Selamat datang di website kami, Haidar Khotir, semoga sajian kami bermanfaat

Bekal Meraih Berkah Ramadhan


Sebagaimana raga, jiwa manusia butuh penghidupan.
Kebutuhan jiwa atau habitat asal jiwa yakni:

Merendah atau tawadhu berarti kita sedang memenuhi kebutuhan jiwa. Bayangkan orang yang sombong benar-benar menyiksa jiwa.

Lapang, jika jiwa ditempatkan disebuah tempat yang lapang, dan memang jiwa tidak menyukai tempat yang sempit. (Benarkah, saat dihina jiwa terasa sempit).

Jernih, jika jiwa ditempatkan pada tempat yang kotor, yang namanya dosa adalah sesuatu yang membuat malu. Jika kita makan ditempat yang kotor, maka itulah jiwa ,dia tidak menyukainya.

Yakin, itu kebutuhannya jiwa, memang jiwa itu sosok yang sangat yakin. yakin kepada Allah. Jiwa akan tersiksa jika dia dikasih keragu-raguan. Yakin,mantap,pasti adalah bagian dari jiwa.

ke-empat kebutuhan jiwa harus dipenuhi.

Penjelasan :

Jiwa yang merendah adalah yang selalu ingat bahwa asal kejadian manusia adalah tanah. dan ini menjawab mengapa kebutuhan jiwa diantaranya adalah merendah.

Jiwa yang lapang adalah jiwa yang selalu ingat bahwa ia pernah bertahan hidup 9 bulan didalam ruang yang sangat sempit yakni kandungan.Jiwa yang lapang akan merasakan luasnya hidup dalam kesempitan dan merasa sempitnya hidup dalam keluasaannya.

Jiwa yang jernih adalah jiwa yang selalu tertetesi air kebeningan bernama fitrah.

Jiwa yang yakin adalah jiwa yang selalu merasa bersama dan dibersamai Allah.

Hubungan Jiwa dengan Puasa (Shaum)

Puasa (Shaum) adalah curahan kebenaran dari langit yang diturunkan Alah agar jiwa manusia kembali ke habitat asalnya.

Manfaat dari Puasa

1. Membiasakan diri untuk sadar bahwa seluruh kelebihan yang ada pada diri kita hanyalah bayangan belaka.

"Tahdziibun Nafsi"

Jika kelebihan berhadapan dengan puasa seperti tidak ada sama sekali.

Orang yang sombong sebenarnya dia hanya bayangan belaka. Mengapa menitik beratkan kelebihan, karena kelebihan biasa menjadikan alat kesombongan.

2. Melaih jiwa dengan membiasakan diri akrab dengan kesusahan.

"Riyaadhatun Nafsi"

Mempersulit diri dilarang, menyusahkan diri (memang puasa itu menyusahkan diri)

"Yang terasa sulit puasa yang wajib atau yang sunnah ?"

Puasa sunnah itu godaannya banyak (yang puasa sedikit juga kan).

Jiwa yang akrab dengan kesusahan itu menjadikan jiwa lebih tersentuh (dengan kebaikan).

"Mudahan yang mana menyentuh jiwa orang yang susah atau jiwa yang tidak terbiasa susah  ?"

Jelas yang susah , apalagi yang terbiasa susah. Maka dengan puasa inilah membuat jiwa semakin lapang.

Maka dekaplah susah dan senang dengan kadar mesranya.

3. Mendidik jiwa untuk senantiasa ikhlas menerima dan mengikuti lika-liku hidup.

Menerima itu tabiat jiwa. Dan lapang itu bisa diperoleh karena bisa menerima.

Hidup itu lika-liku karena ada perintah dan larangan.

4. Melatih diri untuk menjaga batas-batas hidup.

Sebagai contoh :

"Kan cuma tinggal lima menit nih, dan karena kita sadar betul belum adzan jadi kita tahan. Dan kita mengerti akan batasan-batasannya."

Referensi :
Terinspirasi Kajian Ust. Syatori Abdur Rauf, di Mardliyyah .4 Juli 2013
http://hudawadinilhaq.files.wordpress.com/2013/06/ramadhan2.jpg?w=383&h=287







0 komentar:

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes