Selamat datang di website kami, Haidar Khotir, semoga sajian kami bermanfaat

Indahnya Birrul walidain


“Orang tua adalah pintu surga yang paling tengah. Terserah maumu, apakah engkau menyia-nyiakan pintu itu atau memeliharanya.” (Al-Hadîts)

Orang tua adalah permata mulia yang dapat mengantarkan seseorang menuju surga, jika ia berbakti kepada keduanya. Namun orang tua juga bisa menjadi ‘pintu neraka’ bagi seorang anak yang berbuat durhaka kepada keduanya. Orang yang berakal tentu akan memilih ‘menjemput’ surga dengan bakti orang tua.

A. Birrul walidain ialah berbuat baik kepada kedua orang tua dan ini merupakan fitrah manusia, hewan saja yang ia tidak memiliki akal mereka mengakui orang tuanya dan bila kita durhaka kepada orang tua maka kita lebih rendah dibanding hewan. Terutama ibu kita karena rasulullah mengulangnya hingga 3x dibanding ayah terhadap yang siapa yang paling di utamakan.

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.'” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)

B. Birrul walidain adalah sesuatu yang lebih utama dibanding berjihad bila orang tua tidak mengizinkan dan meminta kita untuk menemani dan merawatnya.

Dari Abu Abdirrahman yaitu Abdullah bin Mas'ud r.a., katanya: Saya bertanya kepada Nabi s.a.w.: "Manakah amalan yang lebih tercinta disisi Allah?". Beliau menjawab: "Yaitu shalat tepat waktunya."
Saya bertanya pula: "Kemudian apakah?". Beliau menjawab: "Berbakti kepada orang tua."
Saya bertanya pula: "Kemudian apakah?". Beliau menjawab: "Yaitu berjihad fisabilillah.". (Muttafaq 'alaih)

Seorang lelaki datang kepada Rasululloh kemudian berkata:" wahai Rasululloh, aku ingin berperang, aku mendatangimu untuk meminta pendapatmu." Rasul berkata : " apakah engkau masih mempunyai ibu ?" lelaki tersebut menjawab : " iya." Rasul berkata : " jangan tingalkan ibumu, karena sesungguhnya syurga berada di kakinya." dalam riwayat yg lain , " apakah engkau masih mempunyai kedua orang tua?". aku berkata : " iya." Rasul berkata : " jangan kau tingalkan keduanya karena sesungguhnya syurga dibawah kaki keduanya.". (HR. ibnu majjah, an nasa'i dan al hakim)

C. Birrul walidain, Taat kepada Orang tua selagi bukan untuk bermaksiat kepada Allah dan pergauilah dengan baik dan begitu juga masyarakat dia taat kepada pemimpin selagi tidak bermaksiat kepada Allah dan tidak menyalahi wewenang.

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. Luqman [31] : 14 - 15)

D. Birrul walidain, Bila engkau adalah seorang laki-laki dan engkau sudah menikah. maka engkau hendaknya taat kepada orang tua dan istrimu taat kepadamu.

Hadits Imam Ahmad, An-Nasa’i, Al-Hakim yang menshahihkannya, dari Aisyah r.a. berkata:
“Aku bertanya kepada Nabi Muhammad saw., siapakah manusia yang paling berhak atas seorang wanita?” Jawabnya, “Suaminya.” “Kalau atas laki-laki?” Jawabnya, “Ibunya.”
Demikian juga yang diriwayatkan Al-Hakim dan Abu Daud dari Amr bin Syuaib dari ayahnya dari kakeknya, bahwa ada seorang wanita yang bertanya:
“Ya Rasulallah, sesungguhnya anak laki-lakiku ini, perutku pernah menjadi tempatnya, air susuku pernah menjadi minumannya, pangkuanku pernah menjadi pelipurnya. Dan sesungguhnya ayahnya menceraikanku, dan hendak mencabutnya dariku.” Rasulullah saw. bersabda, “Kamu lebih berhak daripada ayahnya, selama kamu belum menikah.”

E. Birrul walidain, Bila engkau adalah seorang suami maka nafkah yang utama dahulukan adalah untuk orang tua dan keluarganya (istri dan anaknya) kemudian kerabat, dsb.

Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan". Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya. (QS. Al-Baqarah [2] : 215) 

‘’Dan mereka (para istri) mempunyai hak diberi rizki dan pakaian (nafkah) yang diwajibkan atas kamu sekalian (wahai para suami).’’ (HR. Muslim 2137).

F. Birrul walidain, Bila hanya saja kita mengatakan ah atau sejenis itu atau kita memalingkan muka karena tidak suka, atau sejenis itu atau kita meninggikan suara dan dari salah satu itu kita lakukan maka itu sudah menuju ke durhaka kepada orang tua. menyakitinya. Dan bila kepada orang tua hindarkanlah untuk mengeluh dan berikanlah kabar gembira. ini semua akan kita pahami jika kita sudah menjadi orang tua.

Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.’” (Al-Israa’ : 23-24).

G. Birrul walidain, Bila seseorang semisal orang tuanya sudah meninggal maka ia wajib berbuat baik kepada kerabat dari pihak ibu dan pihak bapak dan bersilaturahim. Bedakan antara silaturahim dan silat ukhuwah ? mana yang lebih utama.

“Bentuk kebaktian kepada orang tua yang paling tinggi, menyambung hubungan dengan orang yang dicintai bapaknya, setelah ayahnya meninggal.” (HR. Muslim no. 2552)

Hal ini merupakan salah satu bentuk berbakti kepada orang tua yang tingkatannya sangat tinggi adalah menjaga hubungan silaturahmi dengan semua keluarga yang masih kerabat dengan orang tua kita dan orang-orang yang menjadi teman dekat orang tua.

H. Birrul walidain, hendaknya kita mendoakan orang tua dalam ibadah-ibadah kita dan setiap selesai shalat.

I. Birrul walidain, birrul walidain senantiasa disandingkan dengan taat kepada Allah dan taat kepada ulil amri dan juga keridhaan Allah terletak pada keridhaan orang tua dan bersyukur kepada Allah disandingkan dengan bersyukur kepada orang tua.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,”Ridha Rabb terletak pada ridha kedua orang tua dan murka-Nya terletak pada kemurkaan keduanya.” (Riwayat Ath Thabarani, dishahihkan oleh Al Hafidz As Suyuthi)

J. Birrul walidain, beliau orang tua kita senantiasa memuliakan kita hingga saat ini maka muliakan dia sampai akhir hidupnya.

K. Birrul walidain, bila suami memberi nafkah kepada orang tua dan istrinya maka dengan taatnya istri kepada suaminya selama tidak untuk bermaksiat kepada Allah maka dapat menjadi wasilah masuk surga bagi orang tua istri.

Referensi :
Dari berbagai sumber.
https://hannikasim.files.wordpress.com/2009/06/redrose3.jpg

Memaknai Ujian Hidup

Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, (QS. Al-Mulk [67] : 2)

Setiap kita sejatinya akan menghadapi ujian di dalam hidup. Ujian hidup adalah suatu keniscayaan bagi makhluk. Allah subhanahu wata’ala menguji hamba-Nya sebagai ujian pembuktian iman seseorang.

Sebagaimana Allah berfirman,

“Alif laam miim, Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?, Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS. Al-Ankabut [29] : 1 - 3)

Ujian ataupun musibah dari ujian itu memiliki beberapa tipe dan itu bergantung bagaimana seseorang didalam menyikapinya,

1. Ujian dikatakan sebagai azab, dikatakan demikian manakala seseorang senantiasa berbuat maksiat dan hati orang yang mengalami ujian itu terasa sempit dan berburuk sangka kepada Allah.

2. Ujian dikatakan sebagai tadzkirah atau peringatan, dikatakan demikian manakala seseorang senantiasa menunda-nunda diri taubat dan Allah subhanahu wata’ala memberikan peringatan untuk kembali kepada-Nya dan taat dan hati masih ada sakit dan seseorang tersebut tidak berburuk sangka kepada Allah.

3. Ujian dikatakan sebagai pengangkat derajat seseorang, dikatakan manakala seseorang berprasangka baik kepada Allah dan bisa mengambil pelajaran dan hatinya lapang dan menjadikan sebagai sarana untuk mengangkat derajat keimanan seseorang.

Bagaimanakah watak asli dari manusia ? sejatinya watak asli manusia ialah menerima dan manakala manusia menghadapi musibah maupun ujian kemudian dia menerimanya maka hati dan jiwa akan tenang, tentram dan lapang. contohnya : ketika kita dihina bila hati menerima dengan hati yang menolak mana yang lebih membuat bahagia ? tentu hati yang menerima dan memaafkan.

Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain, (QS. Thaha [20] : 55)

Kalau kita memahami bahwasanya manusia itu asalnya dari tanah. Kita tahu tanah itu senantiasa dibawah artinya tanah itu senantiasa memiliki watak menerima. Tanah itu mau dibor, ditancap, atau dibajak atau ditanami sesuatu atau diinjak ia senantiasa menerima.

Jadi, ujian atau persoalan hidup mungkin bisa sama namun bisa jadi dua orang atau tiga orang yang mengalami ujian yang sama itu menyikapinya berbeda. Mungkin ada yang menyikapinya seperti gelas plastik manakala di jatuhkan dia tidak akan pecah, dan ada yang menyikapinya seperti gelas kaca manakala dijatuhkan dia akan mudah pecah. 

Referensi : Khutbah Jum’at bersama Ust. Drs. Syatori Abdurrauf, 9 Oktober 2015  
http://image.slidesharecdn.com/dibalikujianadaberkah-130617211020-phpapp02/95/di-balik-ujian-ada-berkah-by-asep-supriatna-asepfakhri-7-638.jpg?cb=1371503563

Pluralisme Agama dan Multikulturalisme


Bahasan ini bermanfaat bagi kita untuk mewaspadai, menghindari serta menjauhkan diri dari paham pluralisme yang berkaitan dengan agama. Paham pluralisme dan multikulturalisme sejatinya membahayakan keimanan dan nilai-nilai Tauhid. Pluralis atau keberagaman itu tidaklah masalah, hal ini akan menjadi masalah dan membahayakan manakala menjadi pluralisme, dan lebih membahayakan lagi bila menjadi pluralisme agama yang lahir dari doktrin pluralisme.

Pluralisme,
 
Isme ialah paham atau atau cara memandang segala sesuatu berdasarkan hal itu. Terkait pluralisme disini, pastinya asing dalam agama islam. Karena dalam agama islam jelas disebut dengan aqidah, jelas datangnya dari Al-Quran dan Hadits. Pluralisme itu sendiri lahir dari posmodernisme, yaitu mengenai relativitas kebenaran, yang, anti agama. Karena pada dekade terakhir ini menyatu dengan agama, maka disebutlah pluralisme agama.

Pluralisme adalah perpanjang tanganan dari sekulerime-liberalisme yang gagal. Pluralisme itu sendiri terbagi nenjadi dua. Pertama yang dicetuskan oleh John Hick dan Schuon. Menurut John Hick, pemusatan agama, menuju pemusatan tuhan. Sehingga, agama-agama yang berbeda harus menjadi satu.

Dengan kata lain Pluralisme itu suatu pintu pemikiran yang sangat percaya pada God spot. Pintu-pintu pemikiran akan pluralisme ini masuk pada ranah-ranah seperti ranah intelektual, ranah kegoncangan spiritual, dan juga ranah scientific.

Menurut John Hick, pemusatan agama, menuju pemusatan tuhan. Sehingga, agama-agama yang berbeda harus menjadi satu. Perbedaan-perbedaan agama yang kemudian muncul saat ini, menurut John Hick, hanya disebabkan oleh pengalaman spiritual yang berbeda. Namun pada hakikatnya berpusat atau menuju kepada tuhan yang sama. Kebenaran itu plural, tidak tunggal. Hal inilah yang juga kemudian mendorong Hick untuk mencetuskan teori global di mana merupakan suatu wadah yang menurut Hick adalah suatu hal yang realistis yang dapat merangkul semua agama-agama.

Sedangkan Schuon membagi pendapatnya mengenai pluralisme agama ke dalam dua hal. Pertama secara eksternal, dan yang kedua secara batin. Secara eksternal, adalah apa-apa yang terlihat seperti misalnya ritual peribadatan. Hanya pada tahap ini yang kemudian berbeda, sedangkan pada konsep batin, hampir sama dengan Hick, bahwa pada dasarnya juga menurut Schuon, menuju kepada titik yang sama.

Pluralisme memiliki dua wajah yakni toleransi dimana masing-masing agama, ras, suku dan kepercayaan berpegang pada prinsip masing-masing dan menghormati prinsip dan kepercayaan orang lain. Toleransi diperbolehkan, namun yang kemudian menjadi  tidak tepat adalah toleran tanpa batas hingga terkesan tidak memiliki pijakan. Wajah yang kedua dari pluralisme ialah relativisme kebenaran artinya sudah tidak berpegang dengan dasar apapun dan Masyarakat harus menerima kenyataan bahwa di sana tidak ada kebenaran tunggal (mutlak), artinya semua benar, atau bisa dikatakan pula masyarakat tidak boleh memiliki keyakinan bahwa agama dan kepercayaan mereka itu benar atau paling benar. Bahkan, dalam satu pengertian, Pluralisme mengajarkan bahwa sebenarnya kebenaran itu tidak ada.

Pluralisme berusaha masuk ke Indonesia dan menunjukkan wajah manisnya serta membawa proyek-proyek toleransi dan kerukunan hidup namun juga  terdapat proyek terselubung untuk menyamakan semua agama, yang berujung pada relativitas kebenaran, sampai akhirnya dapat dikatakan, proyek terminasi agama-agama dari skeptisisme, hingga dapat melenyapkan agama-agama.

Oleh karena itu Doktrin atau paham sekularisme, pluralisme, dan liberalisme agama adalah paham yang bertentangan dengan ajaran agama Islam, dan hukumnya haram sesuai fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) no. 7 tahun 2005.

Pandangan agama-agama samawi terkait pluralisme agama,

Agama Katolik menyatakan kalau pluralisme agama-agama tersebut sangat bertentangan dengan ajaran agama Katolik. Mereka menolak pluralisme berdasar dekrit dominic Jesus tahun 2000, karena bagi mereka Jesus Kristuslah satu-satunya pengantar keselamatan.

Agama Protestan, juga sama menolak karena bagi mereka, pluralisme agama dapat memudarkan keislaman terhadap agama yang diyakini.

Sama halnya dengan agama Hindu, dalam agama Hindu, terdapat ajaran yoga, di mana hal tersebut tidak terdapat dalam ajaran agama lain. Sehingga jelas bagi mereka, agama Hindu tidak dapat disamakan dengan agama lain. Walaupun ada yang menyebut agama Hindu itu pluralis, akan tetapi hal tersebut pada hakikatnya hanya terrdapat di dalam kehidupan agama Hindu, sedang tidak di luar.

Dan bagi agama Islam, agama islam pun sama menolak adanya pluralisme agama karena berdasar quran surat Ali-Imran ayat 19 yang artinya Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam, Allah mengutus rasul dan menyuruh kita berdakwah. Dengan adanya pluralisme otomatis akan menghapus perintah berdakwah sekaligus menghapus superioritas islam atas agama yang lain sesuai quran surat Ali-Imran ayat 19 tersebut di atas.

Multikulturalisme,

Secara sederhana, multikulturalisme ialah suatu paham atau konsep dimana sebuah komunitas dalam konteks kebangsaan dapat mengakui keberagaman, perbedaan dan kemajemukan budaya, baik ras, suku, etnis dan agama (Ngainun, Pendidikan Multikultural ; Konsep dan Aplikasi, hal 126).

Jika wacana multikulturalisme yang mengajarkan kepada sseseorang maupun siswa untuk menghargai keberagaman suku, ras, etnis, agama. Maka sesungguhnya Islam sudah mengajarkannya dan mempraktikannya sejak ribuan tahun lalu, sejak zaman Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Akan tetapi, Problem ini muncul manakala muncul wacana yang kemudian dimasuki paham-paham asing, diantaranya pluralisme agama, relativisme kebenaran, humanisme sekuler. Bila sudah dimasuki oleh paham-paham asing maka multikulturalisme ini dapat merusak aqidah umat Islam, merusak moral/adab, merusak pemahaman tentang agama Islam, hal yang demikian ini bukan malah memberikan solusi terhadap disitegrasi bangsa, malah akan menambah problem baru bagi umat Islam.

Referensi :
Seminar Nasional Tantangan Pemikiran Islam Kontemporer diselenggarakan oleh Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor, MIUMI (Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia), dan PKU (Program Kaderisasi Ulama) DIY Gontor dengan Tutorial PAI UNY, DPPA UII, PTM, serta beberapa kampus lain di Yogyakarta, 23 Februari 2015
Misykat - Hamid Fahmi Zarkasyi
http://tutorialpaiuny.com
Modul
Gambar : http://koranfakta.net/wp/wp-content/uploads/2013/07/unity-google.jpg

Penyeberangan Shirath dan 'Jembatan Diantara Surga dan Neraka'

"Berhati-hati dari “duri-duri” dunia agar kita selamat dari kait-kait duri di akhirat ketika melintas di atas Ash-Shirath." Suatu kata-kata yang mengingatkan kita untuk senantiasa mawas diri.

Perjalanan ini adalah perjalanan yang menegangkan. Fase inilah yang menentukkan keimanan seseorang, apakah iman yang dia miliki jujur ataukah palsu.

Marilah kita pahami, Jembatan (shirat) itu berada diatas neraka Jahanam. Dan setiap hamba akan melewati sesuai kadar amalnya saat masih hidup di dunia. Ada yang melewatinya dengan cepat seperti kedipan mata, cahaya kilat, hembusan angin, burung terbang, atau penunggang kudan dan unta. Ada yang melewatinya seperti orang yang berlari, merangkak, berjalan cepat atau berjalan biasa. Ada pula yang merangkak dengan sulit sampai akhirnya selamat sampai ke ujung. Selebihnya berguguran ke dalam neraka Jahanam.

Berikut gambaran jembatan shirat,

Kemudian didatangkan jembatan lalu dibentangkan di atas permukaan neraka Jahannam. Kami (para Sahabat) bertanya: "Wahai Rasûlullâh, bagaimana (bentuk) jembatan itu?". Jawab beliau, "licin (lagi) mengelincirkan. Di atasnya terdapat besi-besi pengait dan kawat berduri yang ujungnya bengkok, ia bagaikan pohon berduri di Najd, dikenal dengan pohon Sa'dân ..." (Muttafaqun 'alaih)

Para Ulama menyebutkan pula bahwa shirâth tersebut lebih halus daripada rambut, lebih tajam dari pada pedang, dan lebih panas daripada bara api, licin dan mengelincirkan.

