang baru melainkan yang setelahnya benar-benar dipahami dan diamalkan.”

“Fenomena yang sering terjadi bagi para penghafal adalah yakni sudah hafal kemudian lupa lagi.”

“Bukan mereka (para sahabat)  berkumpul di khalayak ramai kecuali di masjid.”

“Karena Allah menggerakan hati mereka (para sahabat), sebab Allah menghendaki hamba yang dipilih Allah menjadi generasi yang terbaik.”

“Mengingatkan diri, bahwasanya tidak boleh berhenti dan terus-menerus belajar sebagai pemandu, dan seorang Da’i senantiasa kembali kepada Al Qur’an dan as-sunnah.”

“Yuk, kita berupaya menjadi hafidzul Qur’an.”

“Sebuah penelitian bahwasanya Hanya ada 4 % yang hafal Qur’an di Indonesia.”

Ingat-ingat pesan dari Ibnu Sina, pada masa itu...
“Tidaklah ada anak diusia kami 10 tahun, melainkan dia hafal Al-Qur’an.”

“Targetkan sebelum lulus (wisuda) hafal Qur’an.”

“Bagaimana keturunan akan lebih baik, kalau kita (keturunan itu) tidak dekat dengan Al Qur’an.”

“Momentum selama satu bulan sekali khatam Al Qur’an, misal ; sehari sepuluh lembar ,sebelum dan setelah shalat sebanyak 1 lembar.”

Pertanyaan :

Mana yang lebih mudah, apakah rasa malas ataukah yang mudah Al-Qur’an.

Sejatinya bukan target di dalam Qur’an itu berapa banyak yang dibaca , namun senantiasa meningkatkan kualitas bacaannya.

"Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi."
(Q.S. Al Baqarah : 121)

Bagaimana makhrajul huruf dan sifatul huruf ?

Tahsin : 

Yakni senantiasa merujuk pada kemampuan dan memahami makhrajul huruf dan sifatul huruf.
Jangan gegabah, untuk menghafal Al-Qur’an minimal 50 kali menghatamkan Al Qur’an, jika menunggu kapan dan yang 25 kali dibaca di depan ustadz.

Di dalam tahsin seringnya kita mendengar lalu menirukan yang dibaca ustadz.
“Allah mencintai seseorang yang membaca, saat Al Qur’an itu diturunkan.”

“Barang siapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an maka baginya kebaikan sepuluh kali lipat, aku tidak mengatakan Alif Lam Mim satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf, Mim satu huruf.” (Shahih HR.Tirmidzi)

Fadhillah tilawah Qur’an

"Barangsiapa yang membaca 50 ayat dalam sehari semalam, maka ia tidak dicatat sebagai seorang yang lalai.

Barangsiapa yang membaca 100 ayat, maka ia dicatat sebagai orang yang qaniith (taat).

Barangsiapa yang membaca 200 ayat maka ia tidak akan dibantah oleh al Qur-aan pada hari kiamat.

Dan barang siapa yang membaca 500 ayat, maka dicatat baginya perbendaharaan harta berupa pahala".

(SHAHIIH li ghayrihi; HR. Ibnus Sunniy, lihat silsilah ash-shahiihah no. 642-643 sumber penomoran shahiih wa dhaiif al-adzkaar)

a. Seseorang yang diberi nikmat Al Qur’an, dia membacanya sepanjang hari sepanjang malam.

Membaca Qur’an dengan menghafalkannya benar-benar penting.

b. Orang yang membaca Al Qur’an dan hafal dia dibersamai oleh malaikat.

c. Bisa mengokohkan keimanan karena membaca atau mendengarkan Al Qur’an.

Yang lebih banyak sahabat nabi menghafal atau mengkhatam setiap pekan sekali. Begitulah iman mereka yang berarti mereka setiap bulan mengkhatamkan 4 kali.

Bagaimana iman kita, bagaimana semakin kokoh ?

Jika berpisah dari Al Qur’an ibarat jiwa itu wa yanqush

d. Setiap untaian ayat “sebagai shifa” sebab turunya kasih sayang Allah. Barangsiapa yang membacanya maka Al Qur’an itu mensucikan diri.

e. Meluruskan pola pikir, bagaimana kita bisa shalat, haji, puasa wajib sedangkan kita tidak mempelajarinya.

Barangsiapa yang tidak membaca tergolong orang-orang yang meninggalkan Al Qur’an.

Maka pola pikir kita akan jauh dari kebenaran ? dan yang benar benar akan terlihat benar, salah akan terlihat salah?

f. Lebih mengenal manhaj Allah

Kita mempunyai waktu untuk memahami dan mempelajari, dan terus menerus bertambah usia, maka semakin bertambah ayat ayat yang kita baca , amalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Referensi :
Terinspirasi Kajian Tahsin Qur'an di Masjid Mardliyyah oleh Ust. Shalihuddin di Masjid Nurul Ashri, 30 Juni 2013.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEip-1-J0tQVCN3phfwJuunP0tulRVb3Efxo7shWt3SxrCHXKeHgIWZ1qSiVEXbnwcAmzJs5JyjdX9YG0Jj952aRz5XWDYaLv37yi_dQqdF6iCeuy9FoB8EJbDyE-WyVeagLD5eZpTBrV7lo/s1600/al+quran.jpg

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes