Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri merasakan betapa besarnya
ujian anak.
Ketika tengah berkhutbah, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam
sampai memutus khutbah beliau karena melihat kedua cucu beliau. Hal ini kita
ketahui dari hadits Buraidah radhiallahu ‘anhu berikut ini:
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sedang menyampaikan khutbah kepada
kami,
lalu datanglah Al-Hasan dan Al-Husain, semoga Allah subhanahu wata’ala
meridhai keduanya,
dengan mengenakan gamis berwarna merah.
Keduanya jatuh tergelincir dan bangun/bangkit kembali.
Sebab itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam turun dari mimbar,
mengambil keduanya lalu naik mimbar sambil membawa keduanya.
Kemudian beliau bersabda,
“Mahabenar Allah, Dia telah berfirman: ‘Sesungguhnya harta-harta kalian dan
anak-anak kalian hanyalah fitnah bagi kalian.’ Aku melihat kedua anak ini maka
aku tidak sabar/tidak bisa menahan diri untuk menghampiri keduanya.” Setelah
itu beliau mulai lagi berkhutbah.
(HR. Abu Dawud no. 1109 dishahihkan dalam Shahih Abi Dawud)
@ Menunjukkan:
Fitnah anak dalam arti bisa mengganggu dan menghentikan aktivitas seseorang
pernah dirasakan juga oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam (dalam penjelasan hadits diatas)
Firman Allah subhanahu wata'ala,
”Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu adalah fitnah dan
sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. Al-Anfal: 28)
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu adalah fitnah (bagimu), dan di sisi
Allah-lah pahala yang besar”
(QS. At-Taghabun: 15)
@ Penjelasan:
Terdapat dua ayat di dalam Al-Qur’an yang menyebut harta dan anak sebagai fitnah,
yaitu surah Al-Anfal ayat 28 dan surah At-Taghabun ayat 15,
Perbedaan antara dua surat adalah Allah menggunakan redaksi
pemberitahuan “Dan ketahuilah" pada surat Al-Anfal ayat 28 sedangkan surat
At-Taghabun ayat 15, Allah menggunakan redaksi penegasan
"Sesungguhnya"
Namun ungkapan yang mengakhiri kedua ayat tersebut sama, yaitu “di sisi
Allah-lah pahala yang besar”.
Sehingga bisa dipahami bahwa fitnah harta
dan anak bisa menjerumuskan ke dalam kemaksiatan, namun di sisi lain justru
bisa menjadi peluang meraih pahala yang besar dari Allah subhanahu wata'ala.
Dan makna yang kedua itulah yang dikehendaki oleh Allah, sehingga Allah
mengingatkannya di akhir ayat yang berbicara tentang fitnah anak dan harta “dan
di sisi Allah-lah pahala yang besar”.
Penjelasan Tentang apa itu Fitnah:
Fitnah dalam kedua ayat ini bukan dalam arti Bahasa Indonesia, yaitu setiap
perkataan yang bermaksud menjelekkan orang, seperti menodai nama baik atau
merugikan kehormatannya.
Tetapi fitnah yang dimaksud dalam konteks harta dan anak seperti yang
dikemukakan oleh Asy-Syaukani adalah bahwa keduanya dapat menjadi sebab
seseorang terjerumus dalam banyak dosa dan kemaksiatan, demikian juga dapat menjadi
sebab mendapatkan pahala yang besar. Inilah yang dimaksud dengan ujian yang
Allah uji pada harta dan anak seseorang. Fitnah di sini juga dalam arti bisa
menyibukkan atau memalingkan dan menjadi penghalang seseorang dari mengingat
dan mengerjakan amal taat kepada Allah
Referensi:
Terinspirasi Kajian di Masjid Al-Hidayah oleh ust. Abu Abdirrahman ,
27 Februari 2013https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQ8CEPNFykBK-LvmKBx9rKgKMMXQVlUbhsCptXwsJ6LuL_o13zFRgbBluk-NbrCMlZ8ugHXhv3caVojER2o9tg6DcLSavmKQD5g0ZdacQYk0U-DhvFVnb6znfF0PKOq5Su6Y-JyLpfkSZo/s1600/benih-01.jpg
http://asysyariah.com/jangan-lalai-dari-dzikrullah.html
selengkapnya: http://www.dakwatuna.com/2007/03/125/meraih-pahala-dari-fitnah-harta-dan-anak/
0 komentar:
Posting Komentar