Selamat datang di website kami, Haidar Khotir, semoga sajian kami bermanfaat

Belajar Ilmu Ikhlas


"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus." (QS. Al-Bayyinah [98] : 5)

Secara bahasa, ikhlas berarti bersih dari kotoran dan merubah sesuatu menjadi bersih dan tidak kotor. Kata pokok dari ikhlas adalah khalasha artinya sudah selesai. Ikhlas itu maksudnya ialah ketika kita memberikan sesuatu kepada yang lain kemudian kita tidak mengharapkan sesuatu, artinya sudah selesai dan tidak perlu berharap nantinya kita dapat sesuatu setelah kita memberikan sesuatu.

Bentuk ikhlas yang paling tinggi ialah tidak mengharap sesuatu (sudah selesai).

Apa yang memotivasi kita untuk terus beramal atau berbuat baik atau menjaga diri kita dari keburukan ?

Kita pahami bahwa ikhlas itu bertingkat-tingkat. Salahkah seseorang manakala ia tidak melakukan buruk atau menghindari perbuatan buruk karena takut dosa ?. Salahkah seseorang yang melakukan perbuatan baik karena bermaksud ingin mendapatkan pahala. Maka hal itu masih dikatakan ikhlas. Dan tentulah alangkah baiknya bila kita tidak terlalu berhitung atau hitung-hitungan dengan Allah.

Tak Perlu Pehitungan dengan Allah mengenai sedekah kita, kalau kita sedekah mendapatkan 700 kali lipat dari yang kita beri. Bukankah apa yang diberikan Allah berupa rezeki tidak selamanya harta. Namun bisa seperti kesehatan, umur yang panjang, keberkahan, keharmonisan keluarga dan sebagainya. Intinya kita tidak perlu hitung-hitungan dengan Allah dan mengatakan kalau tidak mendapatkan sampai 700 kali lipat tidak lagi sedekah.

“Setiap amal manusia akan diganjar kebaikan semisalnya sampai 700 kali lipat. Allah Azza Wa Jalla berfirman: ‘Kecuali puasa, karena puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.'” (HR. Muslim no.1151)

Dari hadits ini diambil kesimpulan bahwa satu amal perbuatan itu pahalanya berbeda-beda.

Ada sebuah kisah dari seorang sufiyah yang bernama : "Rabi'ah Al-Adawiyah"

Karena saking ikhlasnya beliau pernah berdoa kepada Allah, 'Jika berkeinginan beramal karena surga maka jangan masukan ke surga-Mu. dan Jika aku menjauhi maksiat karena neraka maka masukan ke neraka-Mu."

Ini artinya bahwa dia beramal dan menjauhi maksiat seperti tidak menginginkan pahala namun ingin mendapatkan keridhaan Allah.

Ingat yang membuat manusia masuk surga karena pahala namun sejatinya karena rahmat Allah. Amalan sesungguhnya hanyalah wasilah untuk mendapat rahmat dari Allah. Dan bagaimana mendapat rahmat Allah kalau tidak diridhai dan bagaimana mendapat rahmat Allah kalau tidak menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Rasulullah dan shalat malamnya

Shalat malam menjadi rutinitas Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Bahkan kaki beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam sampai bengkak lantaran demikian lama berdiri dalam shalat. 'Aisyah, sang istri, merasa terheran dengan ketekunan beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam mengerjakan ibadah ini, padahal dosa-dosa beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam sudah diampuni. Namun beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab keheranan istrinya ini dengan ungkapan:

أَفَلَا أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا

Tidak bolehkah aku menjadi hamba yang sangat bersyukur? [HR al-Bukhâri dan Muslim].

Pentingnya Meluruskan Niat dan Menjaga Keikhlasan

Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya setiap  perbuatantergantung niatnya.  Dan  sesungguhnya  setiap  orang  (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan. (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini mengenai pentingnya kita didalam meluruskan niat, karena kalau kita melakukan sesuatu karena ingin dilihat orang lain maka kita hanya mendapatkan hal tersebut saja. Dan bila kita melakukan sesuatu amalan karena orang lain disebut riya' atau syirik asghar dan yang serupa dengan riya' ialah sum'ah yakni melakukan amalan karena ingin didengar oleh orang lain. Dan selain kita beramal maka mari kita meluruskan niat kita dan menjaga niat kita. Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam khawatir kepada umatnya bila terkena penyakit hati yang bernama syirik asghar yakni riya'.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Maukah kuberitahu tentang sesuatu yang lebih aku khawatirkan menimpa kalian daripada fitnah Dajjal? Para sahabat berkata, “Tentu saja”. Beliau bersabda, “Syirik yang tersembunyi (syirik asghar), yaitu ketika sesorang berdiri mengerjakan shalat, dia perbagus shalatnya karena mengetahui ada orang lain yang memperhatikannya “ (H.R Ahmad dalam Musnadnya, dinilai hasan oleh Syaikh Al Albani)

Ikhlas adalah syarat diterimanya amal yang dilakukan dan amal shalih tersebut sesuai dengan sunnah Rasulullah. Tentu yang dimaksud amal disini ialah amal shalih.

Jangan Berharap Ingin Dilihat Supaya Dikatakan Pemberani atau Pahlawan

“Sesungguhnya manusia pertama yang diputuskan perkaranya pada hari kiamat adalah seorang laki-laki yang mati syahid. Dia dihadapkan, lalu Allah menunjukkan kenikmatan-kenikmatanNya kepadanya, maka dia pun mengenalnya. Allah bertanya, ‘Apa yang telah kamu lakukan padanya?’ Orang itu menjawab, ‘Aku berperang karenaMu sehingga aku mati syahid.’ Allah berfirman, ‘Kamu dusta, akan tetapi kamu berperang agar dikatakan ‘fulan pemberani; dan itu telah kamu dapatkan.’ Kemudian diperintahkan (agar dia diseret di atas wajahnya). Lalu dia pun diseret di atas wajahnya sampai dicampakkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim)

Dari hadits diatas, diantara orang yang mati pada saat perang dan niat ia berperang hanya supaya dikatakan pemberani atau pahlawan dan tujuannya bukan untuk meraih ridha ilahi maka di hari kiamat orang tersebut diseret diatas wajahnya sampai dicampakkan ke dalam neraka. maka dari itu permasalahan niat ini menjadi sangat penting. Karena amalan hati itu ialah niat. Dan seseorang mendapatkan apa yang diniatkan, maka hadapkan hati dan jiwa kita untuk supaya mendapat ridha ilahi.

Syarat diterimanya amal itu ada dua yakni caranya yang benar dan sesuai dengan Rasulullah dan ikhlas hanya untuk mengharap ridha Allah.

Pada hadits yang berkaitan dengan niat (hadits arba'in yang pertama), Ketika kaum muslimin hijrah ke madinah adalah orang yang berhijrah karena ingin menikahi Ummu Qais maka dia kemudian disebut Muhajir Ummu Qais. Maka dari pada itu mari kita senantiasa meluruskan niat hanya kepada Allah.

Bagaimana kita ikhlas hanya kepada Allah ?

Ketika kita memberikan sesuatu kepada orang lain dengan ikhlas atau kita beramal shalih dengan ikhlas maka keikhlasan itu tidak akan mengurangi rizki dan keikhlasan itu justru berbanding lurus dengan rizki. Dan jangan melakukan sesuatu karena berharap imbalan setelahnya. dan jangan sampai keikhlasan kita lenyap dan dibutakan dengan rizki (berupa harta).

Seorang yang mengajarkan ilmu hendaknya ikhlas dan tidak mengharap apa-apa selain dari Allah. Namun pengajar tersebut boleh mengambil upah selama itu kemaslahatan dan seperlunya.

Kisah Pemuda berkelahi dengan syaitan,

Di dalam Kitab “ Talbis Iblis “ ( Tipu-Daya Iblis ) hasil karangan Al-Imam Ibnul Jauzi ( 510H - 597H ) , Bab : III , mukasurat : 23 – Terbitan : Dar Ibn Khaldun , Iskandariah , Mesir ada menyatakan sebuah kisah ( bukan hadist ) :

Suatu ketika dahulu ada sebatang pohon yang disembah oleh masyarakat . Maka datanglah seseorang lelaki yang marah dengan perbuatan syirik masyarakat tersebut dengan kapaknya menuju ke arah pohon itu . Tiba-tiba muncullah syaitan yang menjelma sebagai seorang manusia biasa lalu ia menghalanginya .

“ Apa tujuanmu ke mari ? “ ; tanya orang ( syaitan ) yang menghalang itu .

Jawab lelaki yang memegang kapak itu :“ Aku mau menebang pohon yang disembah oleh manusia ini karena itu merupakan perbuatan menyekutukan ( syirik ) Allah “ .

“ Apa masalahnya jika pohon ini terus disembah oleh masyarakat “ ; tanya syaitan itu lagi .

Si lelaki itu tetap mau meneruskan niatnya .

Syaitan pun membujuk dengan mengatakan : “ Apakah engkau hidup dengan bilik kecil sekarang ? . Begini sajalah . Tidak usahlah engkau menebang pohon ini . Dan sebagai imbalannya , setiap kali engkau bangun dari tidur , di tepimu telah tersedia dua dinar ( uang emas ) “ .

Lelaki itu bertanya lagi : “ Hai , bagaimana mungkin aku mendapatkannya ? “ .

“ Tidak mengapa . Aku yang akan sediakan setiap kali kau bangun dari tidurmu “ ; ujar Sang Syaitan yang melihat bujukannya sudah berhasil .

Keesokan hari , lelaki itu memang mendapati ada dua dinar di tepi bantalnya ketika dia tersadar dari tidurnya . Namun , selepas itu ( lusa ) , tidak ada lagi dua dinar sebagaimana yang dijanjikan sebelumnya.

Lelaki itu pun naik marah lalu bergegas menuju ke pohon itu untuk menebangnya . Tiba-tiba muncullah syaitan sekali lagi dengan rupa sebagai seorang manusia biasa .

“ Apa lagi engkau mau ? “ ; tanya syaitan .

“ Aku mau menebang pohon ini karena marah dengan perbuatan manusia mensyirikkan Allah “ ; jawab pemuda itu .

Syaitan pun berkata : “ Kau penipu ! . Sebenarnya bukan kerana Allah , tetapi kau datang karena menginginkan dua dinar yang aku janjikan kepada engkau sebelum ini . Engkau tidak akan dapat menebang pohon ini “ .

Lalu bertambah marahlah lelaki itu . Maka terjadilah perkelahian di antara lelaki itu dengan syaitan yang menyamar sebagai seorang manusia biasa . Lelaki itu dihempas ke bumi dan hampir saja syaitan itu merenggut nyawanya .

Lalu syaitan itu pun berkata : “ Tahukah engkau aku ini sebenarnya adalah syaitan ? ….. Pada mulanya dahulu engkau datang betul-betul marah dengan ikhlas karena Allah semata. Oleh karena itu aku tidak mampu mengalahkanmu . Namun pada hari ini , engkau datang dalam keadaan marah bukan lagi karena Allah , tetapi karena tidak mendapatkan dua dinar itu , maka aku berhasil mengalahkanmu“ .

Bagaimana supaya bisa ikhlas,Ikhlas itu perlu dilatih sebagaimana sabar perlu dilatih. Misalkan kita sedekah, mungkin pertama kali belum ikhlas namun ketika berkali-kali dilakukan maka in syaa Allah kita akan ikhlas. Dan ketika kita sudah ikhlas kita tidak merasa telah berbuat ikhlas. Sepeti itu jugalah ketika kita beramal, lakukan terus in syaa Allah akan ikhlas juga.

Beberapa Atsar (Perkataan Sahabat atau Tabi'in) yang Penting Tentang Ikhlas

a. Ikhlas adalah Menyembunyikan kebaikan sebagaimana menyembunyikan keburukan

Ya'qub berkata, "Orang ikhlas adalah yang menyembunyikan kebaikan-kebaikan dirinya sebagaimana ia menyembunyikan keburukan-keburukannya."

b. Ikhlas adalah Tidak merasa telah berbuat ikhlas

As-Suusiy berkata, "Ikhlas adalah tidak merasa telah berbuat ikhlas. Barangsiapa masih menyaksikan keikhlasan dalam ikhlasnya, maka keikhlasannya masih membutuhkan keikhlasan lagi."

Merasa ikhlas dan melihat keikhlasan diri adalah 'ujub. Dan itu merupakan salah satu perusak keikhlasan. Amal yang ikhlas adalah yang bersih dari segala jenis perusak keikhlasan.

c. Mengikhlaskan niat jauh lebih sulit dari pada melakukan seluruh aktivitas

Ayyub berkata, "Bagi para aktivis, mengikhlaskan niat jauh lebih sulit dari pada melakukan seluruh aktivitas."

d. Ikhlas sesaat berarti keselamatan abadi

Sebagian Ulama berkata, "Ikhlas sesaat berarti keselamatan abadi. Tetapi ikhlas itu sulit sekali."

e. Ikhlas adalah ketika diri tidak mendapatkan bagian dari apa yang dikerjakan sama sekali

Suhail pernah ditanya tentang sesuatu yang paling berat bagi diri. Ia menjawab, "Ikhlas, sebab dengan ikhlas, diri tidak mendapatkan bagian dari apa yang dikerjakan sama sekali."

f. Meninggalkan suatu amal karena orang lain adalah riya' dan beramal karena orang lain adalah syirik dan ikhlas itu ketika selamat dari keduanya.

Fudhail berkata, "Meninggalkan suatu amal karena orang lain adalah riya'. Sedangkan beramal karena orang lain adalah syirik. Adapun ikhlas adalah ketika Allah menyelamatkanmu dari keduanya."

Referensi :
Kajian bersama Ust. Andi Alief
Tazkiyatun Nafs hlm. 16, Penerbit Pustaka Arafah
http://quran-terjemah.org/
http://www.pesantrenalirsyad.org/ikhlas/
http://almanhaj.or.id/content/3780/slash/0/rasulullah-shallallahu-alaihi-wa-sallam-membangunkan-anggota-keluarga-untuk-qiymullail/
http://muslim.or.id/ramadhan/dahsyatnya-sedekah-di-bulan-ramadhan.html
https://haditsarbain.wordpress.com/2007/06/09/hadits-1-ikhlas/
https://www.facebook.com/permalink.php?id=1402159710082852&story_fbid=1412802475685242
http://istimroor-belajar.blogspot.com/2012/12/pengertian-atsar.html
https://muhsinbudiono.files.wordpress.com/2011/01/lagi-belajar-ikhlas.jpg

0 komentar:

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes