Kita mencoba melihat Ibadah Kurban dari dua hal yakni :
Dari sisi ritual dan esensial.
Dari sisi ritual yakni dari keseluruhan proses menyembelih hewan Kurban.
Dari sisi esensial yakni memiliki makna "menyembelih" unsur-unsur kebinatangan (Hayawaniyyah) di dalam
diri.
Tiga akibat dari unsur-unsur kebinatangan (Hayawaniyyah) yaitu :
- Masih Percaya kepada selain Allah
- Belum yakin sepenuhnya kepada Allah
- Belum bisa pasrah seutuhnya kepada Allah
لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَٰكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنْكُمْ ۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ
"Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai
(keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.
Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu
mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar
gembira kepada orang-orang yang berbuat baik."
(QS. Al-Hajj [22] : 37)
Fadilah dari Ibadah Kurban :
- Mengikuti sunnah Nabi Ibrahim 'alaihissalam
- Mensyukuri nikmat Allah subhanahu wata'ala
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.
Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berqurbanlah. Sesungguhnya
orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus” (QS. Al Kautsar: 1-3).
- Mengikis sifat thama' (rakus)
- Menghapus dosa
- Mendekatkan diri kepada Allah
- Menjalin kasih sayang sesama manusia
Keluarga Nabi Ibrahim 'Alaihissalam dan yang bisa diambil pelajaran yakni :
- Keteladanan,
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ إِلا قَوْلَ إِبْرَاهِيمَ لأبِيهِ لأسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
"Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan
orang-orang yang bersama dengan dia;
ketika mereka berkata kepada kaum
mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang
kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata
antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai
kamu beriman kepada Allah saja.
Kecuali perkataan Ibrahim kepada
bapaknya:
“Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat
menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah”. (Ibrahim berkata): “Ya
Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada
Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali."
(QS. Al-Mumtahanah [60] : 4)
Teladan keluarga Ibrahim yakni :
- Adanya kepercayaan kepada Allah (pada kisahnya Nabi Ibrahim a.s.)
- Adanya keyakinan kepada Allah (pada kisahnya Nabi Ibrahim a.s. dengan Istrinya yakni Hajar)
- Adanya kepasrahan kepada Allah (pada kisahnya Nabi Ibrahim dengan Nabi Ismail a.s.)
Kisah yang Bersejarah dari Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s."Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar.
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup atau usia assa'ya maksudnya : usia dimana seorang anak bisa membantu orang tuanya atau dengan kata lain berusaha sendiri atau mandiri.) berusaha bersama-sama Ibrahim,
Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; in syaa Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya).
Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu”, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.
Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian,(yaitu) “Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim”.
Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik."
(QS. Ash Shaaffaat [37] : 101 - 110)
Kisah yang Bersejarah dari Nabi Ibrahim a.s. dan Istrinya yakni Hajar
Nabi Ibrahim adalah seorang Nabi, tidak mungkin beliau tidak paham
tanggung jawab seorang laki-laki terhadap istri dan anak. Ibrahim paham
bahwasanya istri & anak mesti di lindungi, dicarikan nafkah, dsb.
dan Nabi Ibrahim pasti lebih paham dari seluruh ulama yang ada saat ini
dan jauh lebih paham dari kita semua. tapi ini perintah Allah, maka
Hajar pun juga paham Ibrahim begitu berat jalankan perintah ini berpisah
dg istri dan anak, anak satu-satunya yang lama ditunggu kelahirannya,
80 tahun lebih baru punya anak 1,
maka Hajar bertanya sekali lagi, ”Allah amaruka bihadza (apakah Allah yang perintahkan ini kepadamu)? maka Ibrahim memandang kelangit dan mengucapkan “Allah” dengan perlahan. maka Hajar langsung menghibur suaminya, “kalau begitu Ibrahim, Allah tidak akan sia-siakan kami, engkau berangkatlah, jangan kau pikirkan kami, Allah akan menjaga kami dan Allah tidak akan menyia-nyiakan kami, berangkatlah wahai Ibrahim.” hibur Hajar kepada Ibrahim.
Maka setelah itu baru Ibrahim mantap meninggalkan istri dan anaknya, di satu daerah bernama hudai, maka Ibrahim melihat dan menengok lagi ke belakang, tapi sudah tidak kelihatan lagi karena terhalang bukit dsb, disitulah Ibrahim memanjatkan doa dg linangan airmata dan doa itu dilestarikan Allah dalam Al-Qur’anul karim ,
kemudian beliau kembali berangkat meneruskan perjalanan ke palestina.
maka Hajar bertanya sekali lagi, ”Allah amaruka bihadza (apakah Allah yang perintahkan ini kepadamu)? maka Ibrahim memandang kelangit dan mengucapkan “Allah” dengan perlahan. maka Hajar langsung menghibur suaminya, “kalau begitu Ibrahim, Allah tidak akan sia-siakan kami, engkau berangkatlah, jangan kau pikirkan kami, Allah akan menjaga kami dan Allah tidak akan menyia-nyiakan kami, berangkatlah wahai Ibrahim.” hibur Hajar kepada Ibrahim.
Maka setelah itu baru Ibrahim mantap meninggalkan istri dan anaknya, di satu daerah bernama hudai, maka Ibrahim melihat dan menengok lagi ke belakang, tapi sudah tidak kelihatan lagi karena terhalang bukit dsb, disitulah Ibrahim memanjatkan doa dg linangan airmata dan doa itu dilestarikan Allah dalam Al-Qur’anul karim ,
رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
”Ya Rabb kami, sesungguhnya aku telah tempatkan sebagian dari keturunanku di lembah yang tak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau yang suci, ya Rabb kami yang demikian itu agar mereka mendirikan sholat, maka jadikanlah hati sebagian manusia condong kpd mereka, dan beri rizkilah mereka dari buah-buahan, semoga mereka bersyukur." (QS Ibrahiim [14] : 37)kemudian beliau kembali berangkat meneruskan perjalanan ke palestina.
Referensi :
Terinspirasi Kajian di Darush Shalihat bersama Ust. Syatori Abdurrauf
http://jalmilaip.files.wordpress.com/2012/10/kurban-tanda-cinta1.jpg (editan)
http://artiquran.wordpress.com/2011/02/11/surat-ash-shaffat-ayat-101-s-d-110/
http://jalanakhirat.wordpress.com/2012/07/14/kisah-cinta-nabi-ibrahim-as-dansiti-hajar-rha/
http://quran.ittelkom.ac.id/
http://artiquran.wordpress.com/2011/02/11/surat-ash-shaffat-ayat-101-s-d-110/
http://jalanakhirat.wordpress.com/2012/07/14/kisah-cinta-nabi-ibrahim-as-dansiti-hajar-rha/
http://quran.ittelkom.ac.id/
0 komentar:
Posting Komentar