Untuk lebih jelasnya perjalanan shirat ini mari kita pahami hadits yang cukup panjang ini,

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwasanya para sahabat bertanya kepada Rasulullah,

"Wahai Rasulullah apakah pada hari kiamat kelak kita bisa melihat Rabb kita ?" Beliau balik bertanya, "Apakah kalian terhalang dari melihat bulan pada malam bulan purnama yang cerah tanpa awan ?" Para sahabat menjawab, "Tidak." Beliau bertanya lagi, "Apakah kalian terhalang dari melihat matahari pada tengah hari yang cerah tanpa awan ?" Para sahabat menjawab, "Tidak."

Beliau bersabda, "Demikian pula kalian tidak akan terhalang dari melihat Allah (sebagaimana kalian tidak terhalang dari melihat matahari di tengah hari atau bulan purnama saat tidak ada awan)."

Allah mengumpulkan manusia pada hari kiamat kelak, dan berfirman,

"Barang siapa beribadah kepada sesuatu, hendaklah dia mengikuti apa yang dia ibadahi itu !"

Maka siapa yang menyembah matahari akan mengikuti matahari. Siapa yang menyembah bulan akan mengikuti bulan. Siapa yang menyembah para thaghut akan mengikuti para thaghut. Yang tersisa hanyalah umat ini, termasuk di dalamnya orang-orang munafik. Allah mendatangi mereka dan berfirman,

"Aku adalah Rabb Kalian." Mereka menjawab, "Kami akan tetap bertahan disini sampai Rabb kami datang kepada kami. Jika Rabb kami datang, kami pasti mengenali-Nya."

Maka Allah mendatangi mereka dalam wujud yang mereka kenal, dan berfirman,

"Aku adalah Rabb kalian." Mereka menjawab, "Benar. Engkau adalah Rabb kami."  Mereka pun segera mengikuti-Nya. Lalu diletakkan sebuah jembatan di atas neraka Jahanam. Aku dan umatku adalah golongan manusia yang pertama kali melewatinya.

Pada hari itu tiada yang berbicara selain para Rasul, dan doa para Rasul pada saat itu adalah 'Ya Allah, selamatkanlah ! Selamatkanlah !'  "Pada jembatan itu ada jangkar pengait seperti duri As-Sa'dan. Pernahkah kalian melihat dari As-Sa'dan ?" Para sahabat menjawab, "Pernah, wahai Rasulullah."


السَّعْدَانِ
السَّعْدَانِ

Rasullullah bersabda, "Sesungguhnya jangkar-jangkar pengait itu seperti As-Sa'dan. Hanya saja besarnya hanya diketahui oleh Allah. Jangkar-jangkar pengait itu menyambar manusia sesuai kadar amal mereka. Di antara mereka ada yang dibinasakan dengan amalnya, dan ada pula yang beberapa kali terhenti kemudian bisa melewatinya dengan selamat." (HR. Bukhari no. 6088 dan Muslim no. 267)

Jembatan Antara Surga dan Neraka

"Jika orang-orang mukmin telah semalat dari (melewati ash-shirath yang berada di atas) neraka, mereka akan ditahan di sebuah jembatan di antara surga dan neraka. Di antara mereka dilakukan proses pembalasan setimpal atas kezhaliman-kezhaliman yang terjadi semasa mereka hidup di dunia. Jika mereka telah bersih, mereka akan diizinkan untuk masuk surga. Demi Allah yang nyawa Muhammad berada di tangan-Nya, sungguh salah seorang di antara mereka lebih mengetahui rumahnya di surga melebihi pengetahuannya terhadap rumahnya di dunia." (HR. Bukhari no. 2260) 

Jika  orang-orang yang benar telah sukses melewati shirat dan mereka berhenti di jembatan antara surga dan neraka. Hal ini berkaitan dengan muamalah. Qishas itu supaya tidak ada dengki, iri dan hasad dibersihkan supaya masuk surga pada kondisi yang terbaik.

Walaupun ke zhaliman telah mendapat hukuman setimpal namun hati tetap ada ganjalan.  Supaya bersih dan tidak ada padanya dendam atau ganjalan hati kepada orang yang zhalim kepadanya.  Di Qanthara (jembatan antara surga dan neraka) inilah ada pembersihan perasaan dongkol dari orang yang di zhalimi terhadap yang menzhaliminya. Dan orang yang menzhalimi akan mendapat balasan setimpal.

Dan seseorang tidak diperkenankan masuk surga kecuali ada Qishash (pembalasan) yang sempurna.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan syafa’at di padang mahsyar supaya segera dapat keputusan. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga meminta kepada malaikat penjaga surga akan membuka pintu sehingga dapat memasukinya.  Dan yang pertama masuk surga adalah umat muhammad.

Di neraka digiring dalam bentuk rombongan-rombongan. Setiap kali ada satu rombongan masuk maka ia mencaci maki rombongan sebelumnya. Sebagian berlepas diri kepada sebagian yang lain. Tidak lagi ikut-ikutan (dalam hal keburukan) itu bermanfaat. Yang mengajak kepada keburukan (ke neraka) lepas tangan dari yang diajak, ya keadaannya seperti itu.

Ketika masuk ke pintu neraka kemudian sudah langsung mendapat siksaan. Mereka masuk neraka . Orang kafir kekal di neraka selama-lamanya. Allah menakdirkannya masuk neraka bagi orang kafir. Dan  tidak ada detik akhirnya merasakan siksaan di neraka.

Referensi :
Kajian di Masjid Al-Hidayah Purwosari bersama Ust. Aris Munandar
Buku Perjalanan Ke Akhirat oleh Abu Fatiah Al Adnani
http://almanhaj.or.id/content/3612/slash/0/mengimani-shirth-jembatan-di-atas-neraka/
https://abangdani.wordpress.com/2013/01/02/beberapa-faidah-dari-sebuah-duri/

Memahami Hak Tetangga dalam Islam


“Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya, sampai ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Keutamaan tetangga,

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang memiliki hubungan kerabat dan tetangga yang bukan kerabat, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri” (QS. An Nisa: 36)

Hadits,

” Jibril ‘alaihissalam senantiasa (terus-menerus) berpesan kepadaku (untuk berbuat baik) dengan tetangga,sehingga aku mengira bahwasanya dia akan memberikan hak waris kepada tetangga.” (HR. Al-Bukhari no. 6014 dan 6015, Muslim no. 6852 dan 6854, dan imam-imam ahli hadits lainnya)

”Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia menghormati tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya.” (HR. Riwayat al-Bukhari no. 5673, 5784 dan 6111 dan Muslim kitab al-Iman bab al-Hats ‘ala Ikraamil Jaar wadh Dhaif no. 182)

Hadits ini sesuatu yang sudah jelas, Keimanan itu ada urutan-urutannya termasuk mencintai (berbuat baik kepada) tetangganya. Jelasnya penafian iman pada seseorang yang tidak cinta kepada tetangganya (hamba-Nya).  Namun hal penafian iman ini tidak sampai mengeluarkannya dari keimanan. Dan orang yang tidak berbuat baik kepada tetangganya itu bisa mengurangi kesempurnaan keimanan.

"Dari Anas bin Malik radhiallâhu 'anhu dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tidaklah (sempurna) iman seseorang diantara kalian hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri". (H.R.Bukhari dan Muslim).

Yang dimaksud mencintai disini ialah mencintai dalam hal kebaikan.

Kebanyakan tetangga itu menjadi pesaing dalam segala hal. Oleh karenanya didalam ketaatan dan kebaikan dari urusan-urusan kita bersama tetangga kita ialah dibutuhkan jiwa yang lapang, bersabar dan juga diperlukan usaha yang kuat.

Diantara kebaikan-kebaikan atau hak-hak tetangga, diantaranya :

1.    Berbuat lemah lembut, dan kebaikan berlemah lembut ini lebih diutamakan.

Rasulullah bersabda “Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan menyukai kelembutan. Dia memberikan kepada kelembutan apa yang tidak Dia berikan kepada kekerasan dan tidak pula Dia berikan kepada yang lainnya.’’ (HR Muslim).

Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.'' (QS. Ali Imran [3] : 159).

Urutan tetangga yang paling berhak ialah yang paling dekat dengan pintu kita, bisa jadi dari samping, depan maupun belakang.

Dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, dia berkata:

“Wahai Rasulullah, aku memiliki 2 tetangga, kepada yang mana yang aku harus beri hadiah (terlebih dahulu)? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Kepada pintu yang lebih dekat dengan rumahmu.””

2.    Memulai dengan mengucapkan salam kepada mereka.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda : Kalian tidak akan masuk Jannah sampai kalian beriman dan kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan apa yang bisa membuat kalian saling mencintai? Para Shahabat berkata : “Tentu ya Rasulullah..” Sebarkanlah salam diantara kalian”. (HR. Muslim no.54)

3.    Mengunjunginya manakala ia sakit.
4.    Ta’ziyah ketika mereka meninggal dunia.
5.    Kita berikan ucapan selamat manakala mendapat kabar gembira.
6.    Ketika mereka mendapatkan musibah (cobaan) atau terpeleset dalam kesalahan, maka hendaknya kita menjaga perasaannya, membantunya, mengingatkan dengan baik dan menasihati mereka dan jangan sampai menyakiti tetangga dalam bentuk apapun.

“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, ia tidak boleh mendzoliminya dan menyerahkannya (kepada musuh), barangsiapa menolong kebutuhan saudaranya maka Allah akan memenuhi kebutuhannya, Barangsiapa yang meringankan dari seorang mukmin satu kesulitan dan kesulitan-kesulitan dunia, maka Allah akan ringankan untuknya satu kesulitan dari kesulitan-kesulitan Hari Kiamat. Barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim maka akan Allah tutupi (aibnya) pada hari kiamat.” (Muttafaq ‘alaihi)

7.    Tidak mengintip (isi rumah) mereka.

Hadis riwayat Abu Hurairah radhiallahu 'anhu:

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Barang siapa melongok ke dalam rumah suatu kaum tanpa izin mereka, maka mereka boleh mencungkil matanya. (Shahih Muslim No.4016)

Diantara adab bertamu salah satunya ialah ketika mengetok pintu dan mengucapkan salam posisinya menghadap kesamping, dan manakala diperkenankan masuk dia masuk dan manakala tidak diperkenankan masuk maka ia pergi.

8.    Tidak banyak menguping, tidak menggunjing (ghibah) dan mengawasi tetangga serta hendaknya menjaga aib-aib tetangga.

"Barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim maka akan Allah tutupi (aibnya) pada hari kiamat.” (Muttafaq ‘alaihi)

9.    Menjaga mereka dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah.

10.    Menjaga atau memenuhi kebutuhan mereka (tetangga yang kekurangan) ketika ditinggal keluarganya.

Maksudnya tetangga ini berlaku secara umum bukan hanya yang beragama Islam, yang kafir, fasik, saudara kita pun sama halnya memiliki hak-hak sebagai tetangga.

Tetangga yang kafir maka baginya mendapat hak-hak sebagai tetangga adapun tetangga yang muslim maka baginya mendapat hak-hak sebagai tetangga dan hak-hak muslim.

Tetangga muslim dan ia adalah kerabat ia mendapatkan 3 hal yakni memiliki hak-hak sebagai tetangga, sebagai muslim dan hak sebagai kerabat.
Infak atau nafkah yang paling utama ialah mulai dari orang tua, keluarga, kerabat, orang miskin dan fakir. Dan ini yang paling afdhal.

Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan". Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya. (QS. Al-Baqarah [2] : 215)

Harta kita sejatinya semua milik orang tua. Namun kita bagi dan sesuai kebutuhan ada yang untuk orang tua dan ada yang untuk keluarga, kerabat dsb.

11.    Tidak dikatakan seorang mu’min. Dirinya kenyang dan saudaranya lapar.

Dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma, dia berkata: Aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Tidak disebut seorang mukmin yang dia kenyang sedangkan tetangganya lapar.”

Hal ini tidak langsung membuat seseorang keluar dari keimanan, namun hanya saja mengurangi kesempurnaan iman seseorang.

12.    Tidak boleh menutup pintu kita manakala dia ke rumah kita dan ingin mendapatkan keutamaan.

Dari Ibnu ‘Umar radhiallahu ‘anhuma, dia berkata:

“Telah datang kepada kami suatu zaman / masa, di mana tidak ada seorang yang lebih berhak untuk mendapatkan uang dirham dan dinar daripada saudaranya yang Muslim (masa para sahabat Nabi Muhammad yang mulia). Sekarang (masa setelah wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam), kemudian datang masa yang orang itu lebih cinta kepada uangnya (dirham dan dinarnya) daripada kepada saudaranya sesama Muslim. Aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Berapa banyak tetangga pada hari kiamat yang akan bergelantungan memegangi tetangganya, seraya berkata (kepada Allah), “Wahai Rabb-ku, orang ini yang menutup pintunya kepadaku dan dia menghalangi kebaikannya dariku (tidak pernah membantuku).””

13.    Hendaklah bersabar dengan tetangga karena sering kali didalam interaksi terjadi gesekan-gesekan dan bersabar adalah lebih baik. Dan juga bersabar kepada tetangga yang tidak baik.

“Tiga orang yang Allah cintai, seorang yang berjumpa musuhnya dalam keadaan berjihad dan mengharap pahala Allah, lalu berperang sampai terbunuh dan seseorang memiliki tetangga yang mengganggunya lalu ia sabar atas gangguan tersebut dan mengharap pahala Allah sampai Allah cukupkan dia dengan meninggal dunia serta seseorang bersama satu kaum lalu berjalan sampai rasa capai atau kantuk menyusahkan mereka, kemudian mereka berhenti di akhir malam, lalu dia bangkit berwudhu dan shalat.” (Riwayat Ahmad dengan sanad yang shohih) (Lihat Huququl Jaar Fi Shohihis Sunnah wal Atsar, karya Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid hal 32)

"Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas." (QS.Al-Kahfi [18] : 28)

14.Tidak keluar rumah dengan membawa makanan atau buah-buahan yang menimbulkan keirian anak tetangga, dimana orang tuanya tidak mampu membelikannya.

Khara'ithi dan Thabari meriwayatkan dari Umar bin Syu'aib bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Jika engkau membeli buah-buahan, maka berikanlah sebagian kepada tetanggamu. Namun jika kamu tidak melakukannya, maka makanlah dengan sembunyi dan janganlah anakmu keluar rumah dengan membawa makanan tersebut sehingga membuat anak tetanggamu sakit hati."

15. Memperbanyak Kuah Masakan untuk Dibagikan kepada Tetangga

Dari Abi Dzar radhiallahu ‘anhu, dia berkata:

“Kekasihku (Rasulullah) shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberi wasiat kepadaku dengan 3 perkara: Yang pertama, agar mendengar dan mentaati walau yang memimpin adalah seorang budak yang jari-jarinya terputus (cacat). Yang kedua, kalau engkau memasak daging yang berkuah maka perbanyak kuahnya, kemudian lihatlah kepada tetangga-tetanggamu, lalu kau bagi kepada mereka. …”

Referensi :
Terinspirasi Kajian di Asrama Al-Madinah.
Gambar : https://pengajianldii.files.wordpress.com/2014/07/tetangga.jpg?w=300&h=201

Tantangan dan Bagaimana Mendidik Anak dalam Islam


Ketika anak berada pada usia 0 s.d. 4 tahun maka berikanlah berbagai informasi yang baik dan tidak perlu ragu karena pada saat itu otak lebih cepat melebihi cyber optik.

“Wahai Orang-orang yang beriman periharalah dirimu dan keluargamu dari neraka.”

Larangan meninggalkan anak yang lemah (Baca QS. An-Nisa : 9)

Beberapa Tantangan Zaman yang merusak anak diantaranya,

  1. Pornografi dan Pornoaksi ; Prostitusi menghantui rumah kita
  2. Kecanduan Games mampu menghancurkan semangat belajar dan konsentrasi
  3. Kekerasan di sekolah dan lingkungan berakibat menghancurkan mental dan kepribadian anak.
  4. Ideologi dan agama yang membahayakan aqidah anak
  5. Rokok, Narkoba dll

Imam Ibnu Qayyim berkata,

Betapa banyak orang yang menyengsarakan anaknya, buah hatinya di dunia dan akhirat karena ia tidak memperhatikannya, tidak mendidiknya namun justru memfasilitasi syahwat (keinginannya), dia mengira telah memuliakan anaknya padahal dia telah merendahkannya. Dia juga mengira telah menyayangi anaknya padahal dia telah menzhaliminya. Maka hilanglah bagiannya pada anak itu di dunia dan akhirat.
Jika Anda amati kerusakan pada anak-anak, penyebab utamanya adalah ayah. (Tuhfatul maudud 1/242)

Renungkan...

Apakah membekali anak hanya dengan kecerdasan akademis bisa menghadapi semua tantangan zaman ?

Diantaran kebutuhan anak didalam menghadapi kehidupan ialah :

  1. Keimanan yang kuat dan aqidah yang benar sehingga anak tak mudah goyah oleh godaan dunia.
  2. Karaker atau sikap mental yang kokoh supaya anak memiliki kemampuan menyelesaikan masalah, percaya diri, tidak mudah putus asa, mau bekerja sama, kreatif, dll.
  3. Kecerdasan emosi bermanfaat supaya anak memiliki karakter sabar dan komunikatif.

Karakter dan life skill dibangun melalui interaksi bersama anak setiap hari.

Diantara hasil didikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,

  1. Usamah bin Zaid, menjadi panglima pada usia 18 tahun melawan tentara romawi dan mengalami kemenangan.
  2. Abdullah bin Abbas, sudah disertakan dalam musyawarah urusan yang berat di usia remaja. Menyadarkan 20 ribu khawarij dalam satu majelis. Dan ketika ia dewasa menjadi gubernur di Bashrah.

Tradisi keilmuan pada masa kejayaan islam,

Pada Usia 8 s.d. 10 tahun sudah hafal Al-Qur’an. Ketika usia belasan tahun sudah mendalami ilmu hadits, fikih , bahasa dll. Ketika usia 20-an mereka sudah menjadi orang besar.

Diantara penghafal Al-Qur’an di usia dini,
  1. Imam Syafi’i (150 H s.d. 204 H). Hafal Al-Qur’an di usia 7 tahun
  2. Imam Ath-Thabari (224 H s.d. 310 H), ahli tafsir. Hafal Al-Qur’an di usia 7 tahun. Usia 8 tahun menjadi imam shalat. Menulis hadits usia 9 tahun.
  3. Ibnu Qudamah (541 H s.d. 620 H). Hafal Al-Qur’an di usia 10 tahun.
  4. Ibnu Sina (370 H s.d.  428 H), Hafal Al-Qur’an umur 5 tahun.
  5. Ibnu Khaldun (732 H s.d. 808 H). Hafal Al-Qur’an di usia 7 tahun.
  6. As-Suyuti (w : 911 H). Hafal Al-Qur’an sebelum umur 8 tahun, Umar bin Abdul Aziz hafal Al-Qur’an saat masih kecil.
  7. Ibnu Hajar Al-Atsqailani (w:852 H) hafal Al-Qur’an di usia 9 tahun.
  8. Jamaluddin Al-Mizzi (w: 742 H). Hafal Al-Qur’an saat kecil.
Diantara cara mendidik anak yakni :

1. Menasihati dan mengajari saat berjalan bersama

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah guru pertama. Saat beliau memberikan pelajaran, beliau memperhatikan faktor usia dan kemampuan pikirannya. Oleh karena itu, beliau memberikan pengetahuan yang dapat ditampung oleh pemahaman anak dan dapat dicerna oleh pikirannya. Dengan demikian, ilmu itu pun berbekas dalam hati dan tergerak untuk melaksanakannya ke dalam kehidupan. Sebagai buahnya, ilmu dalam dirinya selalu seiring dengan amal.

2. Menarik perhatian anak dengan ucapan lembut

Diantara faktor penumbuh rasa percaya diri anak dan peningkat semangat spiritual serta kondisi psikologisnya ialah memanggil anak dengan namanya, bahkan memanggilnya dengan nama yang paling bagus, dengan julukannya atau dengan sifat baik yang dimiliki si anak.

3. Menghargai mainan anak dan tidak melarangnya bermain

Al Ghazali, "Hendaknya anak dibiasakan berjalan kaki, bergerak dan berolahraga pada sebagian waktu siang agar tidak menjadi anak yang pemalas.

Adanya kaitan yang kuat antara kesehatan jasmani dan kecerdasan.

4. Tidak membubarkan anak yang sedang bermain

Selain penting bagi pertumbuhan mental dan fisik anak, permainan mereka diperlukan sebagaimana orang dewasa memerlukan pekerjaan. Pikirlah dahulu untuk membubarkan mereka saat bermain. kalau untuk memperingatkan karena waktu yang tidak tepat atau membahayakan diri dan orang lain, lakukan dengan penuh bijaksana.

5. Tidak memisahkan anak dari keluarganya

Abu Musa berkata, "Rasulullah melaknat orang yang memisahkan seorang ibu dan anaknya serta antara seseorang dengan saudaranya." Rasulullah juga melarang seseorang duduk di tengah-tengah antara seorang ayah dan anaknya dalam suatu majelis. beliau bersabda, "Janganlah seseorang duduk diantara seorang ayah dan anaknya dalam sebuah majelis.

6. Jangan Mencela Anak

 Al Ghazali,’’ janganlah mengarahkan anak dengan celaan karna anak akan menjadi tarbiasa dengan celaan dan tambah berani melakukan melakukan keburukan.Hendaklah seorang pendidik selalu menjaga dibawa dalam bicara dengan anak .Untuk itu , janganlah ia sering mencela , kecuali sesekali saja bila diperlukan.Hendaknya sang ibu membuat anaknya segan pada ayahnya serta membantu sang ayah mencegah anak dari melakukan ke burukan.’’

7.Mengajarkan Akhlak Mulia

Ibnul Qayyim berkata,’’Di antara aspek yang sangat perlu di perhatikan dalam pendidikan anak adalah persoalan akhlak. Sebab anak akan tumbuh sesuai dengan kebiasaan yang di tanamkan oleh pendidik di masa kecilnya."

8.Mendoakan Kebaikan, Menghindari Doa keburukan bagi sang anak.

Rasulullah SAW bersabda ,’’Ada tiga macam doa yang tidak diragukan lagi,pasti diterima ,yaitu doa orang yang teraniaya ,doa seorang musafir,dan doa orang tua(guru) kepada anaknya .’’ (HR.Tirmidzi).

Orang tua harus dapat mengawal penuh lisannya agar tidak keluar ancaman atau ucapan yang bisa menjadi doa keburukan bagi anak.

9.  Meminta izin berkenaan dengan hak anak

Sahl bin Sa’ad meriwayatkan bahwa disajikan kepada Rasulullah segelas minuman, lalu beliau meminumnya, sedang disebelah kanan beliau terdapat seorang anak dan disebelah kirinya terdapat orang tua. Sesudah minum, beliau bertanya kepada si anak, “Apakah engkau setuju bila aku memberi minum mereka terlebih dahulu ?” Ia menjawab, “Tidak, demi Allah, aku tidak akan memberikan bagianku darimu.” Rasulullah pun menyerahkan wadah itu ke tangannya.

10. Mengajari anak menyimpan rahasia

Abdullah bin Ja’far bercerita, “Pada suatu hari Rasulullah memboncengku di belakangnya. Beliau kemudian membisikkan suatu pembicaraan kepadaku agar tidak terdengar oleh seorang pun.”

11. Makan bersama anak sembari memberikan pengarahan dan meluruskan kekeliruan mereka

Hudzaifah berkata, “Bila kami menghadiri jamuan makan bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, kami tidak berani meletakkan tangan kami terlebih dahului sebelum Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam meletakkan tangannya padanya.”

12. Berlaku adil kepada anak, tanpa membedakan laki-laki atau perempuan

Sudah menjadi kewajiban kepada ayah untuk berlaku adil kepada sesama anaknya dalam urusan-urusan lahiriah yang dapat dilihat dan diketahui oleh anak-anaknya bahkan dalam hal kasih sayang yang bersifat lahiriah. Adapun jika itu ada berkaitan dengan perasaan hati orang tua ada kecenderungan yang lebih kepada salah seorang daripada anak-anaknya maka sang ayah tidak berdosa dalam hal ini.

14. Gali potensi mereka

Menggali potensi yang dimiliki anak agar berkembang dan menjadi sarana percaya diri anak.

15. Mengajari adzan dan shalat

Mengenai shalat, Rasulullah bersabda, “Ajarilah anak-anak kalian shalat sejak usia 7 tahun dan pukullah ia karena meninggalkannya bila telah berumur 10 tahun.”

16. Mengajari anak sopan santun dan keberanian

Diantara keberanian yang beretika ialah anak tidak dibiarkan berbuat sesuatu dengan sembunyi-sembunyi. Al Ghazali mengatakan, "Anak hendaknya dicegah dari mengerjakan apa pun dengan cara sembunyi-sembunyi. Sebab, ketika anak menyembunyikannya berarti dia meyakini perbuatan tersebut buruk dan tidak pantas dilakukan."

Referensi :
Kajian bersama Ust. Arif Rahman Hakim di Masjid Mardliyyah UGM.
Gambar : www.alfatihschool.net

Menggenggam Ihsan


Setiap ayat yang dimulai dengan "yaa ayyuhalladziina aamanuu" itu adalah penghormatan Allah kepada kita "wahai orang-orang yang beriman" .

"wajilat quluubuhum" (gemetar hati mereka), apakah hati kita manakala mendengar ayat Al-qur'an maka hati mereka gemetar. Apakah diri kita merasakan yang demikian ?.

Setiap yang diawali dengan "yaa ayyuhalladziina aamanuu"  berarti disitu ada perintah dan larangan yang harus diikuti setelah kalimat "yaa ayyuhalladziina aamanuu" .

Perintah dari Allah dalam surat An-Nuur ayat 58 ialah berkenaan mengenai Isti'dzan (meminta izin) bilamana masuk ke ruang orang tua pada waktu-waktu tertentu. 

"Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya'. (Itulah) tiga aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS. An-Nuur [24] : 58) 

Selanjutnya kita akan berbicara tentang Ihsan,

Ihsan ialah jalan jiwa menuju hidup barokah. Hidup barokah ialah hidup dalam ketaqwaan dan hidup yang menimbulkan bunga-bunga kebaikan disepanjang perjalanan hidup kita.

Untuk bisa menuju kepada taqwa seseorang hendaknya menggenggam ihsan. Hidup taqwa merupakan anugerah kepada orang yang ingin berlaku ihsan.

Di surat Ar-rahman ayat 60, "Hal jaza-ul ihsani illal ihsan."

Apapun amalan seperti sedekah, mengaji bila ia kualitasnya ihsan maka ia akan mengantarkan sampai pada hidup taqwa. Maka saat kita shalat maka jadikanlah shalat itu sepenuh jiwa karena itu hubungan kita dengan Allah.

Jiwa hanya bisa sampai pada taqwa dan jiwa tidak akan menemukan yang dicarinya kecuali taqwa. Jiwa tidak akan menemukan jalan ihsan sebelum menemukan jalan islam dan iman.

"inna akramakum 'indallahi atqaakum."

Ciri khas orang yang bertaqwa,

"Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa." (QS.Al-Baqarah [2] : 177) 

Apa itu jiwa ? 

Jiwa ialah jembatan yang akan menentukan seluruh amal kita sampai keharibaan Allah.

Beramal-lah dengan sepenuh jiwa karena amal yang sepenuh jiwa itu memenuhi kualitas ihsan dan amalnya sampai pada derajat taqwa.

Taqwa ialah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah.

Ihsan ialah melakukan segala amal kebaikan dengan sepenuh jiwa. Mengapa jiwa kita belum juga menemukan Ihsan karena jiwa kita masih terguncang oleh diri kita sendiri disebabkan karena perbuatan buruk kita dan maksiat kita.

Kisah Abu Thalhah (seorang shahabat dari kalangan kaum Anshar),

Ketika turun ayat ini:

“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.” (QS. Ali Imran [3] : 92)

Maka Abu Thalhah hendak menyedekahkan kebun kurma yang paling dicintai tersebut di jalan Allah. Hal ini beliau lakukan dalam rangka untuk meraih kebaikan yang sempurna dan pahala dari Allah. Kebaikan yang dapat menghantarkan pelakunya ke surga

Beliau bergegas datang kepada Rasulullah kemudian berkata, “Wahai Rasulullah sesungguhnya Allah berfirman, “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai,” dan sesungguhnya harta yang paling aku cintai adalah kebun kurma, maka kebun kurma tersebut aku sedekahkan untuk Allah ta’ala dan aku mengharap kebaikan dan pahalanya di sisi Allah. Maka gunakanlah kebun itu wahai Rasulullah sebagaimana yang telah diperintakhkan kepadamu.”

Kemudian Rasulullah bersabda, “Sungguh menakjubkan! Itu adalah harta yang sangat menguntungkan, itu adalah harta yang sangat menguntungkan dan aku telah mendengar apa yang kamu katakan. Menurutku lebih baik kamu berikan kepada kerabatmu.”

Rasulullah memandang kerabat-kerabat Abu Thalhah lebih membutuhkan untuk disantuni. Maka beliau menganjurkan Abu Thalhah untuk menyedekahkan kebun kurma tersebut kepada kerabatnya. Mendengar jawaban Rasulullah, Abu Thalhah berkata, “Aku akan melaksanakannya wahai Rasulullah.” Maka Abu Thalhah membagikan kebun kurmanya kepada kerabat dan anak pamannya.

Abu Thalhah telah membuktikan keimanannya. Beliau rela menyedekah harta yang paling dicintainya demi meraih kebaikan yang sempurna. Ini merupakan bukti kesempurnaan iman seorang hamba. Demikian dengan shahabat yang lain. Ketika mereka mendengar ayat ini mereka langsung mencari harta yang paling mereka cintai untuk diinfaqkan di jalan Allah.

Sedekah yang terbaik adalah sedekah yang paling dicintai. Pertanyaannya ringankah kita melakukannya ?.

Referensi :
terinspirasi Kajian di Masjid Nurul Ashri bersama Ust. Syatori Abdurrauf
http://www.darusyahadah.com/menyedekahkan-harta-yang-paling-dicintai.html
https://dakwahwaljihad.files.wordpress.com/2012/04/menggenggam-bara-api.jpg
http://quran.com

Uswatun Hasanah Rasulullah dalam Konteks Kepemimpinan


Rasulullah adalah seorang pemimpin, rasulullah adalah Pemimpin negara Islam Madinah. Rasulullah didik langsung oleh Allah subhanahu wata'ala. Rasulullah dididik oleh seorang wanita yang bernama Halimah Sa'diyah di sebuah perkampungan Bani Sa'ad.

Terdapat hikmah bahwasanya didalam memilih jodoh untuk anak kita, dalam konteks shalih dan shalihah. Maka yang perlu diperhatikan ialah :

1. Pilihlah calon yang ia shalih dan shalihah

2. Memilihkan pendidikan aqidah yang lurus dan shalih

3. Memilihkan lingkungan baik untuk anak.

Didalam memilih lingkungan yang baik. Salah satunya melewati pendidikan pesantren. Dan jauh dari orang tua. Jangan sampai dari kecil hingga kuliah semisal itu bersama orang tua terus. Karena hal itu membuatnya menjadi kurang mandiri dan kurang pandai berkomunikasi dan akan manja.

Termasuk didalam pendidikan anak ialah memberi nama yang baik untuk anak kita.

Nabi Yusuf 'alaihissalam pernah meminta jabatan sebagai bendaharawan, Meminta jabatan sejatinya diperbolehkan manakal dia adalah yang paling baik diantara yang lain dan hal itu tidak membahayakannya.

Rahasia Sukses Kepemimpinan Rasulullah, diantaranya :

[1] Rasulullah itu terpuji dan tanpa celah.

Dalam hal apapun rasulullah sebelum menjadi pemimpin beliau sudah mendapatkan gelar yakni al-aamiin dari masyarakat jahiliyah saat itu. Beliau bukan mengurung diri. Rasulullah muncul ditengah-tengah masyarakat dan memberikan solusi kepada masyarakat.

Rasulullah ketika berusia 14 tahun pernah ikut perang Fijar, yang terjadi pada suatu tempat di antara Nakhlah dan Thaif, antara kabilah Quraisy dan sekutunya Bani Kinanah melawan Kabilah Qais ‘Ailan. Dalam hal ini Rasulullah ikut membantu paman-pamannya menyediakan anak panah.

Rasulullah ketika berusia 35 tahun, saat kabilah Quraisy membangun kembali Ka’bah yang rusak akibat banjir. Tatkala pengerjaan sampai kepada peletakan Hajar Aswad, terjadi perselisihan tentang siapa yang paling berhak meletakkan kembali Hajar Aswad ke tempat semula.Untunglah ada seorang yang bijaksana yaitu Ummayah bin Mughirah dari bani Makzum. Atas usul Ummayah, mereka sepakat siapa yang paling pertama masuk melalui pintu Shafa, ialah yang menjadi pemutus perkara tersebut.  Atas Kehendak Allah SWT, Rasulullah yang pertama memasuki pintu tersebut, dengan gembira mereka menyeru Al Amin (orang yang dapat dipercaya). Rasulullah membentangkan sehelai kain dan meletakkan Hajar Aswad ditengahnya, lalu meminta agar semua kepala kabilah memegang ujung selendang t dan mengangkatnya sampai ke tempat.

Pun, Rasulullah juga memiliki akhlak yang terpuji (akhlaqul karimah). Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib serta para sahabat yang lainnya itu hasil dari madrasah rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.

[2] Kesabaran dan Tahan Uji

[3] Pemimpin hendaknya tahu perkembangan Ilmu Pengetahuan

[4] Rasulullah dalam berdakwah, kepemimpinannya menggunakan metode hikmah.

Ini tentu adalah metode yang cukup sulit, bahkan sangat sulit. Karena rasulullah bukan hanya berdakwah saja dan juga rasulullah konsekuen dan mengamalkan apa yang ia dakwahkan bagi dirinya. Dan ketika rasulullah melakukan kesalahan sudah ditegur oleh Allah.

“Apabila aku menasihati kamu bukanlah artinya aku ini yang terbaik di kalangan kamu, bukan juga yang paling sholeh di kalangan kamu, karena aku juga pernah melampaui batas untuk diri sendiri. Seandainya seseorang itu hanya boleh menyampaikan dakwah apabila dia telah sempurna, niscaya tidak akan ada pendakwah, maka akan jadi sedikitlah orang yang memberi peringatan.”  (Imam Hasan Al Basri)

Rasulullah mengatakan sesuatu dan beliau melakukan apa yang dikatakan, dan rasulullah hidupnya sederhana.

Ketika sahabat merasakan kepanasan, dan rasulullah pun ikut merasakan kepanasan.

[5] Prinsip kebersamaan,

Rasulullah tidak pernah sendirian ketika makan, namun makan secara berjamaah. Kebiasaan para Nabi ialah makan secara berjamaah.

Rasulullah sebagai seorang pemimpin, apa yang rakyat makan beliau juga makan. Dan apa yang rakyat pakai beliau pun memakainya.

Ketika rakyat pakai pakaian biasa sedangkan Kaisar Romawi memakai pakaian yang indah. Kondisi pemimpin saat ini tidak jauh-jauh seperti itu. terjadi perbedaan yang sangat jauh antara pemimpin dengan rakyat.

[6] Mendahulukan kepentingan masyarakat,

Rasulullah itu kalau ada kebahagiaan maka rasulullah yang paling terakhir dan manakala ada kesusahan maka rasulullah yang pertama merasakannya.

[7] Kebebasan berkreasi dan memberikan wewenang

Rasulullah adalah manajer yang bagus. Walaupun rasulullah bisa melakukannya sendiri. Rasulullah juga membagi pekerjaan-pekerjaan dakwahnya itu dengan bagus dan memberikan kepercayaan. Beliau pernah mengutus delegasi untuk berperang seperti Salman Al-Farisi, dsb.

[8] Karismatik dan mengedepankan musyawarah mufakat

[9] Menjadi seorang pemimpin tak lebih dari 10 tahun, Rasulullah memimpin madinah selama 10 tahun.

[10] Beliau tidak pernah mengorbitkan keluarga.

Pesan rasulullah dalam konteks kepemimpinan, adalah ketika rasulullah sakit hingga wafatnya yang menggantikannya sebagai Imam shalat berjamaah adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq  (begitu kata Umar bin Khaththab itu adalah isyarat). Berarti isyarat yang akan menggantikan sepeninggal rasulullah ialah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Dan rasulullah tidak pernah mewasiatkan kepada Ali bin Abi Thalib.

Referensi :
Terinspirasi Kajian di Nurul Ashri bersama Ust. Okrisal Eka Putra. 12 Agustus 2015
https://jamaatulhuda.wordpress.com/2008/07/22/ringkasan-perjalanan-hidup-nabi-muhammad-saw/
https://catatanislamku.wordpress.com/about/
http://abiummi.com/assets/uploads/2015/05/Muhammad-Rasulullah.jpg

Menggapai 'Morning' dengan Semangat dan Harapan yang Baik


Ketika kita melihat nuansa di awal pagi. Ada seseorang yang menyapu jalan dan petugas kebersihan sedang bertugas di pagi harinya dengan membawa truk sampahnya untuk mengangkut sampah. Ada juga sebagian orang-orang non-muslim yang memiliki anjing mengajak anjingnya untuk jalan-jalan pagi. Dan ada juga sebagian orang dalam kondisi malas beraktivitas dan mungkin itu adalah kita. Kita sebagai seorang muslim semestinya dalam kondisi pagi dalam keadaan semangat, dalam keadaan fresh bukan malah dalam kita lesu dan kita masih selimutan. Kita hendaknya membangun dan merencanakan pagi kita dengan baik.

Kalau kita berupaya memahami, Kalau kata Ust. Yusuf Mansur kurang lebih ;

"Tidak ada orang kecil, tidak ada orang lemah. Kecuali dia kecil niatnya, Kecuali dia lemah niatnya."  Sambil tangan sebelah kanan diayunkan dari dada ke atas untuk ekspresi semangat.

Sejatinya kita itu tidak lemah dan kita itu tidak kecil harapannya. Harapan dalam bahasa inggris yakni hope. Kita harus memiliki hope dan kita harus memiliki dream. Kitalah yang membatasi diri kita. Sehingga kita terbatasi.

Kalau sekarang tuh. Belum haji tulis aja tuh di WA, SMS, atau BBM. Misal namanya Miftah. Tulis H. Miftah (Baca Haji Miftah), seperti juga perempuan didepannya ganti tuh Hajah (Hj.). Terus aja tuh dikatakan siapa namanya H. Miftah. In syaa Allah kalau Allah takdirkan jadi juga.

Amalkan shalat sunnah sebelum subuh. itu lebih utama dari dunia dan segala isinya. Kita lebih kaya dibanding orang kaya di dunia. Kan lebih utama dari dunia dan segala isinya. Namun kalau kita shalat sunnah sebelum subuh dan ada orang kaya yang juga shalat sunnah sebelum subuh. Kalah juga kiat, hehe.

Ingin kaya bukan hanya berdzikir dan berdoa dong. Juga perlu bekerja memperbaiki nasib.

Kalau kita ingin bangun rumah tahfizh di kampung kita, kita harus punya keinginan membangun rumah tahfizh di kota kita, biar nambah greget. semoga di ijabah dan dikabulkan Allah, aamiin

Tulis : In syaa Allah bulan Februari 2016 kita nih berangkatkan umrah orang tua. Kirim tuh, nanti kita lihat reaksinya.hehe, ada-ada saja nih Ustadz. Bisa jadi di kabulkan oleh Allah. Bisa jadi maju nih. Bisa di bulan Januari 2016, Desember 2015, Oktober 2015 dsb. In syaa Allah.

Saya pernah bilang ke Ust. Dedi selaku moderator. Doktor, Doktor, Doktor jadi juga Doktor. Profesor, Profesor, Profesor jadi juga Profesor. Kita baru lihat ada profesor yang begitu tawadhunya kaya Ust. Dedi.

Kita nih sehabis shalat kemudian istighfar 3x lalu kita membaca doa ini kan. "Allahumma antas salam ...". Kita baca dong supaya kita mendapatkan keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan dan harus yakin dong ke Allah. Masa doa sendiri ndak yakin. Jarang baca sih. Habis shalat yang lewat aja, pulang aja.

Saya doakan semoga kita bisa bersedekah 100 juta, kalau masih kurang juga semoga kita bisa bersedekah 1 Milyar, aamiin.

Ajak tuh teman kita dan saudara kita untuk ikut program Selamat Morning Indonesia. Kita semangatkan pagi kita. Kita I'tikaf nih dari subuh hingga syuruq dan kita shalat 2 raka'at dan kalau perlu kita khatamkan 1 juz. Pahalanya seakan-akan Umrah sempurna dan sempurna.

Kalau rakyat indonesia jutaan muslim mau istighfar dan bertaubat kepada Allah itu kurs rupiah bisa jadi atas izin Allah dari 13 ribu bisa berkurang jadi 10 ribu. Kalau kita memiliki keinginan misalnya Jodoh, momongan (maksudnya anak), harta yang melimpah dsb, kita sedekah saja. Kalau kita ingin mendapatkan sesuatu kan kita ini berusaha bagaimana caranya untuk mendapatkannya, kita minta nih ke Allah kita beli kesulitan dan harapan-harapan kita nih dengan sedekah, keluarin untuk Allah.

Kalau di Indonesia, Kita bangun pagi untuk shalat malam (terasa tidak sinkron kata-katanya, hehe). Ya, kita berdoa ke Allah sambil meneteskan air mata kita, kita minta harapan dan impian kita ke Allah. Di siangnya jangan lupa shalat dhuha.

Ada seorang penanya yang menanyakan, saya punya keinginan menghafal sejak 7 tahun yang lalu. Namun saya disibukan oleh kerja, kuliah dan saya berusaha menghafal. Apakah saya harus berhenti dan fokus 1 tahun untuk menghafal, saya punya keinginan untuk menghafal setidaknya 10 juz ?. Jawaban dari Ust. Yusuf Mansur, kalau ente sejak 7 tahun mulai menghafal 1 hari 1 ayat bisa tuh sekarang udah hafal sekitar 21 juz. Untuk membangun motivasi saudara sembari terus menghafal Al-Qur'an. Tulis tuh dibelakang nama saudara Al-Hafizh. (Misal : Miftah. Namanya siapa ? Jawab : Miftah Al- Hafizh keren kan,-penj)

Dari Kajian ini tersirat beberapa point :

1. Hendaknya kita sebagai seorang muslim membangun harapan dan cita-cita kita. Seorang muslim harus memiliki harapan dalam hidupnya.

2. Senantiasa terus ulangi kata-kata yang memotivasi semoga Allah kabulkan harapan kita.

3. Pentingnya mengisi disepertiga malam dengan Tahajud.

4. Pentingnya shalat sunnah sebelum subuh,

5. Pentingnya shalat subuh secara berjamaah kemudian beri'tikaf hingga waktu syuruq dan kemudian kita shalat 2 rakaat.

6. Pentingnya bersedekah dan Pentingnya shalat dhuha.

7. Pentingnya berdoa "Allahumma antas salam..."

8. Pentingnya senantiasa beristighfar dan bertaubat.

9. Pentingnya mendoakan saudaranya, karena malaikat juga mendoakan mereka yang mendoakan saudaranya secara sembunyi (tidak diketahui), aamin juga untukmu.

10. Memposisikan dzikir, doa dan ikhtiar serta tawakkal dengan baik

11. Pentingnya Mengawali doa dan menutup doa dengan shalawat kepada Nabi.

"yang menuliskan ini (Oky Suryana) , amat berat sebenarnya, masih terus banyak belajar dan mengamalkan, doakan."

Referensi :
Terinspirasi Kajian Selamat Morning Indonesia , Oleh Ust. Yusuf Mansur. 16 Agustus 2015 di Menara TahfizhQu deresan. Dengan tutur pribadi.
http://newartcolorz.com/images/morning-wallpaper/kartandtinki1_morning-wallpaper_11.jpg

Perihal Arisan dan Undian , Dalam Islam


Rasululloh Shalallahu “alaihi wa sallam melarang dari jual beli (dengan cara) gharor.”

Gharor adalah apa yang belum diketahui diperoleh tidaknya atau apa yang tidak diketahui hakekat dan kadarnya.

Firman Alloh Ta’ala:

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr, maisir, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaithan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaithan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara kamu lataran (meminum) khamr dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Alloh dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)” (Q.S Al Ma’idah: 90-91)

Dan dalam hadits Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu riwayat Al Bukhori dan Muslim, Nabi Shalallahu “alaihi wa sallam bersabda:
” Siapa yang berkata kepada temannya: Kemarilah saya berqimar denganmu, maka hendaknya dia bershodaqoh.” Yaitu hendaknya dia membayar kaffaroh (denda ) menebus dosa ucapannya. (Baca Syarah Muslim 11/107, Fathul Bari 8/612, Nailul Author 8/258 dan Aunul Ma’bud 9/54).

Ayat dan hadits di atas menunjukkan haramnya perbuatan maisir dan qimar dalam mu’amalat.

Maisir adalah setiap mu’amalah yang orang masuk ke dalamnnya setelah mengeluarkan biaya dengan dua kemungkinan; dia mungkin rugi atau mungkin dia beruntung.

Qimar menurut sebagian ulama adalah sama dengan maisir, dan menurut sebagian ulama lain qimar hanya pada mu’amalat yang berbentuk perlombaan atau pertaruhan.

Tentang Arisan,

Arisan misalnya : Dari sejumlah orang (anggota) yang mengikuti arisan kemudian mengumpulkan uang atau barang dengan takaran yang sama dalam suatu waktu (misalnya sebulan) kemudian diadakan arisan dan diundi (dikocok) mana yang mendapatkan uang yang terkumpul atau barang yang terkumpul dengan takaran yang disepakati. Dan yang dapat bergilir setiap orang hingga semuanya dapat maka ini diperbolehkan karena sifatnya sosial (tujuannya sosial) dan tujuannya tidak komersil.

Namun, bila kemudian uang dari arisan itu dilakukan simpan pinjam dan si peminjam memberikan lebihan atas uang atau barang yang dipinjamnya maka kelebihan dari pinjaman ini kemudian diberikan ke anggota maka perbuatan seperti ini jatuh kepada riba.

Tentang Undian,

Kasus I, Undian dengan syarat membeli barang :

Ada 2 kemungkinan :

Pertama, Harga produk bertambah dengan terselenggaranya undian berhadiah tersebut.

Misal sebuah produk yang harganya 10 ribu. Kemudian karena ada Undian maka Toko tersebut menaikan harganya. Dan seluruh keuntungan dari produk yang harganya dinaikan tadi itu digunakan untuk membeli hadiah untuk yang beruntung dan mendapat hadiah dari undian. Maka hal ini masuk kedalam kategori judi.

Kedua, Undian berhadiah tersebut tidak mempengaruhi harga produk. Perusahaan mengadakan undian hanya sekedar melariskan produknya.

