Selamat datang di website kami, Haidar Khotir, semoga sajian kami bermanfaat

Adab Bercanda dalam Islam


Ditengah-tengah rutinitas pekerjaan yang dilakukan kita, Ada yang pekerjaannya sebagai dosen, ada yang pekerjaannya  sebagai mahasiswa dan ada pekerjaannya yang sebagai karyawan dan pekerjaan lain. Terkadang kita mengalami titik jenuh atau kejenuhan tersendiri. Dan bercanda bisa mencairkan suasana ditengah-tengah kepenatan pekerjaan kita. Pada dasarnya bercanda adalah boleh-boleh saja namun perlu memperhatikan adab didalam bercanda sehingga bercanda kita tidak malah berbuah dosa dan kemudharatan. Bercanda kita adalah bercanda yang benar dan bukan dusta.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika bercanda dengan sahabatnya,  rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam senantiasa bercanda dengan perkataan yang haq (benar) dan bukan dusta sebagaimana sabda beliau,

Sesungguhnya saya tidaklah berkata kecuali yang haq (benar).” (HR At-Tirmidzi no. 1990. Syaikh Al-Albani berkata, “Shahih.” (Ash-Shahihah IV/304)).

Begitulah suritauladan kita mengajarkan adab didalam bercanda yakni berkata yang haq (benar).

Berikut contoh bagaimana rasulullah bercanda ;

Diriwayatkan dari Anas radhiallahu ‘anhu bahwasanya seseorang mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia pun berkata, “Ya Rasulullah! Angkatlah saya (ke atas onta)!” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengatakan, “Sesungguhnya kami akan mengangkatmu ke atas anak onta.” Lelaki itu pun berkata, “Apa yang saya lakukan dengan seekor anak onta?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bukankah onta-onta perempuan melahirkan onta-onta?. (HR Abu Dawud no. 5000 dan At-Tirmidzi no. 1991. Syaikh Al-Albani berkata, “Shahih.” (Shahih Sunan Abi Dawud dan Shahih Sunan At-Tirimidzi)).


Beliau mencandai orang tersebut dengan menyebut ontanya dengan anak onta. Orang tersebut memahami perkataan beliau sesuai zahirnya, tetapi bukankah semua onta yang ada adalah anak-anak dari ibu onta?.
Diriwayatkan dari Al-Hasan radhiallahu ‘anhu, dia berkata, “Seorang nenek tua mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nenek itu pun berkata, ‘Ya Rasulullah! Berdoalah kepada Allah agar Dia memasukkanku ke dalam surga!’ Beliau pun mengatakan, ‘Wahai Ibu si Fulan! Sesungguhnya surga tidak dimasuki oleh nenek tua.’ Nenek tua itu pun pergi sambil menangis.

Beliau pun mengatakan, ‘Kabarkanlah kepadanya bahwasanya wanita tersebut tidak akan masuk surga dalam keadaan seperti nenek tua.

Sesungguhnya Allah ta’ala mengatakan:
"Sesungguhnya kami menciptakan mereka (Bidadari-bidadari) dengan langsung. Dan kami jadikan mereka gadis-gadis perawan. Penuh cinta lagi sebaya umurnya.(QS. Al-Waqi’ah : 35 -37)

Jika kita perhatikan hadits-hadits di atas, maka kita akan mendapatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bercanda pada beberapa keadaan tertentu, tetapi canda beliau tidak mengandung kedustaan dan selalu benar.

Di antara adab-adab bercanda, yakni :

1. Tidak boleh ada kedustaan di dalam canda tersebut.

Celakalah orang yang berbicara kemudian dia berdusta agar suatu kaum tertawa karenanya. Kecelakaan untuknya. Kecelakaan untuknya."
(HR Abu Dawud no. 4990. Syaikh Al-Albani berkata, “Hasan.” (Shahih Targhib wat-Tarhiib no. 2944)).

2. Tidak boleh ada unsur penghinaan atau pelecehan terhadap agama Islam.

3. Tidak boleh ada unsur ghibah dan peremehan terhadap seseorang, suku atau bangsa tertentu.

4. Tidak boleh mengambil barang orang lain, meskipun bercanda

“Tidak boleh seorang dari kalian mengambil barang saudaranya, baik bercanda maupun serius."
(HR Abu Dawud no. 5003. Syaikh Al-Albani berkata, “Hasan.” (Shahih Sunan Abi Dawud)).

5. Tidak boleh menakut-nakuti orang lain.

“Tidak halal bagi seorang muslim menakut-nakuti muslim yang lain.” (HR Abu Dawud no. 5004, . Syaikh Al-Albani berkata, “Shahih.” (Shahih Sunan Abi Dawud)).

6. Tidak boleh menghabiskan waktu hanya untuk bercanda

“Di antara tanda baiknya keislaman seseorang adalah dia meninggalkan yang tidak bermanfaat baginya.” (HR At-Tirmidzi no. 2317 dan Ibnu Majah no. 3976).

7. Tidak boleh berbicara atau melakukan hal-hal yang melanggar syariat, seperti: menyebutkan ciri-ciri wanita yang tidak halal baginya kepada orang lain, menipu, melaknat dll.

Referensi :
Khutbah Jum'at Mushola FMIPA UGM
http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/bercanda-dan-tertawa-tidak-boleh.html#sdfootnote12sym
http://www.vannchaa.com/wp-content/uploads/2015/02/hari-11-01.jpg

Memahami Supaya Tidak Ingkar Terhadap Takdir



Ingkar dalam bahasa Arab itu memiliki arti menolak, tidak mau menerima atau bisa dikatakan tidak mau mengakui.

Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Demi Dzat yang jiwa Ibnu Umar berada di Tangan-Nya, andaikata salah seorang dari mereka memiliki emas sebesar gunung Uhud, kemudian ia menginfakkannya di jalan Allah, niscaya Allah tidak akan menerimanya,hingga ia beriman dengan takdir.” (HR. Muslim)

Jawaban Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ditanya oleh malaikat Jibril tentang apa itu iman, yaitu,

“Engkau beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari akhir, dan engkau beriman dengan takdir, yang baik dan yang buruk.” (HR. Muslim)

Iman itu adalah engkau beriman kepada Allah, beriman kepada malaikat-Nya, beriman kepada kitab-kitab-Nya, beriman kepada rasul-Nya, beriman kepada hari akhir, beriman kepada Qadha dan Qadar-Nya yakni takdir baik dan buruk. Dan kesemuanya ini tercangkup menjadi rukun iman dan tidak boleh didalam kita mengimani keenam rukun iman ini kita menguranginya, jadi harus keseluruhannya kita imani. Didalam keenam rukun iman ini pula tidak boleh kita pilah dan pilih dan mengabaikan rukun iman yang lain. Dan beda kadarnya dengan rukun islam. Kalau rukun islam itu sesuai kemampuan karena mungkin disebabkan oleh uzur syar'i dan semisalnya, contohnya : puasa, zakat dan haji. Dan yang wajib kita penuhi ialah syahadat dan shalat.

Iman adalah sesuatu yang sifatnya wajib. Orang yang beriman adalah orang yang meyakini segala sesuatu yang terdapat dalam rukun iman dan orang yang beriman itu mampu mengambil pelajaran dari ayat-ayat Allah. Jadi orang yang beriman itu beriman dan memiliki keyakinan.

Keyakinan atau yaqin itu sendiri dibagi menjadi tiga tingkatan, yakni :

[1] 'Ilmu yaqin (ini merupakan tingkatan paling dasar)
[2] Haqqul yaqin (tingkatan pertengahan)
[3] 'Ainul yaqin (tingkatan yang tertinggi)

'Ilmu yaqin adalah seperti seseorang yang mengatakan didaerah lembah itu terdapat atau ada airnya. Haqqul yaqin itu seperti seseorang yang mengatakan didaerah lembah itu terdapat airnya dan kemudian dia berjalan keatas dan melihat ada air yang mengalir. 'Ainul yaqin itu seperti seseorang yang mengatakan didaerah lembah itu terdapat airnya dan kemudian dia berjalan keatas dan melihat ada air yang mengalir dan kemudian dia mengambil air dan meminum air tersebut.

Seseorang ada yang tidak memenuhi 3 hal diatas. Dan yang paling tinggi atau kuat didalam keyakinan ialah orang yang 'Ainul yaqin. Bagi orang-orang yang beriman maka harus meyakini 100 % kebenaran al-qur'an dan itu dirasakan bagi orang-orang yang yakin. Keimanan manusia itu bertingkat-tingkat. Dan yang kuat dan istiqomah diantara merekalah yang mampu mengamalkan konsekuensi dari iman itu.

Perkataan ‘Umar bin al-Khattab tentang Abu Bakar, Beliau mengatakan: “Seandainya keimanan Abu Bakar  ditimbang dengan keimanan penduduk bumi (selain para Nabi dan Rasul) maka sungguh keimanan beliau  lebih berat dibandingkan keimanan penduduk bumi”  (Atsar riwayat Ishaq bin Rahuyah dalam “Musnadnya” (no. 1266) dan al-Baihaqi dalam “Syu’abul iimaan” (no. 36) dengan sanad yang shahih).

Bila seseorang sudah mengamalkan shalatnya dengan benar maka ia akan mampu ber-amar ma'ruf nahi mungkar dan dia melakukan itu.

Orang yang beriman dan ia yakin itu laksana seorang yang dikatakan kepadanya supaya dia melemparkan uang 10.000 kedalam kotak kemudian dia mendapatkan 100.000 setelahnya. Dan orang perlu yakin dan tidak bertanya-tanya. Dan manakala dia betul-betul mengalaminya maksudnya mendapatkan 100.000 maka dia hatinya tanpa diliputi keraguan. Orang yang beriman itu tanpa bertanya-tanya dan tidak teramat pusing sebagaimana orang yang berfilsafat yang apa-apa diteliti dan kalau udah melihat baru dia mengamalkan. Orang yang beriman itu sami'na wa atha'na kepada apa-apa yang datangnya dari Allah dan rasul-Nya sehingga jadilah ia istiqomah.

Iman kepada takdir ialah kita meyakini apapun yang terjadi atau segala sesuatu yang ditentukan, diciptakan, yang terjadi dan diijinkan itu datangnya dari Allah subhanahu wata'ala. Dan sungguh orang beriman adalah orang yang menakjubkan sebagaimana sabda rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,

“Sungguh menakjubkan urusan orang yang beriman, semua urusannya adalah baik. Tidaklah hal itu didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila dia tertimpa kesenangan maka bersyukur. Maka itu baik baginya. Dan apabila dia tertimpa kesulitan maka dia pun bersabar. Maka itu pun baik baginya.” (HR. Muslim)

Kita perlu bermuhasabah (introspeksi diri) disetiap ketetapan yang Allah tetapkan maka selalu ada hikmah kecuali bagi orang-orang yang mengingkarinya. Allah itu maha baik dan Maha kasih sayang dan tidak ada maksud Allah memberikan keburukan bagi kita dari ujian yang ada dan disetiap ujian yang Allah berikan itu selalu ada hikmah. Berhubungan dengan masalah takdir ini banyak diantara hikmah itu yang tidak bisa dicapai oleh logika dan juga kita jangan memaksa diri kita dan akal kita tidak bisa menjangkaunya. Dan banyak dari takdir itu diluar jangkauan dan diluar batas kemampuan manusia dan kita tidak bisa memahami hikmah dan disetiap hikmah itu mendatangkan kebaikan bagi kita.

Rukun Takdir, yakni :

[1] Al-'Ilmu (ilmu) ialah segala sesuatu hal yang terjadi itu diketahui oleh Allah dan pengetahuan Allah meliputi segala sesuatu.
[2] Al-Kitaabah (penulisan) ialah segala sesuatu yang terjadi , apapun itu sudah ditulis oleh Allah dan Allah menetapkan takdir 50.000 tshun sebelum diciptakannya langit dan bumi.
[3] Al-Iraadah dan Al Masyii-ah (Keinginan dan Kehendak) ialah segala sesuatu yang terjadi dan kehendaki oleh Allah.
[4] Al-Khalq (penciptaan) ialah segala sesuatu diciptakan oleh Allah termasuk ketetapan dan takdir, dsb.

Maka ingkar terhadap takdir itu ada dua macam, yakni :

[1] Ingkar yang sifatnya keyakinan (i'tiqad) walaupun dia melakukan.

Contohnya : ketika seseorang dihadapkan pada takdir yang buruk kemudian ia mengatakan ini semua atas kesalahan saya (seharusnya ia mengatakan ini semua yang terjadi pada saya ialah kehendak Allah) walaupun dia mengucapkan innalillah namun dia mengingkari dalam hatinya dengan ucapan ini semua atas kesalahan saya.

[2] Hati meyakini takdir namun perbuatan tidak mencerminkan yang diyakini.

Referensi :
Kajian Tauhid bersama Ust. Abu Ayyub
http://wanitasalihah.com/meski-berinfak-sebesar-uhud-allah-tidak-menerimanya/
https://matasalman.wordpress.com/tag/orang-yang-beriman/
http://muslimah.or.id/aqidah/memahami-pernyataan-aku-beriman-kepada-allah.html
https://abu0mushlih.wordpress.com/2009/05/23/pelajaran-perihal-iman/
https://abuabdurrohmanmanado.wordpress.com/2012/12/07/sikap-wara-berhati-hati-dan-menjauhi-harta-yang-haram/
https://elmonita.files.wordpress.com/2013/05/hidup.jpg

Sepatah Dua Patah Penyemangat


Didalam kehidupan terkadang sepatah dua patah kata penyemangat dari sahabat atau yang terdekat itu perlu. Seperti dalam Kisah dimana pada saat itu kaum muslimin dalam keadaan yang sulit melawan Musailamah seorang Nabi palsu dengan dukungan empat puluhan ribu orang dari kabilahnya bani hanifah dan para sekutunya dan mereka itu adalah petarung yang tangguh, Hal yang demikian terjadi saat-saat pertama setelah meninggalnya rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dimasa kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shidiq. 

Pada perang yamamah itu kaum muslimin merasakan sebuah bahaya yang sangat besar, mereka menyadari bahwa jika mereka kalah di depan Musailamah niscaya Islam tidak akan pernah berdiri tegak setelah hari ini, Allah yang tiada sekutu bagi-Nya tidak akan pernah lagi disembah di bumi Jazirah arab (bahkan tidak sampai ke kita ke bumi indonesia saat ini -penj). Sepatah dua patah kata penyemangat itu dari sahabat Khalid bin Walid kepada sahabat Al-Barra' bin Malik, dikala peperangan semakin sengit dan mencapai puncaknya Khalid menoleh ke Al-Barra' dan mengatakan, "Majulah wahai pemuda Anshar." Dengan sepatah dua patah yang demikian itu membuat Al-Barra' yakin dan kemudian beliau naik karena dinding bentengnya tinggi dan kemudian memasuki benteng musailamah untuk membuka pintu gerbang yang terkunci (jelas dari dalam) sehingga kaum muslimin bisa masuk kedalam benteng dan menumpas ribuan orang-orang murtad dibawa pimpinan musailamah yang dari perang yamamah itu mereka melarikan diri dan menuju bentengnya, kemudian benteng ini disebut benteng kematian. 

Dan akhirnya kaum muslimin memenangkan peperangan yamamah. Walaupun Al-Barra' yang membuka pintu gerbang itu terkena sekitar delapan puluh lebih luka ditubuhnya berupa tusukan anak panah dan tebasan pedang dengan tubuh kurus,kecil dan kerempengnya dan sempat membunuh sepuluh orang dari bani hanifah didalam benteng sebelum membuka pintu gerbang. Al-Barra' bin Malik ibarat tameng bagi kaum muslimin. Selepasnya perang yamamah, Al-Barra' dibawa ke tenda dan diobati oleh Khalid dan Allah memberikan kesembuhan kepada Al-Barra'.

Dari kisah ini diantara yang bisa kita ambil pelajaran ialah betapa sepatah dua patah kata penyemangat dari sahabat atau yang terdekat lainnya itu perlu terutama dikala-kala sulit dan saat ada keraguan untuk melangkah.

~ Diambil dari kisah sahabat Al-Barra' bin Malik.


Referensi :
Kajian Masjid Al-Hidayah tentang sirah sahabat oleh Ust. Asdi
Nurkholis
http://muslimah-id.com/wp-content/uploads/2014/03/Kisah-Musimah.jpg

Tiga Surat pada Hari Jum'at


A. Diantara yang biasa Rasulullah lakukan ketika shalat maghrib pada malam Jum’at yakni membaca surat al-Kafirun dan al-ikhlas.

Dalam Islam atau kalender hijriyah pergantian waktu dimulai sejak maghrib berarti malam jum'at yang dimaksud ialah kamis malam dan itu mulai masuk hari jum'at. Dan berbeda dengan kalender masehi pergantian waktu dimulai setelah pukul 00.00


Surat Al Kafirun dibaca pada raka’at pertama setelah membaca Al Fatihah, sedangkan surat Al Ikhlash dibaca pada raka’at kedua.
Dari Jabir bin Samroh, beliau mengatakan,

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa ketika shalat maghrib pada malam Jum’at membaca Qul yaa ayyuhal kafirun’ dan ‘Qul ‘ huwallahu ahad’. ” (Syaikh Al Albani dalam Takhrij Misykatul Mashobih (812) mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)

Surat al-kafirun berisi tentang memurnikan (menegaskan) aqidah dan surat al-ikhlas berisi tentang memurnikan aqidah.


B. Surat Al-Kahfi

Dan di antara waktu yang baik untuk membaca surat Al Kahfi adalah di hari Jum’at. Dalam hadits dari Abu Sa’id Al Khudri disebutkan,

Barangsiapa yang membaca surat Al Kahfi pada malam Jum’at, dia akan disinari cahaya antara dia dan Ka’bah” (HR. Ad Darimi 2: 546. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih sebagaimana dalam Shohihul Jami’ no. 6471).

Juga dari Abu Sa’id Al Khudri, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Barangsiapa yang membaca surat Al Kahfi pada hari Jum’at, dia akan disinari cahaya di antara dua Jum’at” (HR. Al Baihaqi dalam Al Kubro 3: 249. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih sebagaimana dalam Shohihul Jami’ no. 6470).

surat Al-kahfi berisi ibrah dan pelajaran yang sangat berharga mengenai bagaimana mempertahankan ketauhidan yakni kisahnya ashabul kahfi. dan diakhir surat al-kahfi juga menjelaskan mengenai kemurnian aqidah yakni dengan mengesakan Allah. Dan dengan mengerjakan amal shalih-lah dan mengesakan Allah dengan tidak mempersekutukannya (syirik) maka akan merasakan perjumpaannya dengan Allah di akhirat kelak.

"Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya"." (QS. Al-Kahfi [18] :110)

Referensi :
Khutbah Jum'at di Masjid Nurul Asri
http://rumaysho.com/aqidah/munculnya-dajjal-6-agar-terhindar-dari-fitnah-dajjal-2371
http://rumaysho.com/tafsir-al-quran/9-waktu-dianjurkan-membaca-surat-al-ikhlas-1093
qur'an.com

https://shirotholmustaqim.files.wordpress.com/2013/08/al-quran-1366x768.jpg

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes