Ketika seseorang laki-laki sudah terbayang-bayang oleh perempuan (bahkan, sepertinya ini jodoh saya?) , kemudian menyebabkan susah untuk berkonsentrasi maka memang itu sudah mengidentifikasikan seseorang itu hendaknya segera menikah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يا معشر الشباب من اسطاع منكم الباءة فاليتزوج فإنه أغض للبصر وأحصن للفرج ومن لم يستطع فعليه بالصوم فإنه له وجاء
“Wahai sekalian para pemuda, barang siapa di antara kalian telah mampu untuk menikah maka hendaknya ia menikah, karena menikah dapat lebih menundukkan pandangan, dan lebih menjaga kehormatan. Barang siapa yang belum mampu menikah maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa adalah penjaga baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka pada hadits ini Rasulullah memerintahkan bagi orang yang telah kuat syahwatnya akan tetapi belum mampu untuk menikah maka hendaknya ia berpuasa, karena puasa dapat menjadi pemutus syahwat ini, karena puasa menahan kuatnya anggota badan hingga badan bisa terkontrol menenangkan seluruh anggota badan serta seluruh kekuatan (yang jelek) bisa di tahan hingga dapat melakukan ketaatan dan di belenggu dengan kendali puasa.
Disisi lain Orang yang berpuasa, ialah orang yang berani, yakni berani bertindak untuk dan menjadikan puasa sebagai perisai. Insya Allah semua orang mampu berpuasa, dan mungkin jarang dan kemudian susah untuk berpuasa. Dan merekalah orang yang berani, selain itu juga puasa memberikan dampak kesabaran atau sebagai medan untuk melatih kesabaran.
yang dimaksud dengan Istito'ah (mampu) disini ialah memiliki kemampuan untuk menafkahi. Dan posisi kita saat ini sebagai mahasiswa (ialah bagaimana sehingga puasa ini sebagai pemutus syahwat).
Menikah ini, menjadi sunnah ketika seseorang laki-laki sudah susahmenundukkan pandangan, dan udah mulai gelisah dan dan terngiang-ngiang, maka segeralah menikah.hmm
Asas Kemudahan : Hadits-Hadits
"Jika ada orang yang kalian ridhai agamanya dan akhlaknya meminang puteri kalian, maka nikahkanlah ia, jika kalian tidak melakukannya, maka fitah di bumi dan kerusakan besar akan terjadi"
(HR. At Tirmidzi dalam Kitab an Nikaah, dan dishohihkan oleh Syaikh al Albani dalam Shahih an Nasa-i dan al Irwaa')
"Di antara kebaikan wanita ialah memudahkan maharnya"
(HR. Ahmad, dihasankan oleh Syaikh al Albani dalam Shahihul Jaamin dan Al Irwaa')
"Pernikahan yang paling besar keberkahannya ialah yang paling mudah maharnya"
(HR. Ahmad)
"Sebaik-baik pernikahan ialah yang paling mudah"
(HR. Abu Dawud dalam kitab an Nikaah, dan Syaikh al Albani menilainya sesuai syarat Muslim (di Al Irwaa)
Intinya bahwasanya sebaik-baik menikah itu ketika mudah nikahnya, mudah maharnya, dan juga prosesnya.
Rasulullah menikah pada umur 25 tahun (ini bisa di contoh walaupun pada saat itu belum menjadi Rasul).
Sebuah Analogi
Ada kemudian orang menanyakan takut (khawatir) ketika menikah saat kuliah akan menambah-nambah masalah, itu belum tentu.
Intinya bahwa "Mau menikah saat kuliah ataupun tidak pasti ada masalah, namanya manusia tidak bisa jauh dari masalah dan yang terbaik adalah bagaimana menyikapinya dengan baik."
Siapakah Nabi yang paling kaya ?
yakni : Nabi Adam Alaihissalam, beliau tinggalnya di surga, kan. Namun tidak enak kan kalau di surga sendiri. Dan Hawa diciptakan untuk menemaninya dan menjadi pasangannya.
Maka sebahagia kita di dunia ini. maka sangat penting dan memang membutuhkan pasangan. Untuk berbagi suka dan duka.
Iman yang Bermasalah
Kalau Anda melihat aurat lawan jenis kemudian menggalau , bergejolak dan sebagainya.Itu pertanda iman anda sedang bermasalah. Bertaubatlah dan beristighfarlah dan bisa tuh puasa. jadi "Jagalah pandangan Anda"
Ghadhul Bashar adalah perintah Allah, yakni mengenai "Pedoman pergaulan antara laki-laki dan wanita yang bukan "mahram" yakni dalam Surat An-Nuur : 30 - 31
30. Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan
pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci
bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat."
Bagaimana Mengetahui Karakter Seseorang ?
Pertama, Bertanya kepada orang yang mengenalnya (orang itu harus bisa dipegang janjinya dan merahasiakan keorang lain).
Kedua, Saat bepergian jauh, karena memang seseorang akan kelihatan aslinya dalam bepergian jauh.
Panjangnya jenggot dan hitamnya kening bukan merupakan jaminan Iman.
Ketiga, Apakah dia mudah berhutang ?, dan bagaimana akhlak proses berhutang tersebut. Ada orang yang kemudian susah untuk mengembalikan hutang. Dan ketika berhutang jangan mudah bilang pasti besok. Berhutang itu bisa menjadi penyakit dikemudian hari ketika menikah, penyakit mudah berhutang dan ini berbahaya.
Keempat, Pernahkah berkonflik, dan bagaimana akhlaknya ?. Orang yang mudah konflik sebenarnya mengidentifikasikan dirinya memiliki cerminan sikap yang buruk.
Blog, FB dan Tweets Status Bukan Jaminan, namun bisa jadi
Kalau blog atau tweet tidak bisa menjadi jaminan sikap atau karakter seseorang. namun bisa jadi cerminan seseorang.
Di status seseorang dalam sosial media, kita bisa melihat konsistensi kronologinya sehingga kemudian tercerminkan ternyata karakter seperti ini. Dan dunia nyata lebih menjelaskan karakter seseorang.
Yang Lebih baik Mana ?
Yang lebih baik itu dicarikan atau mencarikan, jika anda memiliki pandangan tentang seseorang itu bisa di "share" kan ke orang tua. Karena ridha orang tua itu ridho Allah.
Namun, jika posisinya orang tua itu kurang mengerti hal-hal berkaitan jilbab (Lah ora usah ndo' pakai jilbab terus, ntar ora payu-payu). maka hal-hal terkait "prinsip" jangan diikuti. namun terkait saran-saran boleh lah.
Ketika Akhwat Menawarkan diri Ke-ikhwan
Periksalah betul-betul apakah dia orang yang baik dalam sisi akhlaknya dan agamanya. Kalau anda sudah yakin akan kebaikan agamanya dan anda bisa menawarkan diri kepadanya.
Jika dia (ikhwan) secara kepribadian sudah matang (semisal usia : 40 tahun-an). Anda bisa langsung menawarkan.
Tapi kalau seumuran Anda (Mas-mas ini,hehe) takutnya ialah GR (Gedhe Rasa atau Galau Rasanya) dan itu baiknya melalui perantara orang lain untuk menawarkan diri anda (yaitu yang sebagai perantara itu yaitu orang yang mampu dipegang kalimatnya dan merahasiakan identitas anda), dan juga memperhatikan adab-adabnya.
Menawarkan diri pun bisa menjadi barakah.hmm
Memastikan
Janganlah Anda memastikan ,dia (yang menjadi angan-angan anda) bahwa dia yang terbaik. Anda bisa frustasi ataupun sakit hati ketika dia bukan menjadi pasangan Anda. Katakanlah dalam diri, dia memang baik tetapi yang menjadi pasangan saya kelak adalah yang terbaik.
Perihal Jodoh
Ada orang yang ditetapkan jodohnya di dunia, dan juga jodoh di akhirat (tapi di dunia tidak karena memang belum diberi kesempatan di dunia untuk berjodoh dengan seseorang). Kalau tidak berjodoh meskipun sudah berusaha kalau Allah tidak menetapkan dia jodoh kita maka tidak akan ketemu.
Yang terpenting bukan meninggalnya kita ?
Namun dalam rangka apa kita meninggal atau bagaimana dia meninggalnya ?
Intinya bahwa rejeki yang banyak dan barakahnya juga banyak #ngarep, banyak atau sedikitnya itu kalau menjadikan itu kebaikan dan menjadi pintu-pintu barakah itu baru "excelent".
Kata-kata Ringkas
Sudah saling kenal sebelum nikah, itu banyak juga. Dan itu bukan jaminan harmonis dan barakahnya keluarga.
Baru tahu dia jodoh kita ketika sudah menikah.
Ta'aruf itu di dalam masalah fiqih belum pernah ada bahasannya, dan istilah ini muncul belakangan-belakangan ini. Ta'aruf itu, ya setelah menikah.
Bagaimana Bertutur ke Orang tua ?
Jika dilamar oleh orang yang shalih sedang kita masih kuliah ?
contoh saja :) :
Bu-Pak, inikan sebentar lagi skripsi, dari pada saya galau terus lebih baik menikah ?. Supaya ada yang menemani.
Kaidah sederhana bertutur kepada orang tua, yakni :
- Qaulan Karimah (dengan 'perkataan yang memuliakan')
- Pahami Prinsip orang tua (tunjukkan bahwa kita sudah saatnya dan mandiri)
- Jangan Membantah
- Ajarkan gagasan-gagasan kita.
Referensi :
Terinspirasi Kajian Kamis Sore di masjid Kampus Ugm - pembicara ustadz fauzil adhim - 31 Oktober 2013
http://muslim.or.id/ramadhan/keutamaan-puasa.html
http://haidarkhotir.blogspot.com/2013/04/menghayati-makna-ghadhul-bashar.html
0 komentar:
Posting Komentar