Misal sebuah produk yang harganya 10 ribu. Namun harga produk tersebut tetap sekalipun ada undian. Dan hadiah itu diambil dari keuntungan yang usaha yang lain. Maka hal tersebut diperbolehkan. Maka ini dikatakan mengundi untuk promosi saja. Mengundi untuk promosi ini diperbolehkan namun ada dampak negatifnya yakni orang menjadi panjang angan-angan. Beli produk A, angan-angannya ingin dapat hadiah yakni mobil.hehe

Sebaiknya ikut dalam undian dihindari karena kita sebagai pembeli sulit terkadang membedakan kemungkinan Pertama dan kedua.

Kasus II :

Misal seorang suami memiliki 3 orang istri dan kebetulan ada pesta pernikahan. Kemudian dilakukan undian dan mengundi dari ketiga istri mana yang diajak untuk menghadiri pesta pernikahan. Dan ternyata yang dapat adalah istri yang ke-2. Begitupun ketika safar bisa dilakukan undian, istri yang mana yang akan menemani ketika safar.

Begitupun sejenisnya, semisal suami ingin mengajak bermalam salah satu dari ketiga istrinya mana diantara ketiga istri ini yang akan di ajak bermalam maka kemudian dilakukan undian maka ini diperbolehkan.

Apabila Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hendak safar, beliau mengundi diantara istrinya. Siapa yang namanya keluar, beliau akan berangkat bersama istrinnya yang menang. (HR. Bukhari 2593, Muslim 7196 dan yang lainnya).

atau yang serupa,

Memilih Imam di masjid. Sama-sama suaranya bagus maka bisa dilakukan undian dan itu diperbolehkan.

atau yang serupa,

Untuk mendapatkan shaf yang pertama bisa dilakukan undian dan itu diperbolehkan,

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,

Seandainya manusia mengetahui apa yang ada (yaitu keutamaan) di dalam seruan (adzan) dan shaf pertama, lalu mereka tidak bisa mendapatkan shaf tersebut kecuali dengan undian, sungguh mereka akan melakukan undian untuk mendapatkannya.” (HR. Bukhari 580)

Kasus III :

Undian untuk memutuskan mana yang akan dipersembahkan kepada berhala maka ini jelas haram dan perbuatan syirik. Dan Undian dalam rangka berjudi dan menang lotre maka ini hukumnya haram.

Kasus IV :

Undian pada Arisan. 

Arisan misalnya : Dari sejumlah orang (anggota) yang mengikuti arisan kemudian mengumpulkan uang atau barang dengan takaran yang sama dalam suatu waktu (misalnya sebulan) kemudian diadakan arisan dan diundi (dikocok) mana yang mendapatkan uang yang terkumpul atau barang yang terkumpul dengan takaran yang disepakati. Dan yang dapat bergilir setiap orang hingga semuanya dapat maka ini diperbolehkan karena sifatnya sosial (tujuannya sosial) dan tujuannya tidak komersil.

Namun, bila kemudian uang dari arisan itu dilakukan simpan pinjam dan si peminjam memberikan lebihan atas uang atau barang yang dipinjamnya maka kelebihan dari pinjaman ini kemudian diberikan ke anggota maka perbuatan seperti ini jatuh kepada rib

Kasus V, Undian Tanpa Syarat :

Di pusat-pusat perbelanjaan, pasar, pameran dan semisalnya sebagai langkah untuk menarik pengunjung, kadang dibagikan kupon undian untuk setiap pengunjung tanpa harus membeli suatu barang. Kemudian setelah itu dilakukan penarikan undian yang dapat disaksikan oleh seluruh pengunjung.

Maka Hukum undian yang seperti ini adalah boleh. Karena asal dalam suatu mu’amalah adalah boleh dan halal. Juga tidak terlihat dalam bentuk undian ini hal-hal yang terlarang berupa kezhaliman, riba, gharar,penipuan dan selainnya.

wallahu a'lam bish shawab

Referensi :
Kajian bersama Ust. Abu Abdirrahman di Masjid Al-hidayah Purwosari sesi tanya jawab, 14 Agustus 2015
http://pengusahamuslim.com/hukum-undian-berhadiah/
http://www.konsultasisyariah.com/adakah-undian-yang-halal/
www.suhedribusli.com

Korelasi Iman dan Amal Shalih


Konsep Iman dan amal shalih dalam Islam tidak terpisahkan. Tidaklah disebut amal shalih tanpa Iman dan begitu pun sebaliknya. Iman yang benar dan kuat pasti melahirkan amal shalih.

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar." (QS. Al-Hujurat [49] : 15)

Orang yang benar-benar keimanannya itu seperti apa ? Orang yang benar-benar keimanannya itu yakin dengan penuh tanpa adanya keraguan dan hal demikian akan mewujud dalam bentuk amal shalih. Amal shalih tidak hanya sekedar dikerjakan namun amal shalih tersebut dikerjakan dengan cara yang terbaik.

Amal yang jahada dalam ayat 15 surat al-hujurat ini, yang dimaksud jihad ialah mengerahkan segala kemampuan dan mengerahkan amal dengan cara dan kualitas terbaik.

Sejatinya Allah menciptakan kematian dan kehidupan dan menguji siapa yang paling baik amalnya, dalam amalan ini ada orientasi yang terbaik.

"Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (QS. Al-Mulk [67] : 2)

Oleh karenanya didalam mengerjakan suatu amalan hendaknya hingga mencapai kualitas. Sebagaimana seseorang ketika berpuasa Ramadhan yang didapat bukan hanya lapar dan dahaga saja, jauh dan lebih dari itu ialah ingin supaya dosa-dosa terampuni dan menjadikan dirinya menjadi orang-orang yang bertaqwa.

1. Iman yang benar dan kuat melahirkan amal shalih

2. Amal dikatakan amal shalih landasannya adalah keimanan kepada Allah subhanahu wata'ala, bila bukan kepada Allah subhanahu wata'ala maka amal tersebut tidak bisa dianggap sebagai amal yang shalih.

Amal-amal orang Kafir,

"Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya." (QS. An-Nuur [24] : 39)

Adapun orang-orang kafir, amal-amal mereka seperti fatamorgana di tanah yang datar dan Allah tidak memandangnya amal shalih.

Orang yang beriman itu perlu dibuktikan dengan amal shalih , amal shalih akan diterima apabila niatnya ikhlas dan caranya benar sesuai dengan syari'at (i'tiba rasulullah).Disebut amal shalih bila landasannya iman kepada Allah.

3. Iman kepada Allah dan Rasul-Nya merupakan amal terbaik

“Wahai Rasulullah amalan apakah yang paling mulia?”, ia berkata, “Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya”, kemudian apa?, ia berkata, “Berbakti kepada kedua orangtua”, kemudian apa?, ia berkata, “Jihad di jalan Allah”. Hadits ini disepakati akan keshahihannya.

4. Ayat-ayat Al-Qur'an yang menggandeng antara iman dan amal shalih. Keduanya tidak bisa dipisahkan. Dan hal inilah point korelasi antara iman dan amal shalih.

"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran." (QS. Al-'Ashr [103] : 1 - 3)

Indikasi lahiriyah itu ditunjukkan oleh amal shalih yang dilakukan. Sedikitnya amal shalih menunjukkan lemahnya keimanan misalnya : malas-malasan dalam beribadah, tidak banyak melakukan ibadah dan cenderung lemah. Indikasi inilah yang membantu kita untuk mengevaluasi diri kita.

"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Hasyr [59] : 18)

Bila amalnya tidak sungguh-sungguh maka ini indikasi bahwa imannya sedan turun. Sungguh Allah itu melihat dengan cermat apa yang kalian kerjakan dan tidak pernah sembrono.

Diantara kaidah-kaidah dakwah yaitu :

[1] Mendidik bukan menelanjangi (supaya bila ada kesalahan dari pihak yang kita dakwahi itu tidak menjadikan dakwah kita kaku)

[2] Beri kabar gembira kemudian ancaman.

Teori Zionis mengatakan bahwa, "Katakan kebohongan atau yang berkaitan dengan maksiat hingga manusia menganggap kebohongan atau maksiat itu menjadi sesuatu yang dianggap benar."Oleh karenanya yang perlu kita pahami bahwa banyak pengikut dalam hal membuat kebohongan atau maksiat maka tidak boleh dikatakan ajarannya benar begitupun apabila sedikit pengikut dalam hal kebenaran maka tidak boleh dikatakan ajarannya salah. Oleh karenanya kita harus memiliki prinsip kebenaran yang kokoh yang tidak dipengaruhi oleh banyak dan sedikitnya pengikutnya.

[3] Mendakwahkan

[4] Istiqomah dan tawakkal

[5] Berdoa

Amalan Pribadi, akhlak Individu dan Problem Sosial,

Hendaknya perilaku shalat kita mampu menyelamatkan diri kita dan hendaklah kita bukan termasuk orang-orang yang lalai shalatnya. Dan bukan hanya ibadah saja namun juga kita perlu memiliki akhlak individu yang baik. Orang yang prinsip menjalankan agamanya baik tentu ia juga memperhatikan problem sosial. Oleh karenanya perlu adanya sikap yang proporsional terhadap amalan pribadi, akhlak individu dan menyikapi problem sosial. Oleh karenanya pula ada tuntutan kepada diri kita untuk memanajemen waktu dan aktivitas.

"Dan Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." (QS. Adz-Dzāriyāt [51] : 56)

"Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?. Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan) barang berguna." (QS. Al-Mā`ūn [107] : 1 - 7)

Tidak ada yang namanya amal pribadi saling bersinggungan dengan amalan sosial. Oleh karenanya jadikan aktivitas kita dan kita niatkan segala aktivitas kita sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah.

Referensi :
Terinspirasi Kajian bersama Ust. Sigit Yulianta di Masjid Kampus UGM
http://dhan.staff.ub.ac.id/berbakti-kepada-orang-tua-bagian-3-2/

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes