Definisi :
Makna secara bahasa:
Zuhud menurut
bahasa berarti berpaling dari sesuatu karena hinanya sesuatu tersebut
dan karena (seseorang) tidak memerlukannya. Dalam bahasa Arab terdapat
ungkapan “syaiun zahidun” yang berarti “sesuatu yang rendah dan hina”.
Makna secara istilah:
Ibnu Taimiyah mengatakan – sebagaimana dinukil oleh muridnya, Ibnu al-Qayyim – bahwa zuhud adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat demi kehidupan akhirat.
Al-Hasan
Al-Bashri menyatakan bahwa zuhud itu bukanlah mengharamkan yang halal
atau menyia-nyiakan harta, akan tetapi zuhud di dunia adalah engkau
lebih mempercayai apa yang ada di tangan Allah daripada apa yang ada di
tanganmu. Keadaanmu antara ketika tertimpa musibah dan tidak adalah sama saja, sebagaimana sama saja di matamu antara orang yang memujimu dengan yang mencelamu dalam kebenaran.
عَنْ
أَبِي الْعَبَّاس سَهْل بِنْ سَعْد السَّاعِدِي رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ
: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَقَالَ : ياَ رَسُوْلَ اللهِ دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَمِلْتُهُ
أَحَبَّنِيَ اللهُ وَأَحَبَّنِي النَّاسُ، فَقَالَ : ازْهَدْ فِي
الدُّنْيَا يُحِبُّكَ اللهُ، وَازْهَدْ فِيْمَا عِنْدَ النَّاسِ يُحِبُّكَ
النَّاسُ .
[حديث حسن رواه ابن ماجة وغيره بأسانيد حسنة]
Dari
Abu Abbas Sahl bin Sa’ad Assa’idi radhiallahuanhu dia berkata :
Seseorang mendatangi Rasulullah shallallohu ‘alaihi wa sallam, maka
beliau berkata : Wahai Rasulullah, tunjukkan kepadaku sebuah amalan yang
jika aku kerjakan, Allah dan manusia akan mencintaiku, maka beliau
bersabda: Zuhudlah terhadap dunia maka engkau akan dicintai Allah dan
zuhudlah terhadap apa yang ada pada manusia maka engkau akan dicintai
manusia.
(Hadits hasan riwayat Ibnu Majah dan lainnya dengan sanad hasan) .
Kandungan hadits :
1.
Menuntut kecukupan terhadap dunia adalah perkara wajib, sedang zuhud
adalah tidak adanya ketergantungan dan terpusatnya
perhatian terhadapnya.
2. Bersikap qanaah terhadap rizki yang
halal dan ridho terhadapnya serta bersikap ‘iffah dari perbuatan haram
dan hati-hati terhadap syubhat.
3. Jiwa yang merasa cukup dan iffah serta berkorban dengan harta dan jiwa di jalan Allah merupakan hakekat zuhud.
Didalam
kita memaknai zuhud, ialah dengan memperlakukan dunia sebatas keperluan
saja, kita gunakan dunia sebagai sarana untuk hari kemudian (akhirat)
dan jangan pernah terkesima dengan silaunya dunia.Dan juga harus
dipahami bahwa Zuhud jangan diidentikan dengan pakaian lusuh, rambut
acak-acakan atau compang-camping dan yang harus menjadi perhatian ialah
"dunia hanya sebatas perlunya saja", bahkan dalam islam kita harus
berpakaian yang bagus dan rapih bahkan untuk rambut disunnahkan untuk
menyisirnya supaya 'ndak acak-acakan. Dan jangan juga disalah artikan
bahwa orang yang bermobil atau sejenisnya pasti bukan Zuhud dan yang
paling penting ialah hanya sebatas keperluan bukan untuk
bermegah-megahan atau berlebih-lebihan atau menunjukkan kekayaan (riya')
dan ujub. Dalam islam kita diajarkan bahwa hendaknya menampakkan
kenikmatan yang Allah berikan dengan sikap bersyukur. Dan tentunya seseorang yang Zuhud kepada dunia pasti akan dicintai Allah.
Janganlah
kita memiliki sifat tamak, atau berambisi terhadap apa yang dimiliki
seseorang. Setiap apa yang dimiliki seseorang yang sifatnya keduniaan
kita iri dan dengki, sebagai contoh ketika teman kita punya black berry
kita ingin memiliki, ketika teman kita punya mobil keluaran terbaru kita
ingin miliki.dll. Namun harus bisa dibedakan bahwa manakala
seseorang berusaha di dalam beribadah jangan dikatakan "jangan
berlebihan atau berambisi" ,namun itulah wujud di dalam kita
ber-fastabiqul khairat dan bersungguh-sungguh, sebagai contoh : jangan
banyak-banyakan atau sering-seringan membaca Al-Qur'an, bahkan lebih
sering membaca Al-Qur'an itu lebih bagus, dsb. Dan tentunya seseorang yang Zuhud terhadap apa yang dimiliki manusia pasti akan dicintai manusia.
Dari bahasan ini kita dapat menarik kesimpulan bahwa Zuhud itu ialah berkaitan tentang:
- meninggalkan apa yang tidak bermanfaat demi kehidupan akhirat.
-
memperlakukan dunia sebatas keperluan saja, kita gunakan dunia sebagai
sarana untuk hari kemudian (akhirat) dan jangan pernah terkesima dengan
silaunya dunia.
- Janganlah kita memiliki sifat tamak, atau
berambisi terhadap apa yang dimiliki seseorang. Setiap apa yang
dimiliki seseorang yang sifatnya keduniaan kita iri dan dengki. Namun
harus bisa dibedakan bahwa manakala seseorang berusaha di dalam
beribadah jangan dikatakan "jangan berlebihan atau berambisi" ,namun
itulah wujud di dalam kita ber-fastabiqul khairat dan
bersungguh-sungguh.
Referensi :
Terinspirasi Kajian hadits ,ahad sore, Masjid kampus 27 April 2014 bersama Ust. Ridwan Hamidi
http://muslim.or.id/tazkiyatun-nufus/zuhud.html
http://haditsarbain.wordpress.com/2007/06/09/hadits-31-zuhud/
id_forty_hadith_of_nawawi.pdf
http://cdn.klimg.com/merdeka.com/i/w/photonews/2013/07/14/220320/640x320/kekhusyukan-salat-dan-doa-dalam-kesendirian-011-isn.jpg
0 komentar:
Posting Komentar