Tentang Jawâmi'ul Kalim
Telah mengabarkan kepada kami Yahya bin Ayyub, Qutaibah bin Sa’id, ‘Ali bin Hujr. Mereka mengatakan, telah mengabarkan kepada kami ‘Isma’il –dia adalah Abu Ja’far- dari Al ‘Ala’ dari Ayahnya dari Abu Huroiroh. Sesungguhnya Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Aku diberi keutamaan atas seluruh Nabi dengan 6 keutamaan,
[1] Aku diberi Jawami’ul Kalim,
[2] Aku ditolong dengan Ar Ru’b,
[3] dihalalkan bagiku harta rampasan perang,
[4] permukaan bumi dijadikan suci dan tempat untuk sholat bagiku,
[5] aku diutus untuk seluruh manusia,
[6] dan aku adalah penutup para Nabi”. ( HR. Muslim no.182)
Dari sebuah buku "Perjalanan Hidup rasul yang Agung Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam... " .Rasulullah telah dikaruniai Jawâmi'ul Kalim artinya kalimat ringkas tapi mengandung makna yang tepat , dan pendapat tentang arti tersebut yang paling kuat.
Dan Jawâmi'ul Kalim merupakan kelebihan bahasa yang dimiliki oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam.
Jawâmi'ul Kalim ada pada ayat-ayat al-qur'an (saya lupa surat apa ??) dan dalam hadits contohnya Hadits Arba'in Imam an-Nawawi yang jumlahnya sekitar 40an hadits yang bahasanya ringkas namun penuh makna.
@ karena saya belum sempat menulis atau mendengar haditsnya saat kajian.jadi saya jabarkan point-pointnya saja.
Tentang masuknya bulan ramadhan dan satu syawal.
contoh kasus:
misal ada orang dipinggir laut melihat Hilal, lalu kemudian orang itu sms atau menghub. lewat HP atau alat komunikasi lain bahwa dia melihat hilal maka berita ini bisa diterima walaupun itu disampaikan oleh satu orang.
Tentang "Bahwasanya orang tidak mengetahui suatu kewajiban, dan dakwah belum sampai.maka seketika itu belum wajib.
contoh kasus I:
misal orang-orang yang berada di pedalaman , dia tidak tahu akan kewajiban agama islam ini,dsb.maka seketika itu belum wajib.
dan jika ada orang yang berdakwah tentang islam di tempat tersebut, dan dakwah sudah sampai ditempat itu maka bisa menjadi hujjah dan seketika itu pula menjadi wajib untuk mengamalkan islam.
contoh kasus II:
Ditempat kita banyak sekali orang yang belum tahu,dan banyak sekali wasilah-wasilah atau perantara untuk mencari ilmu tentang islam.sehingga itu dalam kondisi ini maka tidak berlaku.dan tidak ada alasan lagi,misal: kan dakwah belum sampai, jadi tidak wajib donk.alasan ini tidak diterima.karena banyak sekali wasilah-wasilah atau perantara untuk mencari ilmu tentang islam.
@ Tentang shalat diatas kendaraan,
Anas bin Sirin berkata, "Kami menyambut Anas bin Malik ketika kembali dari perjalanan ke Syam. Kami Menemuinya di Ainut Tamr. Aku melihatnya menunaikan shalat di atas keledai dengan mengarah ke Dzal Hajib --yakni sebelah diri dari kiblat-- maka akupun bertanya 'Aku melihat engkau menunaikan shalat bukan menghadap kearah kiblat?'Dia menjawab seandainya aku tidak pernah melihat rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melakukannya.maka aku tidak akan melakukannya."
(Hadits ini diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim,al-Baihaqi (halaman2/5) dan Ahmad (halaman 3/204).
Kesimpulan:
* Hadits ini tidak menjelaskan apakah shalat sunnah atau shalat fardhu, tapi dari beberapa hadits yang lain lebih kearah shalat sunnah.
* Kiblat orang shalat pada kondisi diatas tunggangannya adalah kemana saja tunggangan itu mengarah.
@ pertanyaan,
Hukum kita menghafal 25 Nabi ?
Kita Harus mengimani 25 Nabi yang terdapat pada Al-Qur'an dan al-Hadits dan juga selain Ke-25 nabi tersebut juga harus kita imani.
Apakah Khidir itu Nabi atau orang Shalih ?. Khidir hanyalah orang shalih.
mengapa Nabi Musa belajar dengan Khidir?
salah satu hikmah yang bisa diambil adalah walaupun Nabi Musa seorang Nabi (Nabi kedudukannya lebih tinggi dibanding orang shalih -Nabi Khidir)tapi Nabi Musa mengambil ilmu dari Khidir ,yang merupakan Adab mengambil ilmu.
dan tidak mengapa menghafal Nabi untuk memahami dan mendapatkan hikmah.
Bolehkah berdzikir dengan Nama-nama Nabi ?
Dzikir yaitu mengingat Allah subhanahu wata'ala, yang memiliki maksud anjungan hanya kepada Allah.
misalkan berdzikir dengan: Musa-Musa dst diulang berkali-kali itu bukan dzikir.
misalkan kita berdzikir dengan: Allah,allah ,allah diulang berkali-kali itu bukan dzikir.
kemudian menyingkatnya :huwa,huwa diulang berkali kali itu bukan dzikir
karena dzikir itu pujian/sanjungan, dan pujian itu hanya bagi Allah.
pujian sebagai contoh :subhanallah, alhamdulillah,dst
maka kesimpulan penyebutan nama Nabi itu bukan Dzikir.jadi tidak ada dzikir untuk Nabi.
kelemahan hanyalah dari saya pribadi, dan kebaikan hanyalah milik Allah semata.
wallahu 'alam bish Shawab
Sumber:
Kajian ustadz Abu Abdirrahman ,23 januari 2013 di masjid Al-Hidayah
0 komentar:
Posting Komentar