Selamat datang di website kami, Haidar Khotir, semoga sajian kami bermanfaat

Pluralisme Agama dan Multikulturalisme


Bahasan ini bermanfaat bagi kita untuk mewaspadai, menghindari serta menjauhkan diri dari paham pluralisme yang berkaitan dengan agama. Paham pluralisme dan multikulturalisme sejatinya membahayakan keimanan dan nilai-nilai Tauhid. Pluralis atau keberagaman itu tidaklah masalah, hal ini akan menjadi masalah dan membahayakan manakala menjadi pluralisme, dan lebih membahayakan lagi bila menjadi pluralisme agama yang lahir dari doktrin pluralisme.

Pluralisme,
 
Isme ialah paham atau atau cara memandang segala sesuatu berdasarkan hal itu. Terkait pluralisme disini, pastinya asing dalam agama islam. Karena dalam agama islam jelas disebut dengan aqidah, jelas datangnya dari Al-Quran dan Hadits. Pluralisme itu sendiri lahir dari posmodernisme, yaitu mengenai relativitas kebenaran, yang, anti agama. Karena pada dekade terakhir ini menyatu dengan agama, maka disebutlah pluralisme agama.

Pluralisme adalah perpanjang tanganan dari sekulerime-liberalisme yang gagal. Pluralisme itu sendiri terbagi nenjadi dua. Pertama yang dicetuskan oleh John Hick dan Schuon. Menurut John Hick, pemusatan agama, menuju pemusatan tuhan. Sehingga, agama-agama yang berbeda harus menjadi satu.

Dengan kata lain Pluralisme itu suatu pintu pemikiran yang sangat percaya pada God spot. Pintu-pintu pemikiran akan pluralisme ini masuk pada ranah-ranah seperti ranah intelektual, ranah kegoncangan spiritual, dan juga ranah scientific.

Menurut John Hick, pemusatan agama, menuju pemusatan tuhan. Sehingga, agama-agama yang berbeda harus menjadi satu. Perbedaan-perbedaan agama yang kemudian muncul saat ini, menurut John Hick, hanya disebabkan oleh pengalaman spiritual yang berbeda. Namun pada hakikatnya berpusat atau menuju kepada tuhan yang sama. Kebenaran itu plural, tidak tunggal. Hal inilah yang juga kemudian mendorong Hick untuk mencetuskan teori global di mana merupakan suatu wadah yang menurut Hick adalah suatu hal yang realistis yang dapat merangkul semua agama-agama.

Sedangkan Schuon membagi pendapatnya mengenai pluralisme agama ke dalam dua hal. Pertama secara eksternal, dan yang kedua secara batin. Secara eksternal, adalah apa-apa yang terlihat seperti misalnya ritual peribadatan. Hanya pada tahap ini yang kemudian berbeda, sedangkan pada konsep batin, hampir sama dengan Hick, bahwa pada dasarnya juga menurut Schuon, menuju kepada titik yang sama.

Pluralisme memiliki dua wajah yakni toleransi dimana masing-masing agama, ras, suku dan kepercayaan berpegang pada prinsip masing-masing dan menghormati prinsip dan kepercayaan orang lain. Toleransi diperbolehkan, namun yang kemudian menjadi  tidak tepat adalah toleran tanpa batas hingga terkesan tidak memiliki pijakan. Wajah yang kedua dari pluralisme ialah relativisme kebenaran artinya sudah tidak berpegang dengan dasar apapun dan Masyarakat harus menerima kenyataan bahwa di sana tidak ada kebenaran tunggal (mutlak), artinya semua benar, atau bisa dikatakan pula masyarakat tidak boleh memiliki keyakinan bahwa agama dan kepercayaan mereka itu benar atau paling benar. Bahkan, dalam satu pengertian, Pluralisme mengajarkan bahwa sebenarnya kebenaran itu tidak ada.

Pluralisme berusaha masuk ke Indonesia dan menunjukkan wajah manisnya serta membawa proyek-proyek toleransi dan kerukunan hidup namun juga  terdapat proyek terselubung untuk menyamakan semua agama, yang berujung pada relativitas kebenaran, sampai akhirnya dapat dikatakan, proyek terminasi agama-agama dari skeptisisme, hingga dapat melenyapkan agama-agama.

Oleh karena itu Doktrin atau paham sekularisme, pluralisme, dan liberalisme agama adalah paham yang bertentangan dengan ajaran agama Islam, dan hukumnya haram sesuai fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) no. 7 tahun 2005.

Pandangan agama-agama samawi terkait pluralisme agama,

Agama Katolik menyatakan kalau pluralisme agama-agama tersebut sangat bertentangan dengan ajaran agama Katolik. Mereka menolak pluralisme berdasar dekrit dominic Jesus tahun 2000, karena bagi mereka Jesus Kristuslah satu-satunya pengantar keselamatan.

Agama Protestan, juga sama menolak karena bagi mereka, pluralisme agama dapat memudarkan keislaman terhadap agama yang diyakini.

Sama halnya dengan agama Hindu, dalam agama Hindu, terdapat ajaran yoga, di mana hal tersebut tidak terdapat dalam ajaran agama lain. Sehingga jelas bagi mereka, agama Hindu tidak dapat disamakan dengan agama lain. Walaupun ada yang menyebut agama Hindu itu pluralis, akan tetapi hal tersebut pada hakikatnya hanya terrdapat di dalam kehidupan agama Hindu, sedang tidak di luar.

Dan bagi agama Islam, agama islam pun sama menolak adanya pluralisme agama karena berdasar quran surat Ali-Imran ayat 19 yang artinya Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam, Allah mengutus rasul dan menyuruh kita berdakwah. Dengan adanya pluralisme otomatis akan menghapus perintah berdakwah sekaligus menghapus superioritas islam atas agama yang lain sesuai quran surat Ali-Imran ayat 19 tersebut di atas.

Multikulturalisme,

Secara sederhana, multikulturalisme ialah suatu paham atau konsep dimana sebuah komunitas dalam konteks kebangsaan dapat mengakui keberagaman, perbedaan dan kemajemukan budaya, baik ras, suku, etnis dan agama (Ngainun, Pendidikan Multikultural ; Konsep dan Aplikasi, hal 126).

Jika wacana multikulturalisme yang mengajarkan kepada sseseorang maupun siswa untuk menghargai keberagaman suku, ras, etnis, agama. Maka sesungguhnya Islam sudah mengajarkannya dan mempraktikannya sejak ribuan tahun lalu, sejak zaman Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Akan tetapi, Problem ini muncul manakala muncul wacana yang kemudian dimasuki paham-paham asing, diantaranya pluralisme agama, relativisme kebenaran, humanisme sekuler. Bila sudah dimasuki oleh paham-paham asing maka multikulturalisme ini dapat merusak aqidah umat Islam, merusak moral/adab, merusak pemahaman tentang agama Islam, hal yang demikian ini bukan malah memberikan solusi terhadap disitegrasi bangsa, malah akan menambah problem baru bagi umat Islam.

Referensi :
Seminar Nasional Tantangan Pemikiran Islam Kontemporer diselenggarakan oleh Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor, MIUMI (Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia), dan PKU (Program Kaderisasi Ulama) DIY Gontor dengan Tutorial PAI UNY, DPPA UII, PTM, serta beberapa kampus lain di Yogyakarta, 23 Februari 2015
Misykat - Hamid Fahmi Zarkasyi
http://tutorialpaiuny.com
Modul
Gambar : http://koranfakta.net/wp/wp-content/uploads/2013/07/unity-google.jpg

Penyeberangan Shirath dan 'Jembatan Diantara Surga dan Neraka'

"Berhati-hati dari “duri-duri” dunia agar kita selamat dari kait-kait duri di akhirat ketika melintas di atas Ash-Shirath." Suatu kata-kata yang mengingatkan kita untuk senantiasa mawas diri.

Perjalanan ini adalah perjalanan yang menegangkan. Fase inilah yang menentukkan keimanan seseorang, apakah iman yang dia miliki jujur ataukah palsu.

Marilah kita pahami, Jembatan (shirat) itu berada diatas neraka Jahanam. Dan setiap hamba akan melewati sesuai kadar amalnya saat masih hidup di dunia. Ada yang melewatinya dengan cepat seperti kedipan mata, cahaya kilat, hembusan angin, burung terbang, atau penunggang kudan dan unta. Ada yang melewatinya seperti orang yang berlari, merangkak, berjalan cepat atau berjalan biasa. Ada pula yang merangkak dengan sulit sampai akhirnya selamat sampai ke ujung. Selebihnya berguguran ke dalam neraka Jahanam.

Berikut gambaran jembatan shirat,

Kemudian didatangkan jembatan lalu dibentangkan di atas permukaan neraka Jahannam. Kami (para Sahabat) bertanya: "Wahai Rasûlullâh, bagaimana (bentuk) jembatan itu?". Jawab beliau, "licin (lagi) mengelincirkan. Di atasnya terdapat besi-besi pengait dan kawat berduri yang ujungnya bengkok, ia bagaikan pohon berduri di Najd, dikenal dengan pohon Sa'dân ..." (Muttafaqun 'alaih)

Para Ulama menyebutkan pula bahwa shirâth tersebut lebih halus daripada rambut, lebih tajam dari pada pedang, dan lebih panas daripada bara api, licin dan mengelincirkan.

Untuk lebih jelasnya perjalanan shirat ini mari kita pahami hadits yang cukup panjang ini,

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwasanya para sahabat bertanya kepada Rasulullah,

"Wahai Rasulullah apakah pada hari kiamat kelak kita bisa melihat Rabb kita ?" Beliau balik bertanya, "Apakah kalian terhalang dari melihat bulan pada malam bulan purnama yang cerah tanpa awan ?" Para sahabat menjawab, "Tidak." Beliau bertanya lagi, "Apakah kalian terhalang dari melihat matahari pada tengah hari yang cerah tanpa awan ?" Para sahabat menjawab, "Tidak."

Beliau bersabda, "Demikian pula kalian tidak akan terhalang dari melihat Allah (sebagaimana kalian tidak terhalang dari melihat matahari di tengah hari atau bulan purnama saat tidak ada awan)."

Allah mengumpulkan manusia pada hari kiamat kelak, dan berfirman,

"Barang siapa beribadah kepada sesuatu, hendaklah dia mengikuti apa yang dia ibadahi itu !"

Maka siapa yang menyembah matahari akan mengikuti matahari. Siapa yang menyembah bulan akan mengikuti bulan. Siapa yang menyembah para thaghut akan mengikuti para thaghut. Yang tersisa hanyalah umat ini, termasuk di dalamnya orang-orang munafik. Allah mendatangi mereka dan berfirman,

"Aku adalah Rabb Kalian." Mereka menjawab, "Kami akan tetap bertahan disini sampai Rabb kami datang kepada kami. Jika Rabb kami datang, kami pasti mengenali-Nya."

Maka Allah mendatangi mereka dalam wujud yang mereka kenal, dan berfirman,

"Aku adalah Rabb kalian." Mereka menjawab, "Benar. Engkau adalah Rabb kami."  Mereka pun segera mengikuti-Nya. Lalu diletakkan sebuah jembatan di atas neraka Jahanam. Aku dan umatku adalah golongan manusia yang pertama kali melewatinya.

Pada hari itu tiada yang berbicara selain para Rasul, dan doa para Rasul pada saat itu adalah 'Ya Allah, selamatkanlah ! Selamatkanlah !'  "Pada jembatan itu ada jangkar pengait seperti duri As-Sa'dan. Pernahkah kalian melihat dari As-Sa'dan ?" Para sahabat menjawab, "Pernah, wahai Rasulullah."


السَّعْدَانِ
السَّعْدَانِ

Rasullullah bersabda, "Sesungguhnya jangkar-jangkar pengait itu seperti As-Sa'dan. Hanya saja besarnya hanya diketahui oleh Allah. Jangkar-jangkar pengait itu menyambar manusia sesuai kadar amal mereka. Di antara mereka ada yang dibinasakan dengan amalnya, dan ada pula yang beberapa kali terhenti kemudian bisa melewatinya dengan selamat." (HR. Bukhari no. 6088 dan Muslim no. 267)

Jembatan Antara Surga dan Neraka

"Jika orang-orang mukmin telah semalat dari (melewati ash-shirath yang berada di atas) neraka, mereka akan ditahan di sebuah jembatan di antara surga dan neraka. Di antara mereka dilakukan proses pembalasan setimpal atas kezhaliman-kezhaliman yang terjadi semasa mereka hidup di dunia. Jika mereka telah bersih, mereka akan diizinkan untuk masuk surga. Demi Allah yang nyawa Muhammad berada di tangan-Nya, sungguh salah seorang di antara mereka lebih mengetahui rumahnya di surga melebihi pengetahuannya terhadap rumahnya di dunia." (HR. Bukhari no. 2260) 

Jika  orang-orang yang benar telah sukses melewati shirat dan mereka berhenti di jembatan antara surga dan neraka. Hal ini berkaitan dengan muamalah. Qishas itu supaya tidak ada dengki, iri dan hasad dibersihkan supaya masuk surga pada kondisi yang terbaik.

Walaupun ke zhaliman telah mendapat hukuman setimpal namun hati tetap ada ganjalan.  Supaya bersih dan tidak ada padanya dendam atau ganjalan hati kepada orang yang zhalim kepadanya.  Di Qanthara (jembatan antara surga dan neraka) inilah ada pembersihan perasaan dongkol dari orang yang di zhalimi terhadap yang menzhaliminya. Dan orang yang menzhalimi akan mendapat balasan setimpal.

Dan seseorang tidak diperkenankan masuk surga kecuali ada Qishash (pembalasan) yang sempurna.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan syafa’at di padang mahsyar supaya segera dapat keputusan. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga meminta kepada malaikat penjaga surga akan membuka pintu sehingga dapat memasukinya.  Dan yang pertama masuk surga adalah umat muhammad.

Di neraka digiring dalam bentuk rombongan-rombongan. Setiap kali ada satu rombongan masuk maka ia mencaci maki rombongan sebelumnya. Sebagian berlepas diri kepada sebagian yang lain. Tidak lagi ikut-ikutan (dalam hal keburukan) itu bermanfaat. Yang mengajak kepada keburukan (ke neraka) lepas tangan dari yang diajak, ya keadaannya seperti itu.

Ketika masuk ke pintu neraka kemudian sudah langsung mendapat siksaan. Mereka masuk neraka . Orang kafir kekal di neraka selama-lamanya. Allah menakdirkannya masuk neraka bagi orang kafir. Dan  tidak ada detik akhirnya merasakan siksaan di neraka.

Referensi :
Kajian di Masjid Al-Hidayah Purwosari bersama Ust. Aris Munandar
Buku Perjalanan Ke Akhirat oleh Abu Fatiah Al Adnani
http://almanhaj.or.id/content/3612/slash/0/mengimani-shirth-jembatan-di-atas-neraka/
https://abangdani.wordpress.com/2013/01/02/beberapa-faidah-dari-sebuah-duri/

Memahami Hak Tetangga dalam Islam


“Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya, sampai ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Keutamaan tetangga,

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang memiliki hubungan kerabat dan tetangga yang bukan kerabat, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri” (QS. An Nisa: 36)

Hadits,

” Jibril ‘alaihissalam senantiasa (terus-menerus) berpesan kepadaku (untuk berbuat baik) dengan tetangga,sehingga aku mengira bahwasanya dia akan memberikan hak waris kepada tetangga.” (HR. Al-Bukhari no. 6014 dan 6015, Muslim no. 6852 dan 6854, dan imam-imam ahli hadits lainnya)

”Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia menghormati tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya.” (HR. Riwayat al-Bukhari no. 5673, 5784 dan 6111 dan Muslim kitab al-Iman bab al-Hats ‘ala Ikraamil Jaar wadh Dhaif no. 182)

Hadits ini sesuatu yang sudah jelas, Keimanan itu ada urutan-urutannya termasuk mencintai (berbuat baik kepada) tetangganya. Jelasnya penafian iman pada seseorang yang tidak cinta kepada tetangganya (hamba-Nya).  Namun hal penafian iman ini tidak sampai mengeluarkannya dari keimanan. Dan orang yang tidak berbuat baik kepada tetangganya itu bisa mengurangi kesempurnaan keimanan.

"Dari Anas bin Malik radhiallâhu 'anhu dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tidaklah (sempurna) iman seseorang diantara kalian hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri". (H.R.Bukhari dan Muslim).

Yang dimaksud mencintai disini ialah mencintai dalam hal kebaikan.

Kebanyakan tetangga itu menjadi pesaing dalam segala hal. Oleh karenanya didalam ketaatan dan kebaikan dari urusan-urusan kita bersama tetangga kita ialah dibutuhkan jiwa yang lapang, bersabar dan juga diperlukan usaha yang kuat.

Diantara kebaikan-kebaikan atau hak-hak tetangga, diantaranya :

1.    Berbuat lemah lembut, dan kebaikan berlemah lembut ini lebih diutamakan.

Rasulullah bersabda “Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan menyukai kelembutan. Dia memberikan kepada kelembutan apa yang tidak Dia berikan kepada kekerasan dan tidak pula Dia berikan kepada yang lainnya.’’ (HR Muslim).

Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.'' (QS. Ali Imran [3] : 159).

