Isra' mi'raj...
Ketika membahas tentang ini maka akan teringat dengan ayat pertama dari surat al isra' ayat 1 yang artinya
"Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
Isra’ menurut istilah ialah perjalanan Nabi Muhammad saw, di waktu malam dari Masjid al-Haram (Masjid al- Haram) Mekah ke Masjid al-Aqsha di Palestina, bertepatan malam 27 Rajab satu tahun sebelum hijrahnya Nabi.
Mi’raj menurut Istilah adalah naiknya Nabi Muhammad saw. dari Masjidil Aqsha ke langit sampai ke Sidrat al-Muntaha, terus sampai ke tempat yang paling tinggi untuk menghadap kepada Allah.
Mengenai shalat yang 50 kali dalam sehari semalam (50 waktu) menjadi shalat lima waktu.
Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
“Allah mewajibkan atas umatku 50 shalat dan aku kembali dengan perintah itu, sampai aku melewati nabi Musa di mana dia bertanya, “Apa yang Allah wajibkan kepada umatmu?” Aku menjawab, “Allah mewajibkan 50 shalat.”Musa berkata, “Kembali kepada tuhanmu, karena umatmu tidak akan kuat atas perintah itu.” Maka aku kembali dan Allah menghapuskan separuhnya dan aku kembali kepada Musa dan berkata, “Allah telah menghapuskan separuhnya.”
Musa berkata lagi, “Kembali kepada tuhanmu, karena umatmu tidak akan kuat atas perintah itu.” Maka aku kembali dan Allah menghapuskan separuhnya dan aku kembali kepada Musa.
Musa berkata lagi, “Kembali kepada tuhanmu, karena umatmu tidak akan kuat atas perintah itu.” Maka aku kembali dan Allah berkata, “Shalat itu lima (waktu) dan dinilai lima puluh (pahalanya) dan perkataan-Ku tidak akan berganti.” Aku kembali lagi kepada Musa.
Musa berkata lagi, “Kembali kepada tuhanmu.” Namun aku berkata, “Aku sudah malu kepada tuhanku.” (Hadits Riwayat Bukhari Muslim).
Ketika membahas tentang ini maka akan teringat dengan ayat pertama dari surat al isra' ayat 1 yang artinya
"Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
Isra’ menurut istilah ialah perjalanan Nabi Muhammad saw, di waktu malam dari Masjid al-Haram (Masjid al- Haram) Mekah ke Masjid al-Aqsha di Palestina, bertepatan malam 27 Rajab satu tahun sebelum hijrahnya Nabi.
Mi’raj menurut Istilah adalah naiknya Nabi Muhammad saw. dari Masjidil Aqsha ke langit sampai ke Sidrat al-Muntaha, terus sampai ke tempat yang paling tinggi untuk menghadap kepada Allah.
Mengenai shalat yang 50 kali dalam sehari semalam (50 waktu) menjadi shalat lima waktu.
Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
“Allah mewajibkan atas umatku 50 shalat dan aku kembali dengan perintah itu, sampai aku melewati nabi Musa di mana dia bertanya, “Apa yang Allah wajibkan kepada umatmu?” Aku menjawab, “Allah mewajibkan 50 shalat.”Musa berkata, “Kembali kepada tuhanmu, karena umatmu tidak akan kuat atas perintah itu.” Maka aku kembali dan Allah menghapuskan separuhnya dan aku kembali kepada Musa dan berkata, “Allah telah menghapuskan separuhnya.”
Musa berkata lagi, “Kembali kepada tuhanmu, karena umatmu tidak akan kuat atas perintah itu.” Maka aku kembali dan Allah menghapuskan separuhnya dan aku kembali kepada Musa.
Musa berkata lagi, “Kembali kepada tuhanmu, karena umatmu tidak akan kuat atas perintah itu.” Maka aku kembali dan Allah berkata, “Shalat itu lima (waktu) dan dinilai lima puluh (pahalanya) dan perkataan-Ku tidak akan berganti.” Aku kembali lagi kepada Musa.
Musa berkata lagi, “Kembali kepada tuhanmu.” Namun aku berkata, “Aku sudah malu kepada tuhanku.” (Hadits Riwayat Bukhari Muslim).
Ringkasan I : Shalat Erat kaitannya dengan Kehidupan
Ketika memaknai dari shalat dari 50 waktu (dalam sehari semalam) menjadi 5 waktu maka apa indikasi bagi diri kita, apakah kemudian menjadikan kita beruntung ataukah buntung. buntung itu dimaknai dengan saat seseorang itu shalatnya bolong-bolong, siapa tuh?ngaku aje...^^, padahal kita diberi suatu yang tidak begitu berat dari yang 50 waktu tadi. Dan apakah shalat itu berat, beratkah hati ketika shalat?.
Neraka Saqar bagi orang yang suka meninggalkan shalat...
Begitu mengerikannya,semoga menjadi suatu renungan yang menjadikan kita senantiasa menunaikan shalat.Dan beginilah akhirnya...
"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?"
Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat. (Q.S. Al Mudatsir : 42-43)
Untuk memulai suatu awalan, mungkin sering terdengar suatu celotehan bahwasanya...
orang yang shalat saja seperti itu,dia masih menyukai untuk membicarakan kejelekan orang lain. Lalu ini menjadikan alasan bagi sebagian orang yang tidak shalat. dan kemudian ia mengatakan shalat masih belum mampu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.dan ini adalah kesimpulan yang tidak menjadikan orang lebih baik.
Dan seperti itu pula ibadah shalat sebagai penentu baiknya amalan yang lain...
"Bila shalatnya baik maka baik pula seluruh amalnya, sebaliknya jika shalatnya rusak maka rusak pula seluruh amalnya.”
(HR. Ath-Thabarani)
Dan ketika ditilik benar bahwa ibadah shalat adalah sebagai indikator yang jelas dan erat (ada hubungan yang dekat) kaitannya atau mencerminkan kehidupan kita (diluar shalat)...
"Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan dirikanlah shalat.
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.
Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Q.S. Al Ankabut : 45)
Ketika memaknai dari shalat dari 50 waktu (dalam sehari semalam) menjadi 5 waktu maka apa indikasi bagi diri kita, apakah kemudian menjadikan kita beruntung ataukah buntung. buntung itu dimaknai dengan saat seseorang itu shalatnya bolong-bolong, siapa tuh?ngaku aje...^^, padahal kita diberi suatu yang tidak begitu berat dari yang 50 waktu tadi. Dan apakah shalat itu berat, beratkah hati ketika shalat?.
Neraka Saqar bagi orang yang suka meninggalkan shalat...
Begitu mengerikannya,semoga menjadi suatu renungan yang menjadikan kita senantiasa menunaikan shalat.Dan beginilah akhirnya...
"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?"
Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat. (Q.S. Al Mudatsir : 42-43)
Untuk memulai suatu awalan, mungkin sering terdengar suatu celotehan bahwasanya...
orang yang shalat saja seperti itu,dia masih menyukai untuk membicarakan kejelekan orang lain. Lalu ini menjadikan alasan bagi sebagian orang yang tidak shalat. dan kemudian ia mengatakan shalat masih belum mampu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.dan ini adalah kesimpulan yang tidak menjadikan orang lebih baik.
Dan seperti itu pula ibadah shalat sebagai penentu baiknya amalan yang lain...
"Bila shalatnya baik maka baik pula seluruh amalnya, sebaliknya jika shalatnya rusak maka rusak pula seluruh amalnya.”
(HR. Ath-Thabarani)
Dan ketika ditilik benar bahwa ibadah shalat adalah sebagai indikator yang jelas dan erat (ada hubungan yang dekat) kaitannya atau mencerminkan kehidupan kita (diluar shalat)...
"Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan dirikanlah shalat.
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.
Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Q.S. Al Ankabut : 45)
Ringkasan II : Khusyu' dan Keseharian kita
Bertanya-tanya tentang khusyu'...
Saat Shalat ,apa yang paling sulit untuk diraih ?.maka jawabannya lain dan tidak bukan adalah khusyu' dan bagaimana meraihnya didalam shalat, karena memang khusyu' akan memberikan pengaruh yang besar bagi yang meraihnya. khusyu' ibarat barang yang sulit dicari dan diketemukan ditengah kegersangan hati.
khusyu' adalah amalan hati yang hanya bisa diperoleh dengan riyadhah (latihan,melatih diri,membiasakan diri) dan mujahadah (berjuang,bersungguh-sungguh).
Khusyuk...hmm,belum tentu...
Belum tentu khusyu' dengan menggelapkan suasana (ruangan yang gelap) , dan khusyu' bukan hanya memejamkan mata, atau khusyu' bukan hanya dalam keadaan sunyi, dan bukan hanya dengan mencucurkan air mata lalu dikatakan ia sudah khusyu' dan belum tentu ketika berada di ka'bah ia lalu dikatakan khusyu' (terus untuk khusyu' harus ke ka'bah dulu...hmm), dan juga belum tentu saat seseorang memahami makna ia khusyu'.
Khusyu' dalam shalat adalah bayangan dari keseharian hidup kita.
apa yang terjadi di dalam shalat, seperti itulah yang terjadi di luar shalat (kehidupan).maka ada hubungan yang dekat antara shalat dengan kehidupan.
"Bila shalatnya baik maka baik pula seluruh amalnya, sebaliknya jika shalatnya rusak maka rusak pula seluruh amalnya.”
(HR. Ath-Thabarani)
Ada suatu ungkapan : Shalatlah (perilaku kita didalam kehidupan) sebelum kita shalat (maksudnya shalat yang sesungguhnya).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya : “shalat itu mi’rajnya orang-orang beriman.”
Adakah tempat yang pas bagi hati di muka bumi untuk 'mi'raj'? maka hati hanya bisa naik ('maksudnya mi'raj') dengan menempatkannya (menghadapkan) kehadirat Allah subhanahu wata'ala.
Ibadah shalat ialah pertemuan antara hati kita kepada Allah subhanahu wata'ala. namun sedikit sekali tersambung masuk ke 'alam' shalat. (penjelasan: terkadang saat shalat hati (jiwa) dan pikiran kita diluar shalat maka diusahakan ketika shalat bener kita menghadap ke hadirat Allah subhanahu wata'ala).
Dengan realita kesibukan kita, maka ibarat saat sebelum shalat kondisi seseorang itu berada di lingkungan yang panas namun setelah masuk shalat dan kemudian ia shalat ibarat kondisi tubuh yg panas tadi dilingkungan yang dingin sehingga kesejukkan itupun terasa.
Ada yang kemudian shalat dengan hanya badannya saja, pikirannya tidak masuk didalam shalat maka yang demikian yang diraihnya adalah hanya capek..semoga dihindarkan dari kondisi yang demikian.
Ringkasan III : Khusyu' sulit diraih, Mengapa?
Antara Khusyu', pikiran dan perasaan...
Kenapa pikiran dan perasaan tidak ikut dalam shalat (tidak merasakan khusyu') ?
dan berikut adalah faktor-faktor yang menyebabkannya :
- Jiwa yang masih kotor oleh dosa, salah dan sia-sia.
- Jiwa yang belum sepandangan dengan Allah subhanahu wata'ala.
Maksud dari kata ‘belum sepandangan dengan Allah ‘ adalah yang baik menurut pandangan Allah malah kita memandangnya itu buruk, dan yang tidak baik menurut Allah malah kita memandangnya itu baik,yang berarti belum sepandangan.dan masih saja terpaut dengan maksiat.
ketika kita bertemu dengan orang yang sepandangan maka kita ingin berlama-lama bersamanya begitupun sebaliknya. Begitu pulalah jikalau pikiran dan jiwa kita sudah sepandangan dengan Allah maka kita ingin berlama-lama ketika berdzikir kepada-Nya.namun jikalau pikiran dan jiwa kita belum sepandangan dengan Allah maka kita lebih cenderung tidak ingin berlama-lama ketika berdzikir.
Dan Begitu pula lah diwaktu shalat, ketika pikiran dan jiwa kita masih tidak sepandangan Allah maka seakan-akan shalat itu berat dan melelahkan.dan orang seperti itu lebih suka jika shalat itu tidak lama dan merasa ingin cepat selesai.
- Jiwa yang menghadap (menyenangi) kesenangan 'dunia'. Bagaimana mungkin shalat akan mempengaruhi hati dan merasakan ke-khusyu'-annya bila yang dipikirkan hanya keduniaan.(orientasi akhirat namun tidak melupakan dunia).
- Jiwa yang belum mau 'eling'
sebagai contoh : ketika adzan berkumandang, dan dipahami bahwa seseorang yang datang sebelum adzan lebih baik dibanding yang setelah adzan.namun kita lebih memilih untuk setelah iqomat ...hehe siapa ayo? ^^.apakah kita masih sadar mana yang lebih baik?.
Berikut 3 Ciri jiwa yang belum 'Eling' ?
~ Berbuat salah yang sudah diketahui.
(contoh : ketika mahasiswa tahu titip presensi ke temannya sedang dia tidak masuk, itu perbuatan yang salah dan masih saja melakukan,maka yang sepeti ini masih memiliki jiwa yang belum ‘eling’,dan contoh yang lain ketika kita tahu bahwa itu maksiat dan kita masih melakukan maka yang seperti ini masih memiliki jiwa yang belum ‘eling’,dsb)
~ Memilh yang baik padahal ada yang lebih baik.
(contoh diatas yang 'kita lebih memilih untuk berangkat setelah iqomat ketika ingin mengerjakan shalat berjama’ah bahkan terkadang masih memilih untuk masbuk maka jika kita masih memilih yang demikian maka jiwa kita masih belum ‘eling’,dsb.)
Bertanya-tanya tentang khusyu'...
Saat Shalat ,apa yang paling sulit untuk diraih ?.maka jawabannya lain dan tidak bukan adalah khusyu' dan bagaimana meraihnya didalam shalat, karena memang khusyu' akan memberikan pengaruh yang besar bagi yang meraihnya. khusyu' ibarat barang yang sulit dicari dan diketemukan ditengah kegersangan hati.
khusyu' adalah amalan hati yang hanya bisa diperoleh dengan riyadhah (latihan,melatih diri,membiasakan diri) dan mujahadah (berjuang,bersungguh-sungguh).
Khusyuk...hmm,belum tentu...
Belum tentu khusyu' dengan menggelapkan suasana (ruangan yang gelap) , dan khusyu' bukan hanya memejamkan mata, atau khusyu' bukan hanya dalam keadaan sunyi, dan bukan hanya dengan mencucurkan air mata lalu dikatakan ia sudah khusyu' dan belum tentu ketika berada di ka'bah ia lalu dikatakan khusyu' (terus untuk khusyu' harus ke ka'bah dulu...hmm), dan juga belum tentu saat seseorang memahami makna ia khusyu'.
Khusyu' dalam shalat adalah bayangan dari keseharian hidup kita.
apa yang terjadi di dalam shalat, seperti itulah yang terjadi di luar shalat (kehidupan).maka ada hubungan yang dekat antara shalat dengan kehidupan.
"Bila shalatnya baik maka baik pula seluruh amalnya, sebaliknya jika shalatnya rusak maka rusak pula seluruh amalnya.”
(HR. Ath-Thabarani)
Ada suatu ungkapan : Shalatlah (perilaku kita didalam kehidupan) sebelum kita shalat (maksudnya shalat yang sesungguhnya).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya : “shalat itu mi’rajnya orang-orang beriman.”
Adakah tempat yang pas bagi hati di muka bumi untuk 'mi'raj'? maka hati hanya bisa naik ('maksudnya mi'raj') dengan menempatkannya (menghadapkan) kehadirat Allah subhanahu wata'ala.
Ibadah shalat ialah pertemuan antara hati kita kepada Allah subhanahu wata'ala. namun sedikit sekali tersambung masuk ke 'alam' shalat. (penjelasan: terkadang saat shalat hati (jiwa) dan pikiran kita diluar shalat maka diusahakan ketika shalat bener kita menghadap ke hadirat Allah subhanahu wata'ala).
Dengan realita kesibukan kita, maka ibarat saat sebelum shalat kondisi seseorang itu berada di lingkungan yang panas namun setelah masuk shalat dan kemudian ia shalat ibarat kondisi tubuh yg panas tadi dilingkungan yang dingin sehingga kesejukkan itupun terasa.
Ada yang kemudian shalat dengan hanya badannya saja, pikirannya tidak masuk didalam shalat maka yang demikian yang diraihnya adalah hanya capek..semoga dihindarkan dari kondisi yang demikian.
Ringkasan III : Khusyu' sulit diraih, Mengapa?
Antara Khusyu', pikiran dan perasaan...
Kenapa pikiran dan perasaan tidak ikut dalam shalat (tidak merasakan khusyu') ?
dan berikut adalah faktor-faktor yang menyebabkannya :
- Jiwa yang masih kotor oleh dosa, salah dan sia-sia.
- Jiwa yang belum sepandangan dengan Allah subhanahu wata'ala.
Maksud dari kata ‘belum sepandangan dengan Allah ‘ adalah yang baik menurut pandangan Allah malah kita memandangnya itu buruk, dan yang tidak baik menurut Allah malah kita memandangnya itu baik,yang berarti belum sepandangan.dan masih saja terpaut dengan maksiat.
ketika kita bertemu dengan orang yang sepandangan maka kita ingin berlama-lama bersamanya begitupun sebaliknya. Begitu pulalah jikalau pikiran dan jiwa kita sudah sepandangan dengan Allah maka kita ingin berlama-lama ketika berdzikir kepada-Nya.namun jikalau pikiran dan jiwa kita belum sepandangan dengan Allah maka kita lebih cenderung tidak ingin berlama-lama ketika berdzikir.
Dan Begitu pula lah diwaktu shalat, ketika pikiran dan jiwa kita masih tidak sepandangan Allah maka seakan-akan shalat itu berat dan melelahkan.dan orang seperti itu lebih suka jika shalat itu tidak lama dan merasa ingin cepat selesai.
- Jiwa yang menghadap (menyenangi) kesenangan 'dunia'. Bagaimana mungkin shalat akan mempengaruhi hati dan merasakan ke-khusyu'-annya bila yang dipikirkan hanya keduniaan.(orientasi akhirat namun tidak melupakan dunia).
- Jiwa yang belum mau 'eling'
sebagai contoh : ketika adzan berkumandang, dan dipahami bahwa seseorang yang datang sebelum adzan lebih baik dibanding yang setelah adzan.namun kita lebih memilih untuk setelah iqomat ...hehe siapa ayo? ^^.apakah kita masih sadar mana yang lebih baik?.
Berikut 3 Ciri jiwa yang belum 'Eling' ?
~ Berbuat salah yang sudah diketahui.
(contoh : ketika mahasiswa tahu titip presensi ke temannya sedang dia tidak masuk, itu perbuatan yang salah dan masih saja melakukan,maka yang sepeti ini masih memiliki jiwa yang belum ‘eling’,dan contoh yang lain ketika kita tahu bahwa itu maksiat dan kita masih melakukan maka yang seperti ini masih memiliki jiwa yang belum ‘eling’,dsb)
~ Memilh yang baik padahal ada yang lebih baik.
(contoh diatas yang 'kita lebih memilih untuk berangkat setelah iqomat ketika ingin mengerjakan shalat berjama’ah bahkan terkadang masih memilih untuk masbuk maka jika kita masih memilih yang demikian maka jiwa kita masih belum ‘eling’,dsb.)
~ Lebih memilih kesenangan dunia dari pada kesenangan akhirat.
(contoh : bapak memiliki uang disaku ada yang 5 ribu dengan yang 50 ribu maka yang mana yang akan di sumbangkan. Jika kita ingin memperindah rumah yang ditinggali (akhirat) maka kita akan memaksimalkan ketika kita mampu maka akan lebih memilih yang 50 ribu. Atau ada yang ingin menyumbangkan...hmm disaku ada seribuan ga yapz?...wah gimana tuh.dan memang kita masih cenderung untuk memperindah rumah yang akan kita tinggal (dunia).dan jika kita masih memilih kesenangan dunia dari pada kesenangan akhirat maka jiwa kita masih belum ‘eling’ ,dsb)
Manakah yang lebih Penting...(pilih salah satu)
Memperindah rumah yang mau ditinggal (dunia) atau memperindah rumah yang mau ditinggali yakni akhirat (kuburan yang hanya sekitar 2m x 2m x 1m) ?
Manakah yang lebih Indah...(pilih salah satu)
Hidup sebelum Mati (dunia) ? atau Hidup sesudah mati (akhirat) ?
Dari pertanyaan diatas jika kita mau jujur pada diri sendiri, seandainya kita lebih condong membaguskan yang dunia dibanding akhirat, maka ini mengindikasikan bahwasanya daya tari dunia masih lebih besar dari pada daya tarik akhirat.
Pesan kebaikan dari ‘Syarat Sahnya Shalat’...
Sebelumnya , kita ketahui dulu ‘Syarat Sahnya Shalat’ yakni,
* Suci dari Hadats dan Najis
* Menutup Aurat
* Menghadap Kiblat
* Masuk Waktu Shalat
dan berikut, 4 pesan kebaikan dari ‘Syarat Sahnya Shalat’ yakni,
~ Suci Dari Hadats dan Najis , pesan ini menuntun kita untuk membersihkan jiwa dari segala dosa, salah dan sia-sia dan juga mensucikan jiwa dengan bertaubat.
~ Menutup Aurat, pesan ini menuntun kita supaya meluruskan sudut pandang kita tentang nilai-nilai hidup.
contoh :
Aurat, ...sesuatu yang indahkah ? atau sesuatu yang buruk ?
jika kemudian kita bertanya terutama bagi pemuda pasti menjawab sesuatu yang indah dan kemudian pemuda itu mengatakan aurat adalah sesuatu yang indah ,mengapa aurat harus di tutup? . ini berarti ada sudut pandang yang berbeda antara pemuda tadi dengan sudut pandang Allah subhanahu wata’ala (dan memang aurat itu harus ditutup, kecuali kepada mahram dan baca surat an-nur :30-31)
Kita kita bersedekah yang paling baik menurut Allah ? dan semangatkah kita untuk melakukannya ?.jika masih ada rasa berat sudut pandang kita masih belum sepandangan dengan Allah.
Percaya, Allah menyukai orang yang memaafkan ?,kemudian dalam prateknya ada yang “ga bisa deh aku maafin dia”, jika seperti ini maka kita belum memilih pandangan, yang pandangan itu baik menurut Allah.
Percayakah, kalau dosa bisa menyeret pelakunya masuk kedalam neraka ? dan apakah dosa masih menjadi sesuatu yang menarik. Maka jika jawabannya dosa itu masih menarik, maka kita masih tertarik untuk masuk kedalam neraka.
Kalau pandangan kita itu sejalan dengan pandangan Allah, maka Insya Allah kita akan merasakan Indah dan Syahdunya Khusyu’ di dalam jiwa.
~ Menghadap Kiblat, pesan ini menuntun kita untuk menghadapkan hidup kita kepada ‘akhirat’ (apapun yang kita lakukan bernilai akhirat, jika itu tidak bernilai akhirat dan sesuatu yang sia-sia maka ditinggalkan)
Di usia ini sudah waktunya untuk berpulang. Sebuah gambaran ketika seorang bapak ada tugas kantor keluar kota, terus apa yang ia katakan kepada Anaknya yang masih kecil itu , nak Bapak mau pergi ke ‘sana’ dan tanggal ‘sekian’ Bapak Insya Allah ‘pulang’.maka apa yang paling diharapkan yakni ‘pulang’ (yakni pergi ,terus pulang). Kalau kemudian seorang bapak pergi lalu dia tidak punya tujuan untuk pulang .maka istri dari bapak tadi bisa beranggapan bahwa bapak minggat (dan itu sesuatu yang salah) dan ada ‘sangkaan-sangkaan’, jadi memang pergi itu untuk pulang.
Apa yang paling diharapkan bapak dosen ketika pergi untuk mengajar mata kuliah ,yakni bagaimana bisa segera pulang dan supaya disambut oleh istri. Seperti itu juga jika ditanyakan ke mahasiswa : kalau kuliah inginnya gimana, sedikit tugas dan cepat pulang...hehe ^^.
Jadi, pergi itu sejatinya pasti akan berpulang.
Ibarat sekumpulan balon yang diikat,kemudian dilepaskan ikatan tersebut maka ia akan melambung ke atas ,karena apa? Tidak ada belenggu berupa ikatan dan halangan diatasnya. Seperti itulah jiwa ,ia akan melambung keatas (‘mi’raj’) jika ia tidak terbelenggu oleh dunia sehingga khusyu’ dalam beribadah itupun bisa diraih.
~ Masuk waktu shalat, pesan ini menuntun kita untuk selalu sadar sebelum kejadian.
jika sadar itu setelah kejadian menjadikan perilakunya sebagai orang yang sedang menggali lubang-lubang penyesalan, maka yang seperti ini menjadikan segala sesuatu menjadi berantakan.
Puncak kesadaran kita itu pertanda bahwa dihati kita telah tertanam kenangan indah saat kepulangan nanti (kuburan yang hanya sekitar 2m x 2m x 1m) menuju akhirat.
Referensi:
Terinspirasi Pengajian Dosen Universitas Gadjah Mada - 14 Juni 2013 oleh Ust. Syatori Abdurrauf, di Auditorium Merapi (Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada)
http://sholawat-wahidiyah.com/
http://
http://www.dudung.net/
http://abuzuhriy.com/
http://ressay.wordpress.com/
http://www.dudung.net/
http://
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnrSfADDJcdoqMknmgNL5sD19LPaDGXdOdDcNNbt6RNca2z2V-6o0fMNfOWBS88KhokNjTzSUpTMFcd5y6IaNgU-jTgR7eLks1dqj29mH63XKtNyLuwJnzh8wN2niQvQgP6KOH1pSKow/s1600/sholat-khusyu-tumakninah.jpg
0 komentar:
Posting Komentar