Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila mengiringinya,
dan siang apabila menampakkannya, dan malam apabila menutupinya,
dan langit serta pembinaannya, dan bumi serta penghamparannya,
dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),
maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,
dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.
(Q.S. Asy-Syams [91] : 1-10)
yakni dengan membuka hati, Iman dan peningkatan kinerja.
Kinerja, Iman dan amal adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Karena memang Amal adalah bukti dari Iman, dan Amal adalah bagian dari Iman (dipandang dari sisi tauhid).
Amal yang baik (Amal Shalih)
"Sesungguhnya Allah suka, ia bekerja dengan Itqan amal (sebenar-benar dan etos kerja yang tinggi).
Kinerja, Iman dan amal harus dimulai dengan ,
1. Kerja Ikhlas
Dimulai dengan Ikhlas karena sejatinya adalah semua dasar untuk melakukan tindakan adalah niat yang ikhlas.Niat yang ikhlas itu karena Allah dan niat yang ikhlas memunculkan suatu tindakan yang sebenar-benarnya (Itqanul Amal) baik dalam melakukan tindakan itu dibayar atau tidak dibayar sekalipun.semisal Dosen, Mahasiswa, karyawan dsb.
2. Kerja Keras
Kita bisa melihat perilaku "orang-orang jepang ketika melayani pelanggannya (customer)", mereka melakukannya dengan pelayanan sebaik-baiknya (service atau pelayanan yang maksimal) oleh karenanya orang jepang terkenal sebagai pekerja keras. Kita bisa mencontoh hal itu.
3. Kerja Jelas
Kerja Keras harus diikuti dengan kerja Jelas. Seseorang yang bekerja keras harus memiliki tujuan yang jelas supaya dia tidak memanfaatkan waktunya dengan suatu hal yang tidak berguna atau membuang-buang waktu. Saat kita dipaparkan beberapa pilihan ; pekerjaan A bersifat jelas, pekerjaan B bersifat samar samar, dan pekerjaan C bersifat tidak jelas maka pilihlah pilihan yang A yakni pekerjaan yang jelas. Jangan sampai kita sibuk mondar-mandir (sok sibuk) pada tujuan yang tidak jelas ataupun samar-samar.
4. Kerja Cerdas
Kerja Cerdas itu harus memiliki inisiatif (konseptor), jadi tidak monoton seperti itu-itu saja sehingga hasilnya insya Allah mumtaz.
Iman
Allah itu menyukai manakala seseorang bekerja dengan Itqan. Kita tidak peduli diawasi atau tidak ketika melakukan sesuatu dan kita berusaha melakukan kebaikan. Itulah yang dinamakan fungsi dari keimanan. Dan Iman adalah bagian dari Ibadah.
Iman itu cabangnya 60an s.d. 70an (angka ini diartikan oleh orang arab bukan saja menandakan 60an atau 70an ,ini juga menandakan jumlah yang begitu banyaknya),selain itu juga ada pada hadits tentang 73 golongan.
Kita orang indonesia biasa mengatakan semisal Negri 1001 malam, ini menandakan bukan banyaknya 1001 namun lebih kearah karena saking banyaknya.
Iman itu paling tinggi adalah perkataan lailaha illallahu, dan paling rendah adalah menyingkirkan duri.
Iman itu tidak statis namun iman itu naik-turun.
Rumus simpelnya adalah : "Iman itu meningkat dengan ketaatan dan akan menurun dengan kemaksiatan."
Dua hal yang bertentangan tidak akan bertemu sama sekali ibarat air dengan minyak.ya seperti itulah juga antara ketaatan dan kemaksiatan.
"Tidak akan berzina seorang pezina. Tatkala seseorang itu beriman."
"Tidak akan mencuri seorang pencuri. Tatkala seseorang itu beriman."
Amal Shalih
Orang beriman itu harus berbuah atau memiliki (meninggalkan) jejak dan orang beriman itu meninggalkan jejak yakni amal shalih.
Amal yang shalih, ada yang mengatakan pengertiannya ialah Amalan yang baik dan juga tepat.
Contoh :
- "Tidur itu baik, jika mendengar kajian dengan tidur belum amal shalih.hehe
- "Pembuatan SD ditempat yang banyak SD atau jumlah siswa yang sedikit (itu baik, namun bermasalah), buat aja laboratorium IT disekolah yang tidak ada lab-nya.
Yang dibutuhkan orang lapar itu makanan ,bukan nasihat.
Akhlak
Akhlak berasal dari kata khulukun yang berarti
perangai. Dan disebut akhlak manakala perbuatan itu itu spontan dan
terus-menerus.
Jika perbuatan itu dipaksa atau disengaja atau
didorong-dorong maka itu bukan makna dari akhlak. Intinya jika perbuatan itu spontan
dan mencerminkan seseorang maka itu makna dari akhlak.
Misalnya :
Kita bertemu dengan teman kita, teman dekat
ataupun tidak dan bahkan sampai belum kenal pun dalam kondisi tertentu tidak
terbiasa mengucapkan salam, maka itu belum bisa dimaknai dengan akhlak. Namun
jika setiap kali bertemu ternyata mengucapkan salam, maka secara makna itu
akhlaknya.
Apa
beda antara akhlak, etika dan moral ?
Perbedaan yang pertama tentang ukuran ; ukuran
mana baik dan mana buruk, terpuji atau tercela,maka standar untuk menilai
ukuran itulah yang berbeda.
Standar akhlak itu berdasar pada Al Qur’an dan
As Sunnah,
Standar etika itu berdasar pada akal dan pikiran manusia,
Standar moral itu berdasar pada pandangan masyarakat suatu wilayah.
Didalam suatu masyarakat bisa mencakup tiga
hal dasar (akhlak,etika,moral).
Jika kembali kepada Islam yang sesungguhnya
maka semuanya (akhlak,etika,moral) tidak ada bedanya karena kembali ke Al
Qur’an dan As Sunnah.
Sebagai contoh :
Di barat budaya Cium pipi kanan pipi kiri
tidak ada masalah terkait standar moralitas dan etika disana, namun tidak
sesuai dari sisi akhlak.
Substansinya sama; ketika misal seseorang dari
Jogja untuk pamit salaman biasa saja, dan orang minang harus sampai cium tangan
orang tua, keduanya memiliki substnsi yang sama. Dan hal itu sesuai dengan
etika dan moral serta tidak menyimpang dari ranah akhlak.
Karena dasarnya suatu standar masyarakat maka
guyonan dan kerja santai itu bisa memiliki nilai moral.
Paradok
Demokrasi
Di dalam demokrasi sekarang saat sistem voting
dalam pemilu dilaksanakan, maka tidak ada bobot atau tidak bisa ditimbang
kualitas dari suara orang yang terpelajar dan orang yang tidak terpelajar semua
dianggap sama. Kesannya hak suara sama namun sebenarnya harus bisa dibedakan
tingkat kualitas seorang pemilih.
Hati
(Qalbun)
Saat kita memegang kepala apa yang diidentikan
yakni berfikir, saat memegang perut apa yang diidentikan yakni mengenai lapar
atau tidak lapar, saat memegang dada apa yang diidentikan yakni hati.
Qalbun itu dimaknai bukan fisik saja. Secara
anatomi tidak ada hati (Qibda).
Dalam hadits Rasulullah Saw: Dari Nu'man bin Basyir berkata: saya mendengar Rasulullah Saw. Bersabda:
ألا وإن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله وإذا فسدت فسد الجسد كله ألا وهي القلب
Artinya: " Ketahuilah,sesungguhnya dalam jasad terdapat segumpal
daging, apabila dia baik maka jasad tersebut akan menjadi baik, dan
sebaliknya apabila dia buruk maka jasad tersebut akan menjadi buruk,
Ketahuilah segumpal daging tersebut adalah "Qalbu" yaitu hati ".
( HR.Bukhari ).
Intinya pengendali utama seseorang ialah hatinya (sebagai motorisasi)
Apakah
sama dengan Jiwa ?
Dalam surat Asy Syams, Allah bersumpah paling
banyak yakni 7x, kalau sampai bersumpah sebanyak itu, itu berarti ada
peringatan yang paling penting.
yakni pada ayat ke 8 dalam surat Asy Syams.
Setiap orang memiliki dua hal yang pasti ada
padanya yakni potensi untuk Fujur (menentang Allah) dan potensi untuk bertaqwa
(berbuat baik).
Hanyalah Rasulullah yang sifat fujurnya
dibedah malaikat dan dibuang, tapi syahwatnya masih ada.
Karena kita tidak dibedah oleh malaikat, maka
sifat fujur itu masih ada maka sifat ini harus ditekan terus.
Ketika fujur itu
muncul maka itu harus ditekan dan kita memang harus cepat sadar. Untuk bisa
menekan fujur lebih baik itu bisa dengan didukung oleh lingkungan yang baik.
Ketika dilingkungan yang baik maka fujur akan terasa berat dan taqwa akan
terasa ringan diamalkan.
Makanya di dalam Islam ketika kita mau
mempunyai rumah maka lihat dulu tetangganya (itu adalah sisi dimana kita harus
mempertimbangkan lingkungan, apakah lingkungan itu baik atau tidak).
Sebagaimana seorang mahasiswa yang mau memilih
tempat untuk menetap (kos, kontrakan atau asrama) maka yang perlu diperhatikan
adalah apakah lingkungannya itu mendukung untuk taqwa atau tidak. Kalau tidak
cari yang yang lain yang lebih mendukung kepada taqwa.
Kalau mengutip Hadits Rasulullah SAW,
“Perumpamaan teman yang shalih
dengan yang buruk itu seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai
besi. Berteman dengan penjual minyak wangi akan membuatmu harum karena
kamubisa membeli minyak wangi darinya atau sekurang-kurangnya mencium
ban wanginya. Sementara berteman dengan pandai besi akan membakar badan
dan bajumu atau kamu hanya akan mendapatkan bau tidak sedap“.
(HR.Bukhari & Muslim),
Ayat ke 9 mengenai beruntunglah orang yang
mensucikan hati (tazkiyatun Nafs)
Bagaimana cara mensucikan hati atau tazkiyatun
nafs ?
Metode
Tazkiyatun Nafs
1. Menegakan shalat 5 waktu dan shalat nawafil
(rawatib)
2. Puasa ramadhan dan puasa sunnah
3. Tilawah dan Tadabbur Qur’an
4. Dzikir dan Doa
5. Dzikrul Maut (Mengingat Mati)
6. Tadabbur Alam.
Bagaimana
untuk bisa khusyuk dalam shalat ?
Kita lihat tuh prosesnya,
Ketika adzan berkumandang kita
menjawab/menyahuti adzan, setelah itu kita berdoa “Allahumma Rabbahaadihi
da’watittaammati,...” lalu keluar dari rumah dan membaca doa “bismillahi
tawakkaltu ‘alallahi,...”kemudian menuju ke Masjid kemudian berdoa ketika
hendak masuk masjid “Allahummaftahli abwaba rahamtik” kemudian shalat Qabliyah
/shalat Tahiyatul Masjid/ Shalat setelah wudhu kemudian menunggu iqomah,
setelah iqomah lalu shalat berjamaah (dan itu lebih memungkinkan untuk khusyuk
shalat)
Kita bisa memanfaatkan waktu antara shalat
subuh dan zhuhur dengan menunaikan shalat
dhuha.
Sebenarnya Waktu shalat itu mengatur Disiplin waktu kita terutama didalam
perkuliahan dan kinerja kita.
Puasa dari yang paling ringan ke yang cukup berat yakni puasa ayamul bidh à puasa senin kamis àpuasa Daud.
Ketika kita membaca al-qur’an bukan hanya target pahala namun bagaimana kita
didalam memahami al-qur’an.
Pada
generasi sahabat, Belajar Qur’an lima ayat-lima ayat
dan kemudian dipahami lalu diamalkan dan memiliki keyakinan diri bahwa dirinya
bisa mengamalkan. Itulah yang membedakan generasi sahabat dengan generasi saat
ini.
Dzikir
dan Doa, Dzikir itu melalui ucapan dan hati
(Berdzikirlah dengan tidak terlalu terfokuskan pada angka angka, semisal Allahu
akbar 33 x, Subhanallah 33x dan Al hamdulillah 33x, kita tetep memahami apa
yang ucapkan dan hati merasakan, namun menghitung dengan tangan kanan).
Doa memiliki fungsi meminta (terhadap apa yang di inginkan) dan berfungsi
juga sebagai ibadah.
Di dalam berdoa ,maka perlu semakin baik,
perlu khusnuzhan terhada doa kita dan harus yakin bahwa doa kita pasti
dikabulkan (tidak perlu ada batas-batas dan juga mengancam).
Jangan
suka Ber-Nazar, karena memang Nazar itu menunjukkan
bahwa iman itu sedang lemah. Imam Hambali mengatakan bahwa Nazar itu sifatnya
Makruh.
Rasulullah Mengajarkan kepada kita supaya Ziarah kubur supaya kita itu Dzikrul
Maut (Mengingat Mati)
Tadabbur
Alam
“Dan terhadap langit,
bagaimana ia ditinggikan. Dan terhadap gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan. Dan
terhadap bumi, bagaimana ia didatarkan.”
(QS. Surat Al
Ghasyiyah [88]: 18 – 20)
Tadabbur Alam bisa menjadi Tarbiyah ruhiyah
(Pendidikan ruhani) misal ke atas bukit, ke gunung, ke pantai ,ke gua dan
sebagainya.
Contoh :
Kita bisa isi misalkan Di gua yang gelap, kita
tanya jawab, “Man Rabbuka”, ....
Referensi:
Terinspirasi Pengajian Dosen oleh Ust. Yunahar Ilyas - 28 November 2013 Ba'da Isya di Gedung Auditorium FISIPOL UGM
http://andimarlinasyam.wordpress.com/2011/11/12/efek-gabung-sama-orang-orang-positive-thinking/
http://www.pesantrenvirtual.com/index.php?option=com_content&view=article&id=1274:membersihkan-kalbu&catid=4:hikmah&Itemid=59
http://muslimsein.files.wordpress.com/2011/01/kajian-reboan-tzky2.jpg