Ketika Suami mengalah
Suami yang mengalah adalah suami yang sejatinya ideal, kita pahami bahwasanya perasaan untuk mengakui saya bersalah (apalagi jika tidak salah) itu berat sekali.
Dan sejatinya yang paling baik diantara suami dan Istri adalah yang paling cepat mengalah dan memaafkan.
Tidak bisa orang lari dari rasa bersalah (ketika dia salah), karena tidak akan bisa untuk mengelaknya secara batin.
Laki-laki dan perempuan berbeda, hmm
Laki-laki dan perempuan berbeda, dan laki-laki suka menganggap penting keahlian (dan tidak mau dilecehkan atau diremehakan sekalipun oleh istri) adalah suatu hal yang terpenting sedangkan perempuan itu menganggap penting akan kebersamaan.Itu makanya yang ada, malah lebih banyak adalah pengajian ibu-ibu dibanding bapak-bapak (karena perempuan itu suka kumpul/kebersamaan).
Ketika suami istri bertengkar, maka sebagai istri harus memahami bahwa jangan banyak mengatakan atau menyinggung keahlian (melecehkan keahlian suami), sekiranya suami mengatakan jelas-jelas tahu bahwa dirinya salah.
Kasus 1 :
Suami dan istri dalam perjalanan untuk menghadiri acara undangan dengan mengendarai mobil, ditengah jalan suami bingung jalannya sebelah mana ya?,Kemudian
Perempuan itu suka memberi nasehat tanpa diminta (dengan tanpa ada maksud untuk menyalahkan) , dan ini sering disebut "konselor" atau cerewet, dalam batin dan rasa suami seperti ada ucapan "payah bener kamu, suami yang tidak bisa diandalkan". yakni nasehatnya adalah untuk bertanya jalan. Namun terkadang ada ego ..ah cari dulu (menganggap penting keahlian, laki-laki menganggap saya sudah tahu, jangan diberitahu)..sampai kemudian sudah lelah cari jalan .. baru kemudian suami menyadari untuk bertanya, hehe.
Jangan pernah memarahi cerewetnya perempuan , hal ini membuat herannya suami.
Dan ketika melihat suami kok lebih banyak diam, hal ini pun membuat herannya istri.
Laki-laki merasa dicintai kalau dipercaya, wahai para istri berilah dia kepercayan, keyakinan dan keteguhan.
dan perempuan itu merasa dicintai kalau diperhatikan, wahai para suami berilah dia perhatian, kelembutan dan ngobrollah dengan mereka.
Jangan sampai istri merasa tidak diperhatikan, gara-gara suami tidak bisa diajak ngomong. (ini memberikan kesan istri tidak diperhatikan).
Kasus 2 :
Ketika suami pulang dari kesehariannya bekerja, pada saat itu suami cemberut ( dalam batin istri jangan-jangan nih aku yang salah).
Ketika tidak suka pada perbuatan suami. maka istri pilihlah tujuan untuk mengubahnya bukan untuk memarahinya.
Kasus 3 :
Istri berharap kepada suami untuk menganternya sekitar jam 15.30. Seperti biasa 'mungkin bisa dikatakan benar bahwa laki-laki terkadang agak kekanak-kanakan' masih asyik-asyiknya bermain game di laptopnya (permainan).Karena tidak digubrisnya (dicuekin) perkataan istri, menjadikan istri marah. sampai kemudian istri mengatakan game itu bla bla bla (dengan cerewetnya). di dalam batin suami (dikira aku tidak tahu, aku lebih mengerti dari pada kamu).
Bagaimana cara menasehati suami, caranya?
Katakanlah kepada suami, Asyik ya main game, di save dulu aja, habis itu lanjutin bisa juga bareng denganku.
{namun sejatinya adalah permainan game itu kalau terlalu sering itu bisa menjadikan suatu yang melalaikan, melalaikan akan waktu}
Kasus 4 :
Kenapa majelis laki-laki dibanding majelis perempuan (jamaah ibu-ibu) lebih sedikit ?
Karena tadi secara naluriah memang istri, lebih senang acara kebersamaan apalagi kemudian kajian, walaupun kajiannya mirip itu-itu aja (kata suami). Kalau suami dengan naluriahnya sebagai laki-laki kalau sudah pernah, kan kemarin udah itu masa itu lagi.walahu a'lam.
Kasus 5 :
Setting : Suami dan istri dalam perjalanan untuk menghadiri acara undangan dengan mengendarai mobil,
Laki-laki jika Fokus mengendarai mobil maka dia tidak mendengarkan istrinya yang berusaha ingin ngobrol dengan dirinya. Namun jika laki-laki fokus mendengarkan istrinya bisa-bisa salah jalan. Karena memang laki-laki tidak bisa memikirkan (Fokus) pada banyak hal secara maksimal, kalau perempuan lebih bisa melakukan itu.
Suami, Istri dan Teknologi
Tips :
Mengedepankan komunikasi langsung atau bisa dikatakan verbal. Dan jangan mengunakan teknologi HP. Jangan sampai saling alienasi (saling asing) dalam keluarga.
Maka memang membutuhkan kesepakatan di Keluarga:
Singkirkan gadget (jangan sampai antar anggota keluarga, kita nih dalam keadaan berkumpul tapi masih di alam gadgetnya masing-masing (twitter,fb, Kakao Talk, Line, WhatsUp, Instagram, dsb).
Jangan sampai menjadi Zombie Family (contoh kasus : tiga tahun menikah jarang bahkan tidak pernah ngobrol, malah BBM (BlackBerry Massangger) -an).
Rektor di suatu universitas pernah ngobrol dengan saya (ust. Cahyadi) bahwa :
Handphone bisa membawa manfaat dan mudharat, membawa manfaat dengan keluarga jika BBM-nya pesannya dihapus, tapi bisa membawa mudharat jika sampai lupa dihapus pesan BBM-nya (kecemburuan, dan sangkaan bisa juga terjadi padahal tidak ngapa-ngapain).hehe
Teknologi itu membantu kita banyak hal, namun seakan kita tidak bersama.
Ada apa dengan Jepang ?
Salah satu yang tertinggi angka bunuh dirinya adalah di Jepang. Sebab utamanya adalah orang jepang merasakan kesendirian, teknologi tidak bisa membunuh kesepian, teknologi tidak bisa menuntaskan rindu walaupun dengan chatting-an.
Angka Harapan Hidup
Pelukan suami dengan memeluk istrinya, maka itu menambah angka harapan hidup istri satu hari, maka semakin sering dipeluk akan bertambah sesuai harinya. Bisa jadi Ibu-ibu lebih cepat tua karena jarang dipeluk oleh suaminya (namun ini tidak berlaku untuk yang pacaran atau hubungan antara laki-laki yang belum menikah..itu tuh maksiat, dosa dan menjerumuskan ke neraka.na'udzubillah).Karena pelukan itu gratis, tidak bisa diwakili apapun dan siapapun ataupun digantikan dengan teknologi atau orang lain (itu tidak boleh).
Kesepakatan Keluarga
Kesepakatan di rumah tidaklah berlaku seumur hidup, dan harus ada evaluasi (ibarat organisasi). Ketika ada kekurangan itu antara suami dengan istri (harus ada kewajiban yang di usung antara suami dan istri). Sesuai dengan ketentuan. Dan memang harus ada evaluasi terus-menerus.
"Keluarga adalah organisme hidup yang cirinya adalah tumbuh dan berkembang." dan inilah kata kuncinya suatu kesepakatan harus tumbuh dan berkembang.
Contoh suatu kesepakatan :
Misalkan, Di awal-awal rumah tangga : saya suami bagiannya adalah memasak dan ke pasar, sedangkan istri mencuci pakaian dan perabotan rumah tangga dan juga bersih bersih ruangan. Kemudian kalau lagi istri hamil gimana ?, itu bermain peran juga, dan evaluasinya kesepakatan selalu berubah, kemudian ketika punya anak satu gimana? dst (itu harus mencirikan tumbuh dan berkembang).
Meminta Maaf
Meminta maaf harus verbal, kata maaf itu hanya untuk orang yang bersalah jangan sampai karena permasalahan sampai menyewa hakim segala hehe, kecuali pelanggaran syariah.
Miss Communication
Masa gara-gara miss communication ataupun tersinggung, masa itu harus menunggu siapa yang salah dulu. jangan sampai adakata kan belum tentu tuh salah, atau sejenisnya. Langsung saja meminta maaf. Karena siapa yang duluan minta maaf dia yang paling baik akhlaknya, cung ^^.
Ta'aruf
Ta'aruf itu harus diisi bareng-bareng daftar pertanyaannya dan yang paling baik adalah yang paling detail, semakin detail semakin baik. Namun jangan sampai dibentuk suasana yang terkesan Interogatif.
Bagaimana Cara Meminta Tolong ?
Istri itu senang ketika ada pekerjaan rumah suaminya langsung membantu tanpa harus mengatakan, responnya cepat.^^
Kasus 6 :
Ketika kemudian suami diminta oleh Istri untuk mencari benda (maka bentuk pandangan laki-laki adalah mengamati (mengerucut), identifikasi , berbeda dengan perempuan dalam mencari/ melihat benda , mereka menyebar). Dan kasus ini membuat istri greget, suruh cari benda aja belum ketemu. lah disini kok. ^^
Hipersensitif
Hipersensitifnya suami ketika dia di PHK namun masih belum menemukan aktivitas atau bekerja. Serasa tidak/ belum bisa mencukupi kebutuhan hidupnya.
Hipersensitifnya istri ketika dia belum memiliki anak, namun sering ditanyakan sana-sini.
Kasus 7 :
Penghasilan Istri lebih besar ketimbang suami itu bisa menimbulkan penyakit hati yakni menyebabkan dirinya serasa lebih independensi.
Ketika menikah, perempuan itu harus merelakan sebagian dari independensinya kepada laki-laki (suaminya).
Semandiri-semandirinya istri harus merelakan sebagian independensinya, karena dengan itu Suami anda akan menjadi 'pahlawan untuk istri dan keluarganya', so sweet ^^.
Coba saja :
Laki-laki memang bisa menjamin semua kebutuhannya, namun laki-laki tidak bisa menjamin hidupnya. begitu kemudian di rumah sendiri , mereka pasti akan merasakan kehilangan istrinya dirumah. Laki-laki tidak bisa sendirian, mending meninggalkan (untuk bekerja) dari pada ditinggalkan (jadi suami rumah tangga hehe).
Kasus 8 :
Melarang istri bekerja atau tidak, ini adalah pertanyaan ?, Laki-laki bisa menjamin semua kebutuhan untuk keluarganyadan dirinya. Namun, kalau laki-laki duluan yang meninggal itu gimana ? setidaknya mereka mempunyai kemandirian setelah suaminya meninggal, kan kita tidak tahu. Memang perlu ruang kemandirian untuk istri, namun tidak memunculkan ego independensi (baca kasus 7).Namun saya seneng kata Ust.Okrizal kurang lebih : "Ibu Rumah tangga itu hebat, pendidik generasi yang hebat dan pencetak peradaban".hehe ^^
Referensi:
Terinspirasi Manajemen Komunikasi Antara Suami Istri (Ust. Cahyadi Takariawan) di Masjid Mardliyyah @ September 2013.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8cJPHhVpd7iV7y30gDWCWkikHEPH1Pf6ZKAMY_mIbeoT2EPQQditHJKMPX61rCmfLvPRX0DAiY0rHQD5i4yLzJVEZSMBm4af4LvTxpSV6VkFRC-dENYq4SKbMN1jYF7sx8IyBMVYioKE/s1600/suami+istri.jpg