Konsep Iman dan amal shalih dalam Islam tidak terpisahkan. Tidaklah disebut amal shalih tanpa Iman dan begitu pun sebaliknya. Iman yang benar dan kuat pasti melahirkan amal shalih.
"Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya
(beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu
dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan
Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar." (QS. Al-Hujurat [49] : 15)
Orang
yang benar-benar keimanannya itu seperti apa ? Orang yang benar-benar
keimanannya itu yakin dengan penuh tanpa adanya keraguan dan hal
demikian akan mewujud dalam bentuk amal shalih. Amal shalih tidak hanya
sekedar dikerjakan namun amal shalih tersebut dikerjakan dengan cara
yang terbaik.
Amal yang jahada dalam
ayat 15 surat al-hujurat ini, yang dimaksud jihad ialah mengerahkan
segala kemampuan dan mengerahkan amal dengan cara dan kualitas terbaik.
Sejatinya
Allah menciptakan kematian dan kehidupan dan menguji siapa yang paling
baik amalnya, dalam amalan ini ada orientasi yang terbaik.
"Yang
menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara
kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun." (QS. Al-Mulk [67] : 2)
Oleh karenanya
didalam mengerjakan suatu amalan hendaknya hingga mencapai kualitas.
Sebagaimana seseorang ketika berpuasa Ramadhan yang didapat bukan hanya
lapar dan dahaga saja, jauh dan lebih dari itu ialah ingin supaya
dosa-dosa terampuni dan menjadikan dirinya menjadi orang-orang yang
bertaqwa.
1. Iman yang benar dan kuat melahirkan amal shalih
2.
Amal dikatakan amal shalih landasannya adalah keimanan kepada Allah
subhanahu wata'ala, bila bukan kepada Allah subhanahu wata'ala maka amal
tersebut tidak bisa dianggap sebagai amal yang shalih.
Amal-amal orang Kafir,
"Dan
orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah
yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi
bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan
didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan
kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat
cepat perhitungan-Nya." (QS. An-Nuur [24] : 39)
Adapun orang-orang kafir, amal-amal mereka seperti fatamorgana di tanah yang datar dan Allah tidak memandangnya amal shalih.
Orang
yang beriman itu perlu dibuktikan dengan amal shalih , amal shalih akan
diterima apabila niatnya ikhlas dan caranya benar sesuai dengan
syari'at (i'tiba rasulullah).Disebut amal shalih bila landasannya iman
kepada Allah.
3. Iman kepada Allah dan Rasul-Nya merupakan amal terbaik
“Wahai
Rasulullah amalan apakah yang paling mulia?”, ia berkata, “Beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya”, kemudian apa?, ia berkata, “Berbakti kepada
kedua orangtua”, kemudian apa?, ia berkata, “Jihad di jalan Allah”.
Hadits ini disepakati akan keshahihannya.
4.
Ayat-ayat Al-Qur'an yang menggandeng antara iman dan amal shalih.
Keduanya tidak bisa dipisahkan. Dan hal inilah point korelasi antara
iman dan amal shalih.
"Demi masa. Sesungguhnya
manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya
mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran." (QS. Al-'Ashr [103] : 1 - 3)
Indikasi
lahiriyah itu ditunjukkan oleh amal shalih yang dilakukan. Sedikitnya
amal shalih menunjukkan lemahnya keimanan misalnya : malas-malasan dalam
beribadah, tidak banyak melakukan ibadah dan cenderung lemah. Indikasi
inilah yang membantu kita untuk mengevaluasi diri kita.
"Wahai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Hasyr [59] : 18)
Bila
amalnya tidak sungguh-sungguh maka ini indikasi bahwa imannya sedan
turun. Sungguh Allah itu melihat dengan cermat apa yang kalian kerjakan
dan tidak pernah sembrono.
Diantara kaidah-kaidah dakwah yaitu :
[1] Mendidik bukan menelanjangi (supaya bila ada kesalahan dari pihak yang kita dakwahi itu tidak menjadikan dakwah kita kaku)
[2] Beri kabar gembira kemudian ancaman.
Teori
Zionis mengatakan bahwa, "Katakan kebohongan atau yang berkaitan dengan
maksiat hingga manusia menganggap kebohongan atau maksiat itu menjadi
sesuatu yang dianggap benar."Oleh karenanya yang perlu kita pahami bahwa
banyak pengikut dalam hal membuat kebohongan atau maksiat maka tidak
boleh dikatakan ajