Selamat datang di website kami, Haidar Khotir, semoga sajian kami bermanfaat

Khasanah Ilmu (28 Jan '13)


Hadis riwayat Sa‘ad bin Abu Waqqash ra., ia berkata:

Pada waktu haji wada, Rasulullah saw. menjengukku karena menderita penyakit yang hampir menyebabkan kematianku. Lalu aku berkata:

 Wahai Rasulullah, penyakitku sangat parah seperti yang engkau lihat, sedangkan aku adalah seorang hartawan dan tidak ada yang mewarisiku kecuali putriku satu-satunya. Apakah aku bersedekah dengan dua pertiga hartaku? Beliau menjawab: Tidak boleh. Aku bertanya lagi: Dengan setengahnya? Beliau menjawab: Tidak boleh, dengan sepertiga saja. Dan sepertiga itu sudah banyak.

Sesungguhnya jika kamu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya itu lebih baik daripada kamu meninggalkan mereka dalam keadaan miskin yang akan meminta-minta kepada manusia.

Dan kamu tidak menafkahkan suatu nafkah pun untuk mencari keredaan Allah, kecuali kamu akan mendapatkan pahala karena nafkahmu itu walaupun sesuap makanan yang kamu masukkan ke mulut istrimu.

Ia berkata: Aku bertanya: Wahai Rasulullah, apakah aku akan tetap hidup setelah sahabat-sahabatku (meninggal)? Beliau bersabda:


Sesungguhnya kamu tidak diberikan umur panjang lalu kamu mengerjakan suatu amal untuk mengharap keredaan Allah, kecuali kamu akan bertambah derajat dan kemuliaan dengan amal itu. Semoga kamu diberi umur panjang sehingga banyak kaum yang akan mendapatkan manfaat dari kamu, dan kaum yang lain (orang-orang kafir) menderita kerugian karenamu.


Ya Allah, sempurnakanlah hijrah sahabat-sahabatku, dan janganlah Engkau kembalikan mereka ke belakang (ke kekufuran). Tetapi orang yang celaka yaitu Sa`ad bin Khaulah berkata: Rasulullah saw. menyayangkannya (Sa‘ad bin Khaulah yang meninggal di Mekah ). (Shahih Muslim No.3076)

Penjelasan singkat pada kajian:

Kenyataannya Sa'ad bin Abi Waqqash  diberikan umur panjang hingga masa pemerintahan Mu'awiyah bin Abi Shafyan, dan beliau bertambah derajat dan kemuliaan dan banyak kaum yang mendapatkan manfaat dari kedatangan beliau dan kaum kafir menderita kerugian.

merupakan bukti kenabian rasulullah akan sesuatu yang akan datang yang akan terjadi pada Sa'ad bin Abi Waqqash (bukan prediksi).

jika seseorang melakukan amalan dengan mengharap wajah/keridhaan Allah, maka orang tersebut orang yang derajatnya tinggi.

Nabi merasa sedih dengan meninggalnya Sa'ad bin Khaulah yang meninggal di mekkah, karena meninggal di bumi yang ditinggalkan hijrah karena Allah (janganlah Engkau kembalikan mereka ke belakang (ke kekufuran)

Pentingnya ikhlas mengharap ridha Allah, karena sebab ini orang mendapat pahala.

@ Tentang Mukjizat

penggunaan mukjizat dalam bukan istilah, karena tidak ada dalilnya dalam Al-qur'an dan As-Sunnah.kosakata istilah: mukjizat adalah kosakata ulama yang disepakati bukan kosakata syar'i.

tidak disebut mukjizat kecuali untuk orang kafir

keanehan diluar hukum kausalitas

Ada unsur tantangan

untuk kejadian pada hadits Shahih Muslim No.3076 tentang Sa'ad bin abi Waqqash diatas, merupakam nubuwah (bukti kenabian).

@ Shalat dirumah hasil rampasan
orang itu berdosa ketika shalat berada di tanah hasil rampasan, namun shalatnya tetap sah jika syarat sahnya terpenuhi.wallahu 'alam bishawab

@ Tempat Shalat

 Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i dalam Ash-Shahihul Musnad (1/277-278), bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
“Bumi itu semuanya merupakan masjid (tempat shalat) kecuali kuburan dan kamar mandi.”

ini menunjukkan adanya larangan shalat di kuburan dan kamar mandi.Apakah boleh shalat jenazah di kuburan ?Insya Allah boleh, tentang "Ummu Mahjan",

Beliau seorang wanita yang berkulit hitam, dipanggil dengan nama Ummu Mahjan. Telah disebutkan di dalam Ash-Shahih tanpa menyebutkan nama aslinya, bahwa beliau tinggal di Madinah [Ibnu Sa’ad dalam ath-Thabaqat (VIII/414)].

Beliau Radhiyallahu ‘anha seorang wanita miskin yang memiliki tubuh yang lemah. Untuk itu beliau tidak luput dari perhatian Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam sang pemimpin, sebab beliau senantiasa mengunjungi orang-orang miskin dan menanyai keadaan mereka dan memberi makanan kepada mereka, maka tidakkah anda tahu akan hal ini wahai para pemimpin rakyat?

