Ditengah-tengah rutinitas pekerjaan yang dilakukan kita, Ada yang
pekerjaannya sebagai dosen, ada yang pekerjaannya sebagai mahasiswa dan
ada pekerjaannya yang sebagai karyawan dan pekerjaan lain. Terkadang
kita mengalami titik jenuh atau kejenuhan tersendiri. Dan bercanda bisa
mencairkan suasana ditengah-tengah kepenatan pekerjaan kita. Pada
dasarnya bercanda adalah boleh-boleh saja namun perlu memperhatikan adab
didalam bercanda sehingga bercanda kita tidak malah berbuah dosa dan
kemudharatan. Bercanda kita adalah bercanda yang benar dan bukan dusta.
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam ketika bercanda dengan sahabatnya,
rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam senantiasa bercanda dengan
perkataan yang haq (benar) dan bukan dusta sebagaimana sabda beliau,
“Sesungguhnya saya tidaklah berkata kecuali yang haq (benar).” (HR At-Tirmidzi no. 1990. Syaikh Al-Albani berkata, “Shahih.” (Ash-Shahihah IV/304)).
Begitulah suritauladan kita mengajarkan adab didalam bercanda yakni berkata yang haq (benar).
Berikut contoh bagaimana rasulullah bercanda ;
Diriwayatkan dari Anas radhiallahu ‘anhu bahwasanya seseorang mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia pun berkata, “Ya Rasulullah! Angkatlah saya (ke atas onta)!” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengatakan, “Sesungguhnya kami akan mengangkatmu ke atas anak onta.” Lelaki itu pun berkata, “Apa yang saya lakukan dengan seekor anak onta?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bukankah onta-onta perempuan melahirkan onta-onta?”. (HR Abu Dawud no. 5000 dan At-Tirmidzi no. 1991. Syaikh Al-Albani berkata, “Shahih.” (Shahih Sunan Abi Dawud dan Shahih Sunan At-Tirimidzi)).
Beliau mencandai orang tersebut dengan menyebut ontanya dengan anak onta. Orang tersebut memahami perkataan beliau sesuai zahirnya, tetapi bukankah semua onta yang ada adalah anak-anak dari ibu onta?.
Diriwayatkan dari Anas radhiallahu ‘anhu bahwasanya seseorang mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia pun berkata, “Ya Rasulullah! Angkatlah saya (ke atas onta)!” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengatakan, “Sesungguhnya kami akan mengangkatmu ke atas anak onta.” Lelaki itu pun berkata, “Apa yang saya lakukan dengan seekor anak onta?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bukankah onta-onta perempuan melahirkan onta-onta?”. (HR Abu Dawud no. 5000 dan At-Tirmidzi no. 1991. Syaikh Al-Albani berkata, “Shahih.” (Shahih Sunan Abi Dawud dan Shahih Sunan At-Tirimidzi)).
Beliau mencandai orang tersebut dengan menyebut ontanya dengan anak onta. Orang tersebut memahami perkataan beliau sesuai zahirnya, tetapi bukankah semua onta yang ada adalah anak-anak dari ibu onta?.
Diriwayatkan dari Al-Hasan radhiallahu ‘anhu, dia berkata, “Seorang nenek tua mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Nenek itu pun berkata, ‘Ya Rasulullah! Berdoalah kepada Allah agar Dia
memasukkanku ke dalam surga!’ Beliau pun mengatakan, ‘Wahai Ibu si
Fulan! Sesungguhnya surga tidak dimasuki oleh nenek tua.’ Nenek tua itu
pun pergi sambil menangis.
Beliau pun mengatakan, ‘Kabarkanlah kepadanya bahwasanya wanita tersebut tidak akan masuk surga dalam keadaan seperti nenek tua.
Sesungguhnya Allah ta’ala mengatakan:
"Sesungguhnya
kami menciptakan mereka (Bidadari-bidadari) dengan langsung. Dan kami
jadikan mereka gadis-gadis perawan. Penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (QS. Al-Waqi’ah : 35 -37)
Jika kita perhatikan hadits-hadits di atas, maka kita akan mendapatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bercanda pada beberapa keadaan tertentu, tetapi canda beliau tidak mengandung kedustaan dan selalu benar.
Di antara adab-adab bercanda, yakni :
1. Tidak boleh ada kedustaan di dalam canda tersebut.
“Celakalah orang yang berbicara kemudian dia berdusta agar suatu kaum tertawa karenanya. Kecelakaan untuknya. Kecelakaan untuknya."
(HR Abu Dawud no. 4990. Syaikh Al-Albani berkata, “Hasan.” (Shahih Targhib wat-Tarhiib no. 2944)).
2. Tidak boleh ada unsur penghinaan atau pelecehan terhadap agama Islam.
3. Tidak boleh ada unsur ghibah dan peremehan terhadap seseorang, suku atau bangsa tertentu.
4. Tidak boleh mengambil barang orang lain, meskipun bercanda
“Tidak boleh seorang dari kalian mengambil barang saudaranya, baik bercanda maupun serius."
(HR Abu Dawud no. 5003. Syaikh Al-Albani berkata, “Hasan.” (Shahih Sunan Abi Dawud)).
5. Tidak boleh menakut-nakuti orang lain.
“Tidak halal bagi seorang muslim menakut-nakuti muslim yang lain.” (HR Abu Dawud no. 5004, . Syaikh Al-Albani berkata, “Shahih.” (Shahih Sunan Abi Dawud)).
6. Tidak boleh menghabiskan waktu hanya untuk bercanda
“Di antara tanda baiknya keislaman seseorang adalah dia meninggalkan yang tidak bermanfaat baginya.” (HR At-Tirmidzi no. 2317 dan Ibnu Majah no. 3976).
7. Tidak boleh berbicara atau melakukan hal-hal yang melanggar syariat, seperti: menyebutkan ciri-ciri wanita yang tidak halal baginya kepada orang lain, menipu, melaknat dll.
7. Tidak boleh berbicara atau melakukan hal-hal yang melanggar syariat, seperti: menyebutkan ciri-ciri wanita yang tidak halal baginya kepada orang lain, menipu, melaknat dll.
Referensi :
Khutbah Jum'at Mushola FMIPA UGM
http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/bercanda-dan-tertawa-tidak-boleh.html#sdfootnote12sym
http://www.vannchaa.com/wp-content/uploads/2015/02/hari-11-01.jpg