"Berhati-hati dari “duri-duri” dunia agar kita selamat dari kait-kait duri di akhirat ketika melintas di atas Ash-Shirath." Suatu kata-kata yang mengingatkan kita untuk senantiasa mawas diri.
Perjalanan
ini adalah perjalanan yang menegangkan. Fase inilah yang menentukkan
keimanan seseorang, apakah iman yang dia miliki jujur ataukah palsu.
Marilah
kita pahami, Jembatan (shirat) itu berada diatas neraka Jahanam. Dan
setiap hamba akan melewati sesuai kadar amalnya saat masih hidup di
dunia. Ada yang melewatinya dengan cepat seperti kedipan mata, cahaya
kilat, hembusan angin, burung terbang, atau penunggang kudan dan unta.
Ada yang melewatinya seperti orang yang berlari, merangkak, berjalan
cepat atau berjalan biasa. Ada pula yang merangkak dengan sulit sampai
akhirnya selamat sampai ke ujung. Selebihnya berguguran ke dalam neraka
Jahanam.
Berikut gambaran jembatan shirat,
Kemudian didatangkan jembatan lalu dibentangkan di atas permukaan neraka Jahannam. Kami (para Sahabat) bertanya:
"Wahai Rasûlullâh, bagaimana (bentuk) jembatan itu?". Jawab beliau,
"licin (lagi) mengelincirkan. Di atasnya terdapat besi-besi pengait dan
kawat berduri yang ujungnya bengkok, ia bagaikan pohon berduri di
Najd, dikenal dengan pohon Sa'dân ..." (Muttafaqun 'alaih)
Para
Ulama menyebutkan pula bahwa shirâth tersebut lebih halus daripada
rambut, lebih tajam dari pada pedang, dan lebih panas daripada bara api,
licin dan mengelincirkan.
Untuk lebih jelasnya perjalanan shirat ini mari kita pahami hadits yang cukup panjang ini,
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwasanya para sahabat bertanya kepada Rasulullah,
"Wahai Rasulullah apakah pada hari kiamat kelak kita bisa melihat Rabb kita ?" Beliau balik bertanya, "Apakah kalian terhalang dari melihat bulan pada malam bulan purnama yang cerah tanpa awan ?" Para sahabat menjawab, "Tidak." Beliau bertanya lagi, "Apakah kalian terhalang dari melihat matahari pada tengah hari yang cerah tanpa awan ?" Para sahabat menjawab, "Tidak."
Beliau bersabda, "Demikian
pula kalian tidak akan terhalang dari melihat Allah (sebagaimana kalian
tidak terhalang dari melihat matahari di tengah hari atau bulan purnama
saat tidak ada awan)."
Allah mengumpulkan manusia pada hari kiamat kelak, dan berfirman,
"Barang siapa beribadah kepada sesuatu, hendaklah dia mengikuti apa yang dia ibadahi itu !"
Maka
siapa yang menyembah matahari akan mengikuti matahari. Siapa yang
menyembah bulan akan mengikuti bulan. Siapa yang menyembah para thaghut
akan mengikuti para thaghut. Yang tersisa hanyalah umat ini, termasuk di
dalamnya orang-orang munafik. Allah mendatangi mereka dan berfirman,
"Aku adalah Rabb Kalian." Mereka menjawab, "Kami akan tetap bertahan disini sampai Rabb kami datang kepada kami. Jika Rabb kami datang, kami pasti mengenali-Nya."
Maka Allah mendatangi mereka dalam wujud yang mereka kenal, dan berfirman,
"Aku adalah Rabb kalian." Mereka menjawab, "Benar. Engkau adalah Rabb kami."
Mereka pun segera mengikuti-Nya. Lalu diletakkan sebuah jembatan di
atas neraka Jahanam. Aku dan umatku adalah golongan manusia yang pertama
kali melewatinya.
Pada hari itu tiada yang berbicara selain para Rasul, dan doa para Rasul pada saat itu adalah
'Ya Allah, selamatkanlah ! Selamatkanlah !' "Pada jembatan itu ada
jangkar pengait seperti duri As-Sa'dan. Pernahkah kalian melihat dari
As-Sa'dan ?" Para sahabat menjawab, "Pernah, wahai Rasulullah."
Rasullullah bersabda, "Sesungguhnya
jangkar-jangkar pengait itu seperti As-Sa'dan. Hanya saja besarnya
hanya diketahui oleh Allah. Jangkar-jangkar pengait itu menyambar
manusia sesuai kadar amal mereka. Di antara mereka ada yang dibinasakan
dengan amalnya, dan ada pula yang beberapa kali terhenti kemudian bisa
melewatinya dengan selamat." (HR. Bukhari no. 6088 dan Muslim no. 267)
Jembatan Antara Surga dan Neraka
"Jika
orang-orang mukmin telah semalat dari (melewati ash-shirath yang berada
di atas) neraka, mereka akan ditahan di sebuah jembatan di antara surga
dan neraka. Di antara mereka dilakukan proses pembalasan setimpal atas
kezhaliman-kezhaliman yang terjadi semasa mereka hidup di dunia. Jika
mereka telah bersih, mereka akan diizinkan untuk masuk surga. Demi Allah
yang nyawa Muhammad berada di tangan-Nya, sungguh salah seorang di
antara mereka lebih mengetahui rumahnya di surga melebihi pengetahuannya
terhadap rumahnya di dunia." (HR. Bukhari no. 2260)
Jika
orang-orang yang benar telah sukses melewati shirat dan mereka
berhenti di jembatan antara surga dan neraka. Hal ini berkaitan dengan
muamalah. Qishas itu supaya tidak ada dengki, iri dan hasad dibersihkan
supaya masuk surga pada kondisi yang terbaik.
Walaupun ke
zhaliman telah mendapat hukuman setimpal namun hati tetap ada ganjalan.
Supaya bersih dan tidak ada padanya dendam atau ganjalan hati kepada
orang yang zhalim kepadanya. Di Qanthara (jembatan antara surga dan
neraka) inilah ada pembersihan perasaan dongkol dari orang yang di
zhalimi terhadap yang menzhaliminya. Dan orang yang menzhalimi akan
mendapat balasan setimpal.
Dan seseorang tidak diperkenankan masuk surga kecuali ada Qishash (pembalasan) yang sempurna.
Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan syafa’at di padang mahsyar
supaya segera dapat keputusan. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga
meminta kepada malaikat penjaga surga akan membuka pintu sehingga dapat
memasukinya. Dan yang pertama masuk surga adalah umat muhammad.
Di
neraka digiring dalam bentuk rombongan-rombongan. Setiap kali ada satu
rombongan masuk maka ia mencaci maki rombongan sebelumnya. Sebagian
berlepas diri kepada sebagian yang lain. Tidak lagi ikut-ikutan (dalam
hal keburukan) itu bermanfaat. Yang mengajak kepada keburukan (ke
neraka) lepas tangan dari yang diajak, ya keadaannya seperti itu.
Ketika
masuk ke pintu neraka kemudian sudah langsung mendapat siksaan. Mereka
masuk neraka . Orang kafir kekal di neraka selama-lamanya. Allah
menakdirkannya masuk neraka bagi orang kafir. Dan tidak ada detik
akhirnya merasakan siksaan di neraka.
Referensi :
Kajian di Masjid Al-Hidayah Purwosari bersama Ust. Aris Munandar
Buku Perjalanan Ke Akhirat oleh Abu Fatiah Al Adnani
http://almanhaj.or.id/content/3612/slash/0/mengimani-shirth-jembatan-di-atas-neraka/
https://abangdani.wordpress.com/2013/01/02/beberapa-faidah-dari-sebuah-duri/
0 komentar:
Posting Komentar