Asal Usul Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa
sansekerta yaitu buddhayah. Merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi
atau akal), diartikan sebagai hal-hal berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture.
Dalam Islam, istilah ini disebut dengan adab.
Islam telah menggariskan adab-adab Islami yang mengatur etika dan norma-norma
pemeluknya.
Bagaimana Pandangan Islam Terhadap produk
budaya ?
Budaya harus sejalan dengan prinsip-prinsip
syariat Islam.
Adab dan Budi Pekerti yang agung
"Dan sesungguhnya kamu (Muhammad)
benar-benar berbudi pekerti yang agung."
(Q.S. Al-Qalam [68] :4)
Diantara ciri-ciri orang yang berbudaya ialah :
- Menjaga lidahnya
- Menjaga Kehormatannya
- Orang yang menjaga shalatnya
- Ketika berjalan di muka bumi tidak takabur dan
tidak menganggap remeh orang lain
- Mampu menempatkan etika antar sebaya, anak kecil
dan interaksi dengan orang tua
- (Baca Surat Al Mu'minun ayat 1 - 11), dsb.
Adab-adab Islami ini meliputi seluruh aspek kehidupan manusia.
Tuntunannya turun langsung dari Allah melalui wahyu kepada Allah melalui wahyu
kepada Rasul-Nya. Oleh karena itu, Allah subhanahu wa Ta'ala menjadikan
Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam sebagai teladan terbaik dalam hal etika
dan adab ini.
Sebelum kedatangan Islam, yang berkembang di
tengah-tengah masyarakat Arab ketika itu ialah budaya jahiliyah. Di antara
budaya jahiliyah yang dilarang oleh Islam, misalnya tathayyur, menisbatkan
hujan kepada bintang-bintang, dan lain sebagainya.
Dinul-Islam sangat menitik beratkan pengarahan
para pemeluknya menuju prinsip kemanusiaan yang universal, menoreh sejarah yang
mulia dan memecah tradisi dan budaya yang membelenggu manusia, serta mengambil
intisari dari peradaban dunia modern untuk kemaslahatan masyarakat Islami.
Allah berfirman, yang artinya:
"Barang siapa mencari agama selain dari
agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari padanya,
dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi."
(QS. Ali 'Imran [3] : 85)
Pandangan Islam Terhadap Kebudayaan Manusia
'Aisyah Radhiallahi 'anha menceritakan :
"Sesungguhnya pernikahan pada masa jahiliyah ada empat macam. Ketika Nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam diutus menjadi rasul dengan membawa
kebenaran, dihapuslah seluruh jenis pernikahan jahiliyah kecuali pernikahan
yang dilakukan oleh orang-orang sekarang ini.
[Aadabusy-Syar'iyyah, Ibnu Musflih]
Dari riwayat ini, kita dapat mengetahui bahwa
Islam memberikan beberapa adat kebiasaan manusia yang tidak bertentangan dengan
syariat dan adab-adab Islam atau sekalan dengannya.
Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam tidak menghapus seluruh adat dan budaya masyarakat Arab yang ada
sebelum datangnya Islam.
Akan tetapi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam melarang budaya-budaya yang mengandung syirik, seperti pemujaan terhadap
leluhur dan nenek moyang, dan budaya-budaya yang bertentangan dengan adab-adab
Islami.
Contoh Kebudayaan Masyarakat Indonesia
A. Budaya Tumpeng
Tumpeng adalah cara penyajian nasi beserta
lauk-pauk dalam bentuk kerucut. Itulah sebabnya disebut "nasi
tumpeng". Ada beberapa macam tumpeng ini, diantaranya :
1. Tumpeng Robyong.
Tumpeng ini biasa disajikan pada upacara siraman
dalam pernikahan adat Jawa. Tumpeng ini diletakkan di dalam bakul dengan
berbagai sayuran. DI bagian puncak tumpeng ini diletakkan telur ayam, terasi,
bawang merah dan cabai.
2. Tumpeng Nujuh Bulan.
Tumpeng ini digunakan pada syukuran kehamilan
tujuh bulan dan terbuat dari nasi putih. Selain satu kerucut besar di tengah,
tumpeng ini juga dikelilingi enam buah tumpeng kecil lainnya. Biasa disajikan
di atas tampah yang dialasi daun pisang.
Dari situ dapat kita ketahui bila tumpeng dibuat
dalam rangka acara-acara atau ritual-ritual di atas, maka Islam tidak
membenarkannya. Namun kalau sekedar membuat tumpeng sebagai seni memasak
tanpa disertai ritual tersebut, maka tidaklah mengapa.
B.Tabot atau Tabuik,
adalah upacara masyarakat Bengkulu untuk
mengenang kisah kepahlawanan dan kematian cucu Nabi Muhammad, Hasan dan Husein
bin Ali bin Abi Thalib dalam peperangan dengan pasukan Ubaidillah bin Zaid di
padang Karbala, Irak pada tanggal 10 Muharam 61 Hijriyah (681).
Pada awalnya, inti upacara Tabot ialah untuk
mengenang upaya pemimpin syiah dan kaumnya mengumpulkan potongan tubuh Husein,
mengarak dan memakamkannya di Padang Karbala. Istilah Tabot berasal dari kata
Arab "Tabut" yang secara harfiah berarti kotak kayu atau peti.
Tradisi berkabung yang dibawa dari negara asalnya
tersebut mengalami asimilasi dan akulturasi dengan budaya setempat dan kemudian
diwariskan dan dilembagakan menjadi apa yang kemudian dikenal dengan sebutan
upacara Tabot.
Dengan alasan melestarika budaya itulah, banyak
kaum muslimin melakukannya. Padahal tidak diragukan lagi bahwa adat dan budaya
seperti itu sangat jelas bertentangan dengan nilai-nilai Islam dan mengandung
unsur syirik. Sehingga wajib bagi kaum muslimin untuk menjauhinya.
Kesimpulan
Oleh karena itu hendaklah kaum muslimin secara
cermat meneliti asal-usulnya (dengan berusaha untuk tidak ikut-ikutan), Apakah
budaya itu mengandung unsur yang dilarang dalam agama atau tidak ?
Contoh budaya kita yang diperbolehkan di dalam
Islam, yakni : Budaya masyarakat kita yang mudik dan semisal memakai batik
(selama menutup aurat) ,dsb.
Jadi, selama adat dan budaya itu tidak
bertentangan dengan ajaran Islam, silakan melakukannya. namun jika bertentangan
dengan ajaran Islam, seperti :
Memamerkan aurat pada sebagian pakaian adat
daerah, atau budaya itu berbau syirik atau memiliki asal-usul ritual syirik dan
pemujaan atau penyembahan kepada dewa-dewa atau tuhan-tuhan selain Allah, maka
budaya seperti itu hukumnya haram.
Sebab, kita harus menjadikan syariat Islam
sebagai barometernya, bukan sebaliknya. Karena sebaik-baik petunjuk adalah
petunjuk Rasulullah.
Pertanyaan
Bersyukur pada saat panen padi dengan melakukan
budaya kesyirikan, bagaimana menyikapi ?
Yang sebaiknya dilakukan adalah kita berdoa
,berharap semoga kedepannya lebih baik dan bersyukur terhadap panen yang
sekarang bukan malah melakukan perbuatan seperti itu (kesyirikan). Karena doa
itu gratis dan bisa dipanjatkan dan di dalam Islam terdapat waktu yang mustajab
ketika berdoa (kita bisa berdoa pada saat itu) dan Allah telah menjamin niscaya
akan dikabulkan doanya.
Referensi :
Terinspirasi Kajian
Ust. Elan di Masjid Al Adab_Fakultas Ilmu Budaya oleh KMIB (2013)
http://beta.muslimlife.com/wp-content/uploads/2011/12/kaligrafi-kubah-masjid-0.jpg