Urutan tetangga yang paling berhak ialah yang paling dekat dengan pintu kita, bisa jadi dari samping, depan maupun belakang.

Dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, dia berkata:

“Wahai Rasulullah, aku memiliki 2 tetangga, kepada yang mana yang aku harus beri hadiah (terlebih dahulu)? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Kepada pintu yang lebih dekat dengan rumahmu.””

2.    Memulai dengan mengucapkan salam kepada mereka.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda : Kalian tidak akan masuk Jannah sampai kalian beriman dan kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan apa yang bisa membuat kalian saling mencintai? Para Shahabat berkata : “Tentu ya Rasulullah..” Sebarkanlah salam diantara kalian”. (HR. Muslim no.54)

3.    Mengunjunginya manakala ia sakit.
4.    Ta’ziyah ketika mereka meninggal dunia.
5.    Kita berikan ucapan selamat manakala mendapat kabar gembira.
6.    Ketika mereka mendapatkan musibah (cobaan) atau terpeleset dalam kesalahan, maka hendaknya kita menjaga perasaannya, membantunya, mengingatkan dengan baik dan menasihati mereka dan jangan sampai menyakiti tetangga dalam bentuk apapun.

“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, ia tidak boleh mendzoliminya dan menyerahkannya (kepada musuh), barangsiapa menolong kebutuhan saudaranya maka Allah akan memenuhi kebutuhannya, Barangsiapa yang meringankan dari seorang mukmin satu kesulitan dan kesulitan-kesulitan dunia, maka Allah akan ringankan untuknya satu kesulitan dari kesulitan-kesulitan Hari Kiamat. Barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim maka akan Allah tutupi (aibnya) pada hari kiamat.” (Muttafaq ‘alaihi)

7.    Tidak mengintip (isi rumah) mereka.

Hadis riwayat Abu Hurairah radhiallahu 'anhu:

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Barang siapa melongok ke dalam rumah suatu kaum tanpa izin mereka, maka mereka boleh mencungkil matanya. (Shahih Muslim No.4016)

Diantara adab bertamu salah satunya ialah ketika mengetok pintu dan mengucapkan salam posisinya menghadap kesamping, dan manakala diperkenankan masuk dia masuk dan manakala tidak diperkenankan masuk maka ia pergi.

8.    Tidak banyak menguping, tidak menggunjing (ghibah) dan mengawasi tetangga serta hendaknya menjaga aib-aib tetangga.

"Barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim maka akan Allah tutupi (aibnya) pada hari kiamat.” (Muttafaq ‘alaihi)

9.    Menjaga mereka dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah.

10.    Menjaga atau memenuhi kebutuhan mereka (tetangga yang kekurangan) ketika ditinggal keluarganya.

Maksudnya tetangga ini berlaku secara umum bukan hanya yang beragama Islam, yang kafir, fasik, saudara kita pun sama halnya memiliki hak-hak sebagai tetangga.

Tetangga yang kafir maka baginya mendapat hak-hak sebagai tetangga adapun tetangga yang muslim maka baginya mendapat hak-hak sebagai tetangga dan hak-hak muslim.

Tetangga muslim dan ia adalah kerabat ia mendapatkan 3 hal yakni memiliki hak-hak sebagai tetangga, sebagai muslim dan hak sebagai kerabat.
Infak atau nafkah yang paling utama ialah mulai dari orang tua, keluarga, kerabat, orang miskin dan fakir. Dan ini yang paling afdhal.

Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan". Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya. (QS. Al-Baqarah [2] : 215)

Harta kita sejatinya semua milik orang tua. Namun kita bagi dan sesuai kebutuhan ada yang untuk orang tua dan ada yang untuk keluarga, kerabat dsb.

11.    Tidak dikatakan seorang mu’min. Dirinya kenyang dan saudaranya lapar.

Dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma, dia berkata: Aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Tidak disebut seorang mukmin yang dia kenyang sedangkan tetangganya lapar.”

Hal ini tidak langsung membuat seseorang keluar dari keimanan, namun hanya saja mengurangi kesempurnaan iman seseorang.

12.    Tidak boleh menutup pintu kita manakala dia ke rumah kita dan ingin mendapatkan keutamaan.

Dari Ibnu ‘Umar radhiallahu ‘anhuma, dia berkata:

“Telah datang kepada kami suatu zaman / masa, di mana tidak ada seorang yang lebih berhak untuk mendapatkan uang dirham dan dinar daripada saudaranya yang Muslim (masa para sahabat Nabi Muhammad yang mulia). Sekarang (masa setelah wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam), kemudian datang masa yang orang itu lebih cinta kepada uangnya (dirham dan dinarnya) daripada kepada saudaranya sesama Muslim. Aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Berapa banyak tetangga pada hari kiamat yang akan bergelantungan memegangi tetangganya, seraya berkata (kepada Allah), “Wahai Rabb-ku, orang ini yang menutup pintunya kepadaku dan dia menghalangi kebaikannya dariku (tidak pernah membantuku).””

13.    Hendaklah bersabar dengan tetangga karena sering kali didalam interaksi terjadi gesekan-gesekan dan bersabar adalah lebih baik. Dan juga bersabar kepada tetangga yang tidak baik.

“Tiga orang yang Allah cintai, seorang yang berjumpa musuhnya dalam keadaan berjihad dan mengharap pahala Allah, lalu berperang sampai terbunuh dan seseorang memiliki tetangga yang mengganggunya lalu ia sabar atas gangguan tersebut dan mengharap pahala Allah sampai Allah cukupkan dia dengan meninggal dunia serta seseorang bersama satu kaum lalu berjalan sampai rasa capai atau kantuk menyusahkan mereka, kemudian mereka berhenti di akhir malam, lalu dia bangkit berwudhu dan shalat.” (Riwayat Ahmad dengan sanad yang shohih) (Lihat Huququl Jaar Fi Shohihis Sunnah wal Atsar, karya Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid hal 32)

"Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas." (QS.Al-Kahfi [18] : 28)

14.Tidak keluar rumah dengan membawa makanan atau buah-buahan yang menimbulkan keirian anak tetangga, dimana orang tuanya tidak mampu membelikannya.

Khara'ithi dan Thabari meriwayatkan dari Umar bin Syu'aib bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Jika engkau membeli buah-buahan, maka berikanlah sebagian kepada tetanggamu. Namun jika kamu tidak melakukannya, maka makanlah dengan sembunyi dan janganlah anakmu keluar rumah dengan membawa makanan tersebut sehingga membuat anak tetanggamu sakit hati."

15. Memperbanyak Kuah Masakan untuk Dibagikan kepada Tetangga

Dari Abi Dzar radhiallahu ‘anhu, dia berkata:

“Kekasihku (Rasulullah) shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberi wasiat kepadaku dengan 3 perkara: Yang pertama, agar mendengar dan mentaati walau yang memimpin adalah seorang budak yang jari-jarinya terputus (cacat). Yang kedua, kalau engkau memasak daging yang berkuah maka perbanyak kuahnya, kemudian lihatlah kepada tetangga-tetanggamu, lalu kau bagi kepada mereka. …”

Referensi :
Terinspirasi Kajian di Asrama Al-Madinah.
Gambar : https://pengajianldii.files.wordpress.com/2014/07/tetangga.jpg?w=300&h=201

Tantangan dan Bagaimana Mendidik Anak dalam Islam


Ketika anak berada pada usia 0 s.d. 4 tahun maka berikanlah berbagai informasi yang baik dan tidak perlu ragu karena pada saat itu otak lebih cepat melebihi cyber optik.

“Wahai Orang-orang yang beriman periharalah dirimu dan keluargamu dari neraka.”

Larangan meninggalkan anak yang lemah (Baca QS. An-Nisa : 9)

Beberapa Tantangan Zaman yang merusak anak diantaranya,

  1. Pornografi dan Pornoaksi ; Prostitusi menghantui rumah kita
  2. Kecanduan Games mampu menghancurkan semangat belajar dan konsentrasi
  3. Kekerasan di sekolah dan lingkungan berakibat menghancurkan mental dan kepribadian anak.
  4. Ideologi dan agama yang membahayakan aqidah anak
  5. Rokok, Narkoba dll

Imam Ibnu Qayyim berkata,

Betapa banyak orang yang menyengsarakan anaknya, buah hatinya di dunia dan akhirat karena ia tidak memperhatikannya, tidak mendidiknya namun justru memfasilitasi syahwat (keinginannya), dia mengira telah memuliakan anaknya padahal dia telah merendahkannya. Dia juga mengira telah menyayangi anaknya padahal dia telah menzhaliminya. Maka hilanglah bagiannya pada anak itu di dunia dan akhirat.
Jika Anda amati kerusakan pada anak-anak, penyebab utamanya adalah ayah. (Tuhfatul maudud 1/242)

Renungkan...

Apakah membekali anak hanya dengan kecerdasan akademis bisa menghadapi semua tantangan zaman ?

Diantaran kebutuhan anak didalam menghadapi kehidupan ialah :

  1. Keimanan yang kuat dan aqidah yang benar sehingga anak tak mudah goyah oleh godaan dunia.
  2. Karaker atau sikap mental yang kokoh supaya anak memiliki kemampuan menyelesaikan masalah, percaya diri, tidak mudah putus asa, mau bekerja sama, kreatif, dll.
  3. Kecerdasan emosi bermanfaat supaya anak memiliki karakter sabar dan komunikatif.

Karakter dan life skill dibangun melalui interaksi bersama anak setiap hari.

Diantara hasil didikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,

  1. Usamah bin Zaid, menjadi panglima pada usia 18 tahun melawan tentara romawi dan mengalami kemenangan.
  2. Abdullah bin Abbas, sudah disertakan dalam musyawarah urusan yang berat di usia remaja. Menyadarkan 20 ribu khawarij dalam satu majelis. Dan ketika ia dewasa menjadi gubernur di Bashrah.

Tradisi keilmuan pada masa kejayaan islam,

Pada Usia 8 s.d. 10 tahun sudah hafal Al-Qur’an. Ketika usia belasan tahun sudah mendalami ilmu hadits, fikih , bahasa dll. Ketika usia 20-an mereka sudah menjadi orang besar.

Diantara penghafal Al-Qur’an di usia dini,
  1. Imam Syafi’i (150 H s.d. 204 H). Hafal Al-Qur’an di usia 7 tahun
  2. Imam Ath-Thabari (224 H s.d. 310 H), ahli tafsir. Hafal Al-Qur’an di usia 7 tahun. Usia 8 tahun menjadi imam shalat. Menulis hadits usia 9 tahun.
  3. Ibnu Qudamah (541 H s.d. 620 H). Hafal Al-Qur’an di usia 10 tahun.
  4. Ibnu Sina (370 H s.d.  428 H), Hafal Al-Qur’an umur 5 tahun.
  5. Ibnu Khaldun (732 H s.d. 808 H). Hafal Al-Qur’an di usia 7 tahun.
  6. As-Suyuti (w : 911 H). Hafal Al-Qur’an sebelum umur 8 tahun, Umar bin Abdul Aziz hafal Al-Qur’an saat masih kecil.
  7. Ibnu Hajar Al-Atsqailani (w:852 H) hafal Al-Qur’an di usia 9 tahun.
  8. Jamaluddin Al-Mizzi (w: 742 H). Hafal Al-Qur’an saat kecil.
Diantara cara mendidik anak yakni :

1. Menasihati dan mengajari saat berjalan bersama

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah guru pertama. Saat beliau memberikan pelajaran, beliau memperhatikan faktor usia dan kemampuan pikirannya. Oleh karena itu, beliau memberikan pengetahuan yang dapat ditampung oleh pemahaman anak dan dapat dicerna oleh pikirannya. Dengan demikian, ilmu itu pun berbekas dalam hati dan tergerak untuk melaksanakannya ke dalam kehidupan. Sebagai buahnya, ilmu dalam dirinya selalu seiring dengan amal.

2. Menarik perhatian anak dengan ucapan lembut

Diantara faktor penumbuh rasa percaya diri anak dan peningkat semangat spiritual serta kondisi psikologisnya ialah memanggil anak dengan namanya, bahkan memanggilnya dengan nama yang paling bagus, dengan julukannya atau dengan sifat baik yang dimiliki si anak.

3. Menghargai mainan anak dan tidak melarangnya bermain

Al Ghazali, "Hendaknya anak dibiasakan berjalan kaki, bergerak dan berolahraga pada sebagian waktu siang agar tidak menjadi anak yang pemalas.

Adanya kaitan yang kuat antara kesehatan jasmani dan kecerdasan.

4. Tidak membubarkan anak yang sedang bermain

Selain penting bagi pertumbuhan mental dan fisik anak, permainan mereka diperlukan sebagaimana orang dewasa memerlukan pekerjaan. Pikirlah dahulu untuk membubarkan mereka saat bermain. kalau untuk memperingatkan karena waktu yang tidak tepat atau membahayakan diri dan orang lain, lakukan dengan penuh bijaksana.

5. Tidak memisahkan anak dari keluarganya

Abu Musa berkata, "Rasulullah melaknat orang yang memisahkan seorang ibu dan anaknya serta antara seseorang dengan saudaranya." Rasulullah juga melarang seseorang duduk di tengah-tengah antara seorang ayah dan anaknya dalam suatu majelis. beliau bersabda, "Janganlah seseorang duduk diantara seorang ayah dan anaknya dalam sebuah majelis.

6. Jangan Mencela Anak

 Al Ghazali,’’ janganlah mengarahkan anak dengan celaan karna anak akan menjadi tarbiasa dengan celaan dan tambah berani melakukan melakukan keburukan.Hendaklah seorang pendidik selalu menjaga dibawa dalam bicara dengan anak .Untuk itu , janganlah ia sering mencela , kecuali sesekali saja bila diperlukan.Hendaknya sang ibu membuat anaknya segan pada ayahnya serta membantu sang ayah mencegah anak dari melakukan ke burukan.’’

7.Mengajarkan Akhlak Mulia

Ibnul Qayyim berkata,’’Di antara aspek yang sangat perlu di perhatikan dalam pendidikan anak adalah persoalan akhlak. Sebab anak akan tumbuh sesuai dengan kebiasaan yang di tanamkan oleh pendidik di masa kecilnya."

8.Mendoakan Kebaikan, Menghindari Doa keburukan bagi sang anak.

Rasulullah SAW bersabda ,’’Ada tiga macam doa yang tidak diragukan lagi,pasti diterima ,yaitu doa orang yang teraniaya ,doa seorang musafir,dan doa orang tua(guru) kepada anaknya .’’ (HR.Tirmidzi).

Orang tua harus dapat mengawal penuh lisannya agar tidak keluar ancaman atau ucapan yang bisa menjadi doa keburukan bagi anak.

9.  Meminta izin berkenaan dengan hak anak

Sahl bin Sa’ad meriwayatkan bahwa disajikan kepada Rasulullah segelas minuman, lalu beliau meminumnya, sedang disebelah kanan beliau terdapat seorang anak dan disebelah kirinya terdapat orang tua. Sesudah minum, beliau bertanya kepada si anak, “Apakah engkau setuju bila aku memberi minum mereka terlebih dahulu ?” Ia menjawab, “Tidak, demi Allah, aku tidak akan memberikan bagianku darimu.” Rasulullah pun menyerahkan wadah itu ke tangannya.

10. Mengajari anak menyimpan rahasia

Abdullah bin Ja’far bercerita, “Pada suatu hari Rasulullah memboncengku di belakangnya. Beliau kemudian membisikkan suatu pembicaraan kepadaku agar tidak terdengar oleh seorang pun.”

11. Makan bersama anak sembari memberikan pengarahan dan meluruskan kekeliruan mereka

Hudzaifah berkata, “Bila kami menghadiri jamuan makan bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, kami tidak berani meletakkan tangan kami terlebih dahului sebelum Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam meletakkan tangannya padanya.”

12. Berlaku adil kepada anak, tanpa membedakan laki-laki atau perempuan

Sudah menjadi kewajiban kepada ayah untuk berlaku adil kepada sesama anaknya dalam urusan-urusan lahiriah yang dapat dilihat dan diketahui oleh anak-anaknya bahkan dalam hal kasih sayang yang bersifat lahiriah. Adapun jika itu ada berkaitan dengan perasaan hati orang tua ada kecenderungan yang lebih kepada salah seorang daripada anak-anaknya maka sang ayah tidak berdosa dalam hal ini.

14. Gali potensi mereka

Menggali potensi yang dimiliki anak agar berkembang dan menjadi sarana percaya diri anak.

15. Mengajari adzan dan shalat

Mengenai shalat, Rasulullah bersabda, “Ajarilah anak-anak kalian shalat sejak usia 7 tahun dan pukullah ia karena meninggalkannya bila telah berumur 10 tahun.”

16. Mengajari anak sopan santun dan keberanian

Diantara keberanian yang beretika ialah anak tidak dibiarkan berbuat sesuatu dengan sembunyi-sembunyi. Al Ghazali mengatakan, "Anak hendaknya dicegah dari mengerjakan apa pun dengan cara sembunyi-sembunyi. Sebab, ketika anak menyembunyikannya berarti dia meyakini perbuatan tersebut buruk dan tidak pantas dilakukan."

Referensi :
Kajian bersama Ust. Arif Rahman Hakim di Masjid Mardliyyah UGM.
Gambar : www.alfatihschool.net

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes