Era Digital
Ketika anak-anak saya ada di rumah silahkan pakai
gadget saya (Ust. Fauzil 'Adhim), dan kita tuker-tukeran (baca: saling menukar) password di sosial media. Maka dari itu saya
tetap bisa memantau aktifitas sosial media dan aktivitas searching dan dari
situ kita tahu anak-anak kita memiliki arah sendiri-sendiri ?
Aktivitas sosial Itu akan jauh terlihat kalau sudah bertemu
dengan kerabat. Apa yang dibicarakan dan apa yang menjadi topik atau kebanggan
yang dibicarakan?
Apa yang mereka (anak-anak kita) banggakan ? dan apa yang
menjadi perhatiannya ?
Jika yang menjadi perhatiannya adalah fashion, dia akan
selalu dan senang update mengenai fashion terkini dan fashion-fashion terbaru.
Jika yang mereka
banggakan adalah yang berkaitan dengan amal shalih pasti ketika dia searching
kemungkinan yang menjadi prioritas ialah tidak jauh-jauh
dari amal shalih.
Jika ada 3 anak misalkan maka kita akan melihat perbedaan
aktivitas apa saja yang ia lakukan.
Sama-sama searching,
namun yang membedakan ialah orientasi apa yang mereka ikuti.
Krisis Identitas
Remaja saat ini bisa mengalami yang namanya krisis identitas
manakala dia hanya belajar dalam kapasitas intelektual namun mereka tidak
memiliki apa-apa yang diperjuangkan (untuk islam) baik untuk dirinya sendiri
maupun orang lain.
Jika mereka tidak
memiliki apa-apa yang diperjuangkan maka ia akan terpengaruh (doktrin) oleh
teman-temannya. Manakala teman-temannya proaktif dalam keburukan dalam
mempengaruhinya, kalau seseorang itu tidak punya arah (orientasi) atau
orientasinya dalam kebenaran belum terbentuk maka teman-teman tersebut bisa
menjadi rujukannya (sedang mereka dalam keburukan).
Pengaruh buruk dari
media bisa mempengaruhi seseorang manakala dia tidak mempunyai apa-apa yang
diperjuangkan (untuk islam) atau orientasi berpikir yang benar. Dia akan mudah
terbawa arus maupun pop up media atau ikut-ikutan.
Hikmah Dibalik Surat
Luqman dalam Pembelajaran
1. Hal-hal yang perlu dituangkan kepada Anak dalam
pembelajaran.
- Bersyukur kepada Allah subhanahu wata’ala.
Sehingga ketika ada musibah ataupun ujian ialah tidak mudah komplain dan karena
yang Allah takdir itu ialah yang terbaik bagi kita.
- Bersyukur kepada diri sendiri. Harus menerima diri
sendiri karena Allah menciptakan kita dalam sebaik-baik bentuk/ takaran.
2. Menanamkan Tauhid, tidak menyekutukan Allah.
Mengkritisi perkataan mengenai :
Kamu hebat, kamu bisa in syaa Allah. Sekarang saya (Ust. Fauzhil Adhim) mencoba mengurangi
perkataan kamu hebat karena memberikan kesan membanggakan diri, terus hebatnya
dimana ,kan belum berbuat.
Saya lebih memilih kata :
Kita manusia lemah, dan Allah yang Maha Perkasa, La haula
wala quwwata illaa billaah. Karena disinilah Allah yang menentukan.
Kita harus terbiasa menyertakan Allah dalam setiap perkataan
maupun perbuatan.
3. Menanamkan anak
agar berbuat baik kepada orang tua (bukan karena berjasa orang tua), ini karena
berbuat baik kepada orang tua merupakan konsekuensi iman.
4. Membangun sikap muraqabah.
Muraqabah adalah merasa jiwa selalu diawasi oleh Allah. Ketika
seorang hamba merasa diawasi oleh Allah, maka orang tersebut akan selalu
bertakwa dimanapun ia berada.
Muraqabah hanya menjadi pemahaman atau omong
kosong. Kalau ilmu tauhidnya belum mengimani. Muraqabah kalau sudah mengimani
ilmu tauhidnya maka ia akan menjadi penjaga karena diri ini merasa takut atau
merasa diawasi oleh Allah.
Anak sudah baik apakah itu sudah cukup dan bisa bertahan
dalam baik ?. Semisal seorang anak sudah melalui pembelajaran di ma’had,
boarding school dan pondok pesantren. Seketika baru lulus ilmu mereka sudah
rontok.
Maka perlu ada yang ditata kembali. Jika kita bertahan, kita
mudah terjatuh maka kita harus terus memperbaiki diri.
5. Memberikan Ta’dib.
Ta’dib, merupakan bentuk masdar dari kata addaba-yuaddibu-ta’diban, yang berarti mengajarkan sopan santun. Sedangkan menurut istilah ta’dib diartikan sebagai proses mendidik yang di fokuskan kepada pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti pelajar.
Tidak menyombongkan diri dan tidak membanggakan diri.
Manakala Tidak Update
media
Apakah kalau kita
tidak meng-update di yahoo.com atau yang lain, kita akan rugi atau menderita ?
Banyak di dalam media online yang namanya :
Kotoran Data, Pendangkalan
informasi. Maka tidak semua data atau informasi kita harus terima atau kita
butuhkan, bahkan banyak dari informasi adalah informasi sampah atau kotor. Dan
manakala kita tidak online atau tidak di sosmed atau tidak nonton TV kita tidak
akan rugi ataupun menderita.
Namun sekali lagi, ini persoalan pilihan. Semua tergantung
kita.
Remote kontrol itu
sebagai alat pengendali maka janganlah kita yang malah dikendalikan oleh alat
pengendali.
3 Hal yang
Membinasakan
“Ada tiga perkara yang membinasakan : kikir yang ditaati; hawa nafsu
yang diikuti; dan membangga-banggakan diri sendiri ('ujub).” (HR. Thabrani)
Diluar tema ada pertanyaan :
Bolehkah menyapih dengan berbohong supaya si bayi tidak
nangis terus atau meneng (diam)?
Tidak boleh, karena menangis adalah karunia yang Allah
berikan kepada bayi dan itu tanda sehat. Dan ibu senantiasa harus bersabar atau
bisa diajak ngobrol atau bercerita dengan si bayi (tapi bukan perkataan
bohong), supaya bisa tenang bisa di peluk dengan pelukan yang hangat untuk si
bayi. Semoga dengan ini Allah ridha.
Referensi :
Terinspirasi Islamic Book Fair, Senin 5 Mei 2014 dengan Tema Tantangan Mendidik Anak di Era Digital dari jam 12.30 - 14.30 oleh Ustadz Fauzil 'Adhim
http://abiyyuammr.blogspot.com/2011/04/tarbiyah-tadib-talim.html
http://muslimah.or.id/akhlak-dan-nasehat/muhasabah-dan-muraqabah-1-tingkatan-pertama-musyarathah.html
http://ceritahajid.wordpress.com/2013/06/22/tiga-hal-yang-membinasakan/
http://kabarcepat.com/files/images/350400/2012/09/08/era-digital.jpg