Selamat datang di website kami, Haidar Khotir, semoga sajian kami bermanfaat

Fiqih Mandi Wajib Hadits ke-39

Kajian Kitab ‘Umdatul Ahkam~Karya Syaikh Abdul Gahni al-Maqdisi~Bab thoharoh 
Hadits ke-39 
Mandi junub ialah mandi yang diwajibkan oleh agama Islam atas orang-orang mukalaf dari kalangan pria maupun wanita untuk membersihkan diri dari hadats besar. 



Dan yang seperti itu sudah ada syari’at dan tuntunan dari baginda Rosululloh SAW. maka apabila mandi jinabat  tidak sesuai syar’i itu berarti dianggap belum sah.
Dan pada kajian kali ini saya akan lebih fokus ke pembahasan berapa kadar dari air yang digunakan ketika mandi jinabat.

Berikut ulasannya,
Rasulullah bersabda :
 
عَنْ أبي جَعْفَر مُحَمَدِ بْنِ عَلِىِّ بْنِ الْحُسيْنِ بْنِ عَلِي بْنِ أبيِ طَالِب رَضِىَ الله عَنْهُمْ أنَّهُ كَانَ هُوَ وَأبُوهُ عنْدَ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ الله وَعِنْدَهُ قَوْمٌ، فسألوه عَنْ الْغُسْلِ فَقَالَ: يَكْفِيكَ صَاعة فَقَالَ رَجُلٌ: مَا يَكْفِيني. فَقَال جَابر: كَانَ يَكْفِى مَنْ هُوِ أوْفَرُ مِنْكَ شَعَراً وَخَير مِنْكَ- يُريدُ رَسُولَ اللهَ صلى الله عليه وسلم- ثُمَّ أمَّنَا في ثوْبٍ . وفي لفظ " كَانَ النبي صلى الله عليه وسلم يُفرِغ المَاءَ عَلى رَأسِهِ ثَلاثَا ".
قال المصنف: الرجل الذي قال: " مَا يَكفينِي" هو الحسن بن محمد بن علي بن أبي طالب رضي الله عنه، أبوه محمد بن الحنفية.

Artinya : Abu Ja'far Muhammad Bi Ali Bin Al Hiusain Bin Ali, menuturkan bahwa dirinya dan bapakna berada di dekat Jabir bin Abdulloh. 

              ketika itu banyak orang berada di sekitar nya yang bertanya tentang masalah mandi. 

              jabir menjawab, “engkau cukup dengan menggunakakan satu sha' air " 

              ada seseorang mengatakan, "itu tidak cukup bagiku."jabir mengatakan, "

           air seukuran itu telah mencukupi orang yang memiliki rambut lebih dari lebat darimu dan lebih baik darimu (yang dumaksud adalah Rosululloh). 

       Nabi lantas mengimami kamu dengan satu pakaian.dalam lafadz yang lain dikatakan, "Rosululloh mengguyur kepalanya dengan air tiga kali." 

            Muhammad bin Ali mengatakan bahwa orang yang berkata, "itu tidak cukup bagiku adalah al hasan bin muhammad Ali bin Abi Tholib, dan bapaknya bernama Muhammad bin Alhanafiyyah.[1]

Hadits di atas menjelaskan tentang kadar ukuran ketika mandi jinabat, 

adapun rincian penjelasannya adalah sebagai berikut,
1.      Biografi Perowi A’la
Ja'far bin Abi Thalib (Arab: جعفر ابن أبي طالب) (dikenal juga dengan julukan Jafar-e-Tayyar) adalah putera dari Abu Thalib (paman dari Nabi Islam Muhammad, dan kakak dari Imam Syi'ah pertama dan Khalifah ke-4 Ali bin Abi Thalib. Ja'far dibesarkan oleh pamannya, Abbas bin 'Abdul Muththalib, karena ayahnya yang miskin dan harus menghidupi keluarga besar.[2]

2.      Kronologis Hadits
Kala itu abu ja'far beserta bapaknya sedang bersama seorang sahabat yang mulia Jabir bin abdillah, dan disekililngnya terdapat pula sebuah kaum. maka kaum tersebut bertanya kepada jabir tentang seberapa cukupkah kadar air yang digunakan di dalam mandi jinabah. maka ia menjawab : cukup dengan satu sha. dan adapun alhasan binmuhammad bin al haniifah bersama mereka, dan ia berkata : sesungguhnya ini takaran yang tidak cukup bagiku untuk mandi jinabah.maka jabir berkata : itu cukup. siapakah yang lebih banyak dan lebih lebat rambutnya dibandingkan kamu, dan yang juga yang lebih baik dari kamu? maka kemudian ia melaksanakannya, kemudian setelah ia mandi dengan 1 sha ia merasakan ketentraman di dalam sholat. yang demikian adalah cukup untuk membersihkan dengan sempurna.[3]

3.      Anjuran Untuk Menggunakan Air Yang Cukup Ketika Mandi Jinabat
Hadits ini mengandung beberapa hukum, diantaranya adalah diwajibkannya mandi ketika dalam keadaan junub. Dan dalam pelaksanaannya haruslah memperhatikan takaran dalam penggunaan air, bahkan ini termasuk dari sunnah.[4]
Adapun dalam takaran sebagaimana yang disebutkan dalam hadits diatas adalah berupa anjuran, dan bukan merupakan suatu batasan sebagaimana dikatakan dalam kitab ihkamul ahkam :

وهذا الحديث: أحد ما يستدل به على الاغتسال بالصاع وليس ذلك على سبيل التحديد وقد دلت الأحاديث على مقادير مختلفة وذلك - والله أعلم –

“Dan hadits ini merupakan dalil atas mandi jinabat dengan 1 sha, namun yang demikian adalah bukan suatu batasan. Dan sungguh telah di sebutkan dalam banyak hadits tentang ukuran yang berbeda beda.[5]
 
Adapun mengenai berapakah ukuran dalam menggunakan air, disitu ada beberapa macam, 

a. Dianjurkan satu sha
Ini sebagaimana terlampir dari hadits diatas yang menerangkan bahwa kadardalam menggunakan air adalah 1 sha.
Adapun satu sha adalah sama dengan 4 mudd, dan 1 mudd sama dengan ukuran senilai dua telapak tangan sedang tidak kecil tidak pula lebar[6]

b. Boleh kurang dari satu sha
Hal ini sebagaimana diterangkan dengan beberapa hadits yakni:

a.     كُنْتُ أَغْتَسِلُ أَنَا وَرَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ فِي إِنَاءٍ وَاحِدٍ يَسَعُ ثَلاَثَةَ أَمْدَادٍ وَقَرِيْباً مِنْ ذَلِك
"Saya mandi bersama Rasulullah shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam dari satu bejana memuat tiga mudd atau sekitar itu". (HR. Muslim).
b.      Hadits 'Aisyah yang lain 
كُنْتُ أًغْتَسِلُ أَنَا وَرَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ مِنْ إِنَاءٍ وَاحِدٍ تَخْتَلِفُ أَيْدِيْنَا فِيْهِ مِنَ الْجَنَابَة
"Saya mandi janabah bersama Rasulullah shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam dari satu bejana dan tangan kami berebutan didalamnya". (HR. Bukhary-Muslim).
c.        
أَنَّ النبي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ وَمَيْمُوْنَةَ كَانَا يَغْسِلاَنِ مِنْ إِنَاءٍ وَاحِد"
Sesungguhnya Nabi shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam dan Maimunah keduanya mandi dari satu bejana". (HR. Bukhary-Muslim).

c. Boleh dengan menggunakan lebih darsi satu sha, tapi disunnahkan menggunakan 1 sha. 
dibolehkan kurang atau lebih dari itu bila terdapat tuntutan kebutuhan sehingga menjadi 3 sha dan sejenisnya. Namun tidak boleh berlebihan menggunakan air ketika wudlu dan mandi, dan dalilnya dalah sebagai berikut,  
  • Dari Annas radhiallahu 'anhu., ia berkata, “Nabi shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam mencuci atau andi dengan satu sha sampai 5 mudd, dan berwudlu dengan satu mudd” (muttafaqun ‘alaih)[7] 
  • diriwayatkan oleh Aisyah :
ُنْتُ أَغْتَسِلُ أَنَا وَرَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ فِي إِنَاءٍ وَاحِدٍ يَسَعُ ثَلاَثَةَ أَمْدَادٍ وَقَرِيْباً مِنْ ذَلِك
"Saya mandi bersama Rasulullah shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam dari satu bejana memuat tiga mudd atau sekitar itu". (HR. Muslim).  
  •  Juga diriwayatkan lagi dari ibnu abbas
أَنَّ النبي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ وَمَيْمُوْنَةَ كَانَا يَغْسِلاَنِ مِنْ إِنَاءٍ وَاحِد
Sesungguhnya Nabi shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam dan Maimunah keduanya mandi dari satu bejana". (HR. Bukhary-Muslim).

4. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa, 
  • wajib bagi setiap orana yang junub untuk mandi jinabah. Dan dalam pelaksanaannya, haruslah sesuai bimbingan Rosululloh.
  • Adapun salah satu dari anjuran beliau adalah agar tidak berboros boros dalam menggunakan air, baik ketika wudlu maupun ketika mandi.
  • Sedangkan mengenai berapa kadar dari air yang digunakan adalah satu sha, boleh lebih, juga boleh kurang jika ada tuntutan dalam pelaksanaannya.

Wallohu A’lam Bishowab
 
Referensi :
1.      Kitab Bukhori dan Muslim (Maktabah Syamilah)
2.      Taisirul ‘Alam Syarh ‘Umdatul Ahkam (Maktabah Syamilah)
3.      Lihat Ihkamul Ahkam oleh  تقي الدين أبو الفتح محمد بن علي بن وهب بن مطيع القشيري (maktabah Syamilah)
4.      Ensiklopedi Islam al Kamil oleh Syaikh Muhammad bin Ibrohim bin Abdulloh at_Tuwaijiri
6.      http://jihadsabili.wordpress.com/category/uncategorized/page/6/


[1] Bukhori dalam bab alghusl hal 525,247
[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Ja%27far_bin_Abi_Thalib
[3] Taisirul ‘alam syarh ‘umdatul ahkam hal 49 bab mandi janabah (maktabah syamillah)
[4] Lihat Ihkamul ahkam oleh  تقي الدين أبو الفتح محمد بن علي بن وهب بن مطيع القشيريhal 76- 77  Maktabah syamilah
[5] ibid
[6] http://jihadsabili.wordpress.com/category/uncategorized/page/6/
[7] Ensiklopedi islam al kamil terjemahan cet. Darusunnah.  oleh syaikh Muhammad bin ibrohim bin abdulloh at_tuwaijiri hal 604

Referensi:
Terinspirasi Oleh Kajian Fiqh Tentang Mandi Wajib di Masjid Al-Hidayah oleh Ustadz Abdul basith , Rabu, 12 September 2012 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3B0F3pyTB_1Vy35kNsfnfGrogg0xQ5trS-8s8rJPpqXI41T0RHZnmMdBTeXcX7zZfsNE9iHZXmKARAodWTmUzHR6d1-DLzwhmjaYw-W0CwPZfL2X5b1TaVVLp6g9ZIoLayTR4DICEk4vH/s1600/59433_146563558716702_103304416375950_219395_5621160_n.jpg

0 komentar:

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes