Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,
(QS. Al-Mulk [67] : 2)
Setiap kita sejatinya akan menghadapi ujian di dalam hidup. Ujian hidup adalah suatu keniscayaan bagi makhluk. Allah subhanahu wata’ala menguji hamba-Nya sebagai ujian pembuktian iman seseorang.
Sebagaimana Allah berfirman,
“Alif laam miim,
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?,
Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.
(QS. Al-Ankabut [29] : 1 - 3)
Ujian ataupun musibah dari ujian itu memiliki beberapa tipe dan itu bergantung bagaimana seseorang didalam menyikapinya,
1. Ujian dikatakan sebagai azab, dikatakan demikian manakala seseorang senantiasa berbuat maksiat dan hati orang yang mengalami ujian itu terasa sempit dan berburuk sangka kepada Allah.
2. Ujian dikatakan sebagai tadzkirah atau peringatan, dikatakan demikian manakala seseorang senantiasa menunda-nunda diri taubat dan Allah subhanahu wata’ala memberikan peringatan untuk kembali kepada-Nya dan taat dan hati masih ada sakit dan seseorang tersebut tidak berburuk sangka kepada Allah.
3. Ujian dikatakan sebagai pengangkat derajat seseorang, dikatakan manakala seseorang berprasangka baik kepada Allah dan bisa mengambil pelajaran dan hatinya lapang dan menjadikan sebagai sarana untuk mengangkat derajat keimanan seseorang.
Bagaimanakah watak asli dari manusia ? sejatinya watak asli manusia ialah menerima dan manakala manusia menghadapi musibah maupun ujian kemudian dia menerimanya maka hati dan jiwa akan tenang, tentram dan lapang. contohnya : ketika kita dihina bila hati menerima dengan hati yang menolak mana yang lebih membuat bahagia ? tentu hati yang menerima dan memaafkan.
Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain, (QS. Thaha [20] : 55)
Kalau kita memahami bahwasanya manusia itu asalnya dari tanah. Kita tahu tanah itu senantiasa dibawah artinya tanah itu senantiasa memiliki watak menerima. Tanah itu mau dibor, ditancap, atau dibajak atau ditanami sesuatu atau diinjak ia senantiasa menerima.
Jadi, ujian atau persoalan hidup mungkin bisa sama namun bisa jadi dua orang atau tiga orang yang mengalami ujian yang sama itu menyikapinya berbeda. Mungkin ada yang menyikapinya seperti gelas plastik manakala di jatuhkan dia tidak akan pecah, dan ada yang menyikapinya seperti gelas kaca manakala dijatuhkan dia akan mudah pecah.
Referensi : Khutbah Jum’at bersama Ust. Drs. Syatori Abdurrauf, 9 Oktober 2015
http://image.slidesharecdn.com/dibalikujianadaberkah-130617211020-phpapp02/95/di-balik-ujian-ada-berkah-by-asep-supriatna-asepfakhri-7-638.jpg?cb=1371503563
http://image.slidesharecdn.com/dibalikujianadaberkah-130617211020-phpapp02/95/di-balik-ujian-ada-berkah-by-asep-supriatna-asepfakhri-7-638.jpg?cb=1371503563
0 komentar:
Posting Komentar