Istimewanya Perang Tabuk,
Kebiasaan selain Perang Tabuk, Nabi tidak menyebut nama tempat untuk berperang. Pada saat perang Mekkah beliau tidak mengatakan menuju ke Mekkah, beliau mengatakan, kita akan menuju ke tempat ini kemudian melanjutkan perjalanan ke Mekkah. (kebiasaan ini dilakukan Nabi dengan maksud untuk mengantisipasi agar informasi tidak terbongkar oleh musuh).
Kondisi geografis Daerah dan Kondisi perang Tabuk,
Pada saat itu kondisinya: Panas begitu Terik, Melewati padang pasir pada waktu musim panas (Mahlakan : tempat kebinasaan karena banyak yang meninggal),menghadapi pasukan romawi, dan jarak untuk menuju kesana begitu jauh.
kondisi padang pasir di jaman dulu dengan sekarang berbeda, kalau sekarang kan tinggal lurus terus melewati jalan beraspal, sedangkan untuk jaman dulu seperti tak berujung (semua jalan kelihatan sama ,kan gurun pasir) dan di jaman dulu tidak ada seperti jaman sekarang ada hotel ,tempat penginapan dan kedai-kedai makanan dan minuman.
untuk membuat orang-orang yang berperang pada saat itu optimis saat melewati padang pasir maka mereka menyebutnya padang pasir mafazan (mafazan artinya : tempat keselamatan/ tempat keberuntungan).
Pada saat itu (perang tabuk) tidak ada yang namanya Diwan : buku catatan untuk daftar hadir.
Pada Perang Tabuk, pada saat itu buah kurma sedang enak-enaknya (musim kurma) dan menjadi tempat berteduh. (dan ini bisa menjadi godaan untuk tidak ikut Perang Tabuk).
Sampai-sampai Ka'ab bin Malik memikirkan : Diriku menyenangi berteduh diteriknya musim panas.
Saat Persiapan menuju Perang Tabuk,
Pada saat itu persiapan rombongan dari madinah untuk menuju Perang Tabuk.
Yang membuat diriku (Ka'ab bin Malik) tidak jadi berangkat adalah dikarenakan beliau begitu menunda-nunda untuk persiapan menuju Perang Tabuk.Sehingga larut dalam suasana menggampangkan, ah gampang.
Pada saat itu dilain sisi, para sahabat begitu mempersiapkan secara sungguh-sungguh perbekalan dan tinggal berangkat saja.Sedangkan pada saat itu Ka'ab bin Malik masih santai-santainya.
Saat para kaum muslimin berangkat maka Ka'ab bin malik belum mempersiapkannya.
maka saat itu pergilah aku kerumah dan tidak mempersiapkan apapun. Dan aku larut dengan perasaan nanti-nanti dan Nabi dan para sahabat mempercepat langkah-langkahnya.
Akhirnya berangkat semuanya (semuanya angkat kaki dari Madinah untuk menuju ke Tabuk).Lalu ketika itu aku punya niat untuk mempersiapkan dan aku persiapkan unta yang cepat dan bisa menyusul mereka dengan jarak yang begitu jauh.
Apa yang membuat Ka'ab bin Malik tidak disini (Tabuk),
Ada orang yang mengatakan dengan suatu ungkapan yang artinya : Ka'ab lagi kagum dengan dirinya sendiri (baju-nya sendiri).
kemudian Mu'adz bin jabal mengatakan Sungguh jelek yang kalian katakan (perkataan diatas bermakna beliau (Ka'ab bin Mu'adz) lagi diserang penyakit kemunafikan). Sungguh demi Allah, tidaklah yang kami tidak ketahui dari Ka'ab bin Malik kecuali dia orang baik.
Hikmah: dikala ada orang yang secara zhahirnya itu baik, maka yang kita ketahui hanyalah kebaikan,
Lanjut...
Kemudian Ka'ab bin Muadz, , terkena bisikan syaitan yakni : ternyata aku tidak ditakdirkan untuk itu (Perang Tabuk).
Maka mulailah aku keluar dari rumah , mengintari perkampungan dan rasulullah sudah berangkat maka aku pun sedih (madinah dalam suasana sepi)
Tidaklah aku (Ka'ab bin Malik) melihat teman yang menjadi tauladan kecuali orang yang terjerumus pada kemunafikan. dan waktu itu orang yang tidak ikut perang dan orang tersebut boleh tidak berangkat untuk berperang adalah orang yang kondisinya belum memungkinkan untuk berperang seperti sakit, cacat dan lemah).
Sifat orang munafik...
Dan rasul tidak menyebut diriku ketika berada di Tabuk...Nabi melihat pakaian yang begitu putih, siapakah orang yang dari kejauhan ? Dia bersedekah dengan setengah biji kurma.
Kita bisa melihat pandangan orang munafik terhadap sedekahnya, Ketika ada sahabat yang bersedekah dengan harta yang besar maka orang munafik berkata dia itu pamer, banyak-banyakan sedekah. Ketika Abu Huzaimah bersedekah dengan satu sha kurma orang munafik berkata sedekah kok secuit, tidak bermutu.Dan inilah sifat orang munafik, dia mencela kebaikan ketika sedekah itu sedikit ataupun banyak ataupun tidak sedekah tetap mencelanya. Dan itulah sifat orang munafik dari zaman ke zaman, pokoknya jelek semua bagi dirinya dan salah semua.
Kembali ke kisah Ka'ab bin malik...
Mulailah aku terlintas akan 'kebohongan', dan berbagai cara untuk berbohong supaya Nabi tidak marah (kenapa ia tidak ikut berperang). kemudian Ia berfikir untuk pergi dan bertanya-tanya kepada keluarga bagaimana cara berbohong dan supaya Nabi tidak marah.
Sesampai Nabi ke Madinah, dan rencana berbohong tidak akan dapat menyelamatkan dan aku harus berbicara jujur. Aku tidak ikut berperang tanpa alasan.
Kebiasaan Nabi sepulangnya dari safar yakni di pagi hari (subuh) mencari masjid yang dekat untuk kemudian shalat dua raka'at kemudian duduk.
Nabi bertanya, kenapa tidak berangkat padahal disuruh untuk berangkat (berperang di jalan Allah)?. kemudian orang munafik memberikan alasan-alasannya begini dan begitu,ada yang mengatakan karena istrinya sakit dan ada yang bersumpah,dsb.
Nabi mengetahui dengan Ijin Allah, pada saat itu orang munafik berjumlah 80 sekian orang lalai. dan kemudian beliau menerima pengakuan mereka (alasan-alasan orang munafik tersebut) dan berkata silahkan , pergi, dan Nabi memohon ampun mengenai isi hati mereka diserahkan kepada Allah subhanahu wata'ala.
Kemudian giliran Ka'ab bin Malik...
Ka'ab mengucapkan salam, dan direspon Nabi dengan senyum dengan keadaan marah,Kemari mendekatlah.Lalu aku datang dan duduk mendekat ke Nabi.
Apa alasan tidak ikut berperang padahal engkau telah membeli unta (Ka'ab saat itu memiliki dua unta).
Beliau (Ka'ab bin malik) mengatakan :
Seandainya aku duduk pada manusia yang lain (selain rasulullah) niscaya aku berpandangan untuk berbohong (karena aku pintar berdebat).Tetapi aku ,demi Allah. Jika aku berkata dusta sedang Allah mengetahui dan mengatakan kepadamu (tentang dusta tersebut) dan ketika aku mengatakan perkataan yang jujur, engkau akan memarahi ku karena perkataan ku itu.Dengan perkataan itu (kejujuran) ada yang bisa aku harapkan (Allah menerima taubatku) dan demi Allah aku tidak mempunyai alasan (untuk tidak berperang).
Maka Rasul berkata , Adapun orang ini ,dia jujur dan silahkan pergi , maka Allah akan memberi keputusan kepadamu.
Dan Begitupun dengan dua sahabat yang lain pun berkata jujur seperti Ka'ab bin Malik.
Mendengar perkataan dari Ka'ab bin Malik akan alasan-alasannya itu...
Maka bicaralah dari keturunan keturunan (bani) ,tiadalah aku ketahui dari kami kesalahan-kesalahan setelah ini (tentang alasan Ka'ab tadi), sungguh engkau tidak berdaya untuk mencari-cari alasan seperti orang munafik. Kenapa engkau tidak beralasan, kan Nabi telah memohon ampunan kepada Allah (jawaban Nabi akan alasan orang munafik).
Mereka mencela, mengapa aku tidak ada alasan (untuk berdusta). Karena banyaknya yang mengatakan seperti itu sampai-sampai aku ingin kembali kepada rasulullah dan mengatakan alasan bahwa tadi itu berbohong dan yang benar alasan ini.Dan akupun tidak melakukan perbuatan tersebut aku tetap berkata jujur (Ka'ab bin Malik).
Referensi:
Kajian di Masjid Al Hidayah, 27 Mei 2013 oleh Ust. Aris Munandar
http://muslimmatters.org/wp-content/uploads/forgiveness.jpg