Beliau Radhiyallahu ‘anha menyadari bahwa dirinya memiliki kewajiban terhadap akidahnya dan masyarakat Islam. Lantas apa yang bisa dia laksanakan padahal beliau adalah seorang wanita yang tua dan lemah? Akan tetapi beliau sedikitpun tidak bimbang dan ragu, dan tidak menyisakan sedikitpun rasa putus asa dalam hatinya. Dan putus asa adalah jalan yang tidak dikenal di hati orang-orang yang beriman.

Begitulah, keimanan beliau telah menunjukkan kepadanya untuk menunaikan tanggung jawabnya. Maka beliau senantiasa membersihkan kotoran dan dedaunan dari masjid dengan menyapu dan membuangnya ke tempat sampah. Beliau senantiasa menjaga kebersihan rumah Allah, sebab masjid memiliki peran yang sangat urgen di dalam Islam. Di sanalah berkumpulnya para pahlawan dan para ulama’. Masjid, ibarat parlemen yang sebanyak lima kali sehari digunakan sebagai wahana untuk bermusyawarah, saling memahami dan saling mencintai, sebagaimana pula masjid adalah universitas tarbiyah amaliyah yang mendasar dalam membina umat.

Begitulah fungsi masjid pada zaman Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, demikian pulalah yang terjadi pada zaman khulafa‘ur rasyidin dan begitu pula seharusnya peranan masjid hari ini hingga tegaknya hari kiamat.

Untuk itulah Ummu Mahjan Radhiyallahu ‘anha tidak kendor semangatnya, sebab pekerjaan itu merupakan target yang dapat beliau kerjakan. Beliau tidak pernah meremehkan pentingnya membersihkan kotoran untuk membuat suasana yang nyaman bagi Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat beliau dalam bermusyawarah yang senantiasa mereka kerjakan secara rutin.

Ummu Mahjan Radhiyallahu ‘anha terus menerus menekuni pekerjaan tersebut hingga beliau wafat pada zaman Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika ia wafat, para shahabat Ridhwanullahi ‘Alaihim membawa jenazahnya setelah malam menjelang dan mereka mendapati RasulullahShalallahu ‘alaihi wa sallam masih tertidur. Mereka pun tidak ingin membangunkan beliau, sehingga mereka langsung menshalatkan dan menguburkannya di Baqi‘ul Gharqad.

Pagi harinya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam merasa kehilangan wanita itu, kemudian beliau tanyakan kepada para sahabat, mereka menjawab, “Beliau telah dikubur wahai Rasulullah, kami telah mendatangi anda dan kami dapatkan anda masih dalam keadaan tidur sehingga kami tidak ingin membangunkan anda.” Maka beliau bersabda, “Marilah kita pergi!” Lantas bersama para shahabat, 


Rasulullah pergi menuju kubur Ummu Mahjan. Maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam berdiri, sementara para sahabat berdiri bershaf-shaf di belakang beliau, lantas Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam menshalatkannya dan bertakbir empat kali [lihat al-Ishabah dalam Tamyizish Shahabah(VIII/187)]


Lihat perbedaan

orang pergi makan, misal ke nasi padang, sama-sama kemudian cari makan ,dapat kenyang dan melepas dahaga, yang satunya dapat pahala yang satunya tidak.yang satunya baca sebelum makan dan minum baca :"bismillah" kalau misal lupa ditengah-tengah makan dan minum baca:"bismillahi fi awwalihi wa akhirihi" , dan diakhiri baca: "alhamdulillah".

@ Allah Melihat Hati Kalian

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda (yang artinya)  “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada jasad-jasad kalian dan tidak juga kepada rupa-rupa kalian akan tetapi Allah melihat kepada hati-hatikalian (dan amalan-amalan kalian)” (Hadits Riwayat Muslim)

“ Hai manusia, sesungguhnya kami telah menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, lalu menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan besuku-suku agar kalian saling mengenal."
(QS. Al-Hujurat 49:3).

Penjelasan singkat pada kajian:

kenapa kemudian menggunakan seorang laki-laki dan seorang perempuan, ini menjelaskan keumuman. karena Nabi Adam Alaihissalam diciptakan tanpa perantara laki-laki maupun perempuan, Hawa dengan perantaraan Nabi Adam Alaihissalam, dan Nabi Isa dengan perantaan Maryam binti Imran.tidak baik kemudian kita membangga-banggakan warna kulit, bangsa dll, ataupun menghina,mencela atau bermusuh-musuhan karena hal tersebut.tentang berbangsa dan bersuku-suku, kita jadi mengerti suku ini, bahasanya seperti ini, warna kulitnya seperti ini sehingga kemudian kita saling li ta 'aarafu :saling kenal. dan kemudian kita paham. misalkan: orang batak, bahasa seperti ini, kelihatan keras atau marah dia punya maksud baik, jangan kemudian dikira dia bermaksud jahat. maka kemudian harus saling memahami maksudnya.(sekedar kenal, sekedar berinteraksi dan bergaul).

orang yang paling mulia adalah orang yang bertaqwa.

wallahu 'alam bish-shawab

Sumber:
Terinspirasi oleh Kajian ,28 Jan '13 at Masjid Al-Hidayah Purwosari ,pengisi :Ust. Aris Munandar
http://ilmuislam2011.wordpress.com/2012/04/10/pelajaran-yang-tak-terlupakan-dari-kisah-ummu-mahjan/
http://islamic.net63.net/muslim/b25_wasiat.htm

0 komentar:

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes