Selamat datang di website kami, Haidar Khotir, semoga sajian kami bermanfaat

Komunikasi dalam Islam


Didalam ilmu komunikasi yang dipelajari, terkadang ada yang sesuai dengan islam dan ada yang tidak sesuai dengan islam. Ilmu komunikasi yang dijadikan kurikulum jarang menjadikan tradisi keislaman sebagai kurikulum didalam ilmu komunikasi tersebut.

Jarang yang mengkaji mengenai etika komunikasi dalam Islam. Dan perlu adanya penelitian dan perlu kelanjutan penelitian. Sebenarnya ada dasar-dasar pers untuk dijadikan landasan komunikasi dengan menggunakan studinya yakni Al-Qur'an dan Al-Hadits.

Komunikasi bukan sekedar berbicara. Ternyata didalam komunikasi didalam berbicara membutuhkan Qaulan Baligha, bukan sekedar kata-kata banyak secara kualitatif tetapi tidak menyentuh (maksudnya : menyentuh jiwa komunikan) dan hendaknya perkataan itu menyentuh jiwanya dan menjadi titik balik yang baik dalam hidupnya.

"Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka (Qaulan Baligha)." (QS. An-Nisaa' [4] : 63)

Dalam komunikasi dibutuhkan komunikator maupun Da'i atau orang yang menyampaikan, komunikan atau orang yang menerima dan media. Dan terkadang komunikator bisa menjadi komunikan. Untuk lebih mudahnya orang yang menyampaikan itu prinsipnya adalah komunikator.

Media,

"Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu."  (QS. Al-Hujuraat [49] : 6)

Ketika seseorang mendapatkan berita dari orang yang fasik maka teliti terlebih dahulu berita tersebut atau verifikasi benar atau tidakkah informasi yang disampaikan komunikator dan perlu dicari siapa yang menyampaikan dan seperti apakah dia. Ini adalah perintah Allah dan rasul-Nya, manakala kita sebagai komunikan atau audiens.

Ayat 6 surat Al-Hujurat inilah yang mewanti-wanti kita supaya tidak sekedar menerima berita dan supaya kita tidak sembrono tanpa mem-verifikasi (terlalu mempercayai) berita yang disampaikan komunikator.

Ketika dilakukan penelitian di tahun 2014. Tentang komunikasi dan Al-Qur'an di negara Melayu dan diadakan studi yang sama mengenai media masa. Dan ketika saya (Ust. Edi Sudilo) membaca surat kabar, mungkin hampir sekitar 90 % surat kabar adalah berkenaan dengan berita negatif. Antara fakta, opini, gosip dan fitnah bercampur menjadi satu dan sebagian audien tidak mempunyai waktu untuk mem-verifikasi. Dan media online pun sama saja, hanya saja menekankan pada kecepatan berita yang di-upload.

Banyak berita online yang dianggap berita yang sesungguhnya. Dan kecepatan beritanya bisa sampai 5 menit, 10 menit dan akan banyak terjadi ralat. Oleh karenanya kita perlu membandingkan dengan media lain dan mencari kebenaran.

Tentang komunikasi masa,

Didalam komunikasi masa perlu keterampilan komunikasi interpersonal dan komunikasi kelompok. Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi internal dalam diri kita dan perlu adanya proses berfikir, berimajinasi dan berdialog kepada diri sendiri.

Komunikasi yang melalui media masa, medianya sedikit namun audiens-nya banyak, audiensinya lebih banyak dibanding komunikasi interpersonal dan kelompok dan juga lebih ada ketentuannya.

Mengenai komunikasi intrapersonal,

Pada saat sekarang seseorang apa yang ada pada dirinya sering ditulis di status dan bisa diakses dan kemudian dikomentari. Lebih baik tidak semuanya yang ada pada diri kita atau pikiran kita tidak selalu update status di media sosial dan sikap yang demikian itu sangat penting.

Komunikasi interpersonal minimal 2 orang. Komunikasi kelompok jangan lebih dari 3 orang dan ada satu tujuan bersama antar orang yang berada pada kelompok itu.

Dan biasanya yang lebih formal adalah komunikasi organisasi. Komunikasi organisasi lebih formal dibanding komunikasi kelompok. Kalau kelompok relatif cair dan tidak se-rigid organisasi.

Dalam komunikasi prinsip umumnya (Dedy Mulyana) ;

1. Setiap perilaku memiliki potensi komunikasi (non-verbal).

Wajah kita itu memiliki potensi atau potensial didalam meng-interpretasikan pesan tertentu sebagaimana juga pakaian dan gerakan tubuh. Oleh karenanya dalam kehidupan kita, kita tidak bisa tidak untuk berkomunikasi sekalipun dengan non-verbal.

Komunikasi itu adalah suatu proses simbolik, yang bahasanya adalah sebuah simbol yang maknanya sudah disepakati pemakainya.

Contoh :

Ketika seseorang berpergian menuju ke negara Cina. Seseorang itu hanya memiliki keterampilan berbahassa inggris dan tidak ada teman atau perwakilan disana yang bisa membantu. Dan di Cina semua kereta api dalam bahasa Cina. Kemudian ketika kita mengira-ira mungkin bisa jadi kita tertinggal kereta api.

Ternyata bahasa itu luar biasa dan berupa simbol yang kemudian disepakati oleh pemakainya. Semua hal yang ditunjukkan kepada orang lain dimana orang lain mengerti dan memahami makna maka itu disebut simbol.

2. Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu

Artinya makna pesan yang disampaikan itu bukan sekedar . Saya menuangkan pesan ini kepada komunikan atau jama'ah. Oleh karenanya dalam komunikasi itu ada konteks ruang. Kita bertemu dalam sore hari bukan pagi hari maka tidak bisa disamakan. Kita bertemu saat hujan bukan saat panas maka itu semua (konteks ruang dan waktu) akan mempengaruhi orang lain.

Contoh :

Ada faktor-faktor yang mempengaruhi informasi kepada orang lain seperti dalam konteks ruang dan waktu. Contoh :

Kapan kita mengadakan pertemuan ?

Untuk kuliah pagi itu sangat berat. Ada mahasiswa yang tertidur atau ngantuk dikarenakan terlalu larut dalam tidurnya (sehingga terjadi perubahan kesehatan yang tidak sehat). Ini tentu akan mengganggu proses komunikasi antara Dosen dan Mahasiswa.

Kalau anda telepon saya jam 9 malam dan saya sedang tidur tentu saya tidak membalasnya, loh sedang tidur. Kalau saya di telpon darurat jam 7 malam dan saya tidak tidur seketika saya angkat. Dan kalau saya telpon jam 4 pagi maka sudah siap mendengarnya atau ready.

Akhirnya, konteks ruang dan waktu perlu disesuaikan komunikator kepada komunikan.

3. Komunikasi itu bersifat sistemik

Sistem internal ialah seluruh sistem yang kita bawa ketika kita berkomunikasi.

Komunikasi itu bersifat sistemik, kita hendaklah mengenali orang lain dan yang akan diajak bicara.

Aa gym,

Teko akan mengeluarkan  apa yang diisi di teko. Didalam teko berisi air putih maka keluarlah air putih dan apabila didalam teko berisi kopi maka keluarlah kopi itu.

Sungguh sistem internal itu akan kebawa dan sifatnya lingkungan dan situasional. Misalkan : tempat, posisi, audiens-nya siapa, cahaya lampu dsb.

Ketika seseorang menghadap kepada komunikator maka itu menuju ke satu sumber. Didalam berbicara kita dapati peserta melingkar dan hal itu jauh lebih demokratis.Ada juga didapati peserta dalam posisi kursi dan meja tersusun secaraa konvesional itu pun menuju ke satu-persatu pusat. Ada suatu hal yang amat penting didalam komunikasi yakni semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektif didalam komunitas. (Comment sense).

Semakin sering berdiskusi dengan sekian banyak orang maka akan semakin mudah untuk berkomunikasi Kita hendaknya sering berkomunikasi dengan orang lain dalam latar belakang yang berbeda.

Komunikasi efektif sudah dianggap efektif manakala penerima (komunikan) bisa memahami maksud dari apa yang disampaikan oleh komunikator, walaupun ada perbedaan pola komunikasi.

Komunikasi dikatakan memiliki unsur komunikatif manakala isi dari yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan ada efek kognitif, pengetahuan dan efektif.

4. Komunikasi itu bersifat prosesual, dinamis dan transaksional.

Prosesual adalah proses komunikasi, waktunya tidak jelas (kapan ia dimulai dan kapan ia diakhiri). Dinamis adalah berubah, tidak stagnan dalam berkomunikasi. Transaksional adalah antar peserta dalam komunikasi saling mempengaruhi, meskipun dengan komunikasi non-verbal atau diam.

Seluruh perilaku kita berpotensial untuk berkomunikasi dengan orang lain (komunikasi non verbal). Dari wajah kita bisa memiliki feed back tersendiri.  Apalagi kalau ditambah dengan komunikasi verbal maka itu akan semakin mempengaruhi dalam komunikasi.

5. Komunikasi itu bersifat Irreversible (tidak dapat balik)

Begitu pesan sudah diutarakan atau dihasilkan maka tidak bisa kita hilangkan pengaruhnya. Kesan yang ditimbulkan dalam komunikasi bisa otonom dan bisa di interpretasikan. Dan setiap kata yang diucapkan tidak bisa diralat dalam pikiran dan kita hanya bisa meralat dan hendaklah dimaklumi karena manusia suatu saat terkadang salah ucap.

Komunikasi yang buruk seperti mengumpat, memaki, dan memarahi itu juga bagian dari komunikasi yang akan mempengaruhi komunikan. Dan orang yang mengumpat, memakin dan memarahi akhirnya ia menyesal atas apa yang dikomunikasikannya. Dan hendaklah meminta maaf kepada komunikan.

Orang yang mengatakan kepada orang lain perkataan yang buruk itu seperti memaku di kayu. Semakin sering mengatakan hal yang buruk maka semakin banyak paku yang menancap ke kayu dan ketika meminta maaf maka paku itu satu persatu tercabut namun masih meninggalkan bekasnya dan itu sulit untuk dilupakan. Maka hendaklah berhati-hati dalam berbicara.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam : “Berilah aku wasiat”. Beliau menjawab, “Engkau jangan marah!” Orang itu mengulangi permintaannya berulang-ulang, kemudian Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Engkau jangan marah!” (HR al-Bukhâri)

Kalau tenggorokan terbuat dari gelas. betapa kita menjaga supaya gelas itu tidak pecah. Maka itulah perumpamaan bahwa berbicara ada tata krama, tempat, dan caranya.

Komunikasi non verbal secara umum adalah komunikasi yang dilakukan tanpa menggunakan kata-kata. Dalam komunikasi interpersonal pada forum atau liqo komposisinya kebanyakan adalah non verbal. Kalau dinominal 38 % suara (warna suara, naik turunya suara) , 55 % ekspresi wajah, 7 % verbal. Itulah sebabnya dalam setiap orang diberi isi atau materi yang sama namun dampaknya berbeda karena cara menyampaikannya berbeda.

Komunikasi non verbal lah yang menentukan makna dalam komunikasi interpersonal. Komunikas non-verbal termasuk komunikasi yang efektif. Komunikasi non verbal dengan menggunaan perasaan seperti sedih dan bersimpati.

Komunikasi non verbal ada yang sifatnya alamiah dan ada yang dimanipulasi.

Alamiah sebagai contoh ketika kita ketakutan, gugup, deg-degan, pip panas, keringat dingin mengucur deras dalam kasus ujian skripsi.

Komunikasi non verbal itu ada banyak sekali seperti :

a. Komunikasi Visual

Komunikasi Visual itu dibagi menjadi 3 yakni :

[1] Kinestetik

Menggunakan seluruh anggota tubuh atau sebagian anggota tubuh.

Contohnya :

Spasial adalah berbagai macam perasaan itu tervisualkan dengan wajah.
Gestural adalah komunikasi dengan mata, gerakan kepala, gerakan tangan, dsb.
Postural adalah komunikasi dengan postur tubuh ketika akan berkomunikasi.

[2] Prokselik

Artinya ada jarak dan ruang.

Berkomunikasi bisa dengan jarak yang cukup jauh misalkan kuliah atau kajian ilmu. Itu antara pembicara dan pendengar dalam jarak yang cukup jauh. Berkomunikasi bisa juga dengan jarak yang dekat misalkan dengan berpelukan, atau mengucapkan salam. Pengaruh jarak dalam komunikasi itu penting karena bisa memberikan keakraban.

Ruang misalkan ruangan yang gelap dan ruangan yang terang. Ruangan yang gelap itu cenderung mengurangi komunikasi begitupun sebaliknya.

[3] Arti faktual

Artinya terlihat, biasanya yang terlihat adalah pakaian atau tubuh, atau image tertentu dan body image.

Pakaian merupakan komunikasi non verbal yang bisa dimanipulasi. Pakaian itu terlihat sebelum suara kita terdengar.

“Hai anak adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid.” (QS. Al A’raf: 31)

b. Komunikasi Auditif

Auditif itu berhubungan dengan menyampaikan pesan atau cara penyampaian pesan lewat nada, kualitas, ritme dan volume suara.

Terkadang kita perlu keras didalam mengucapkan sesuatu, terkadang perlu jeda untuk berfikir dan supaya nadanya pas, terkadang perlu mengatur perkataan supaya tidak terlalu cepat dalam berkata.

c. Komunikasi non Visual dan non Auditif

Komunikasi non Visual dan non Auditif misalnya :

[1] Komunikasi dengan sentuhan, contohnya ketika masih dikandungan Ibu ..Indra sentuhan sebelum pendengaran.
[2] Komunikasi dengan bau-bauan, contohnya seseorang yang mengeluarkan bau-bauan tertentu seperti keringat.

Orang bisa memanipulasi bau-bauan tertentu untuk memberikan kesan tertentu. Bau-bauan parfum termasuk bagian dari komunikasi non verbal.

Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,’Hari ini adalah hari besar yang dijadikan Allah untuk muslimin. Siapa di antara kamu yang datang shalat Jumat hendaklah mandi dan bila punya parfum hendaklah dipakainya. Dan hendaklah kalian bersiwak.
___________________

Grogi adalah manusiawi tinggal bagaimana kita me-manage. Pembicara hebat pun mempunyai rasa grogi.

Ketika kita grogi yang perlu ditanamkan dalam diri ialah

[1] Yang akan disampaikan adalah sesuatu yang benar, maka jangan grogi.

[2] Perlu diketahui siapa yang akan diajak berbicara.

[3] Kebiasaan grogi itu akan pelan-pelan hilang dan berfikirlah positif.

Komunikasi itu berkaitan erat dengan penilaian kita tentang diri kita, penilaian diri kita kepada orang lain dan penilaian orang lain kepada diri kita. Oleh karenanya kita perlu mengenal betul-betul diri kit, mengenal betul-betul potensi potensi kita dan bagaimana kita memandang diri kita dengan konsep diri yang positif.

Jangan sampai hal ini ada dalam diri kita yakni menilai diri negatif seperti

- Rasa Minder
- Kita tidak setara dengan orang lain (dalam hal yang baik)
- Melihat diri kita bodoh

Kalau kita didalam komunikasi minder maka orang lain akan memandang kita sebagai orang yang minder oleh karenanya perbaiki penilaian terhadap diri sendiri dan pandanganlah diri sendiri dengan konsep diri yang positif.

Di media sosial mengenai image building. Jadi sebenarnya apa yang kita posting terus menerus itu sebenarnya diri kita dan orang lain memandang diri kita dengan image tersebut. Kita konsisten secara terus menerus ingin seperti apa diri kita didalam pikiran orang lain. Itu adalah penempatan diri kita di pikiran orang lain. Maka konsistenlah dalam kebaikan.

Referensi :
Kajian komunikasi bersama Ust. Edi Susilo
http://beritaislamimasakini.com/hukum-memakai-parfum.htm
http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/adab-shalat-berjamaah-di-masjid.html
http://www.icct2015.com/wp-content/uploads/2014/11/52.jpg

0 komentar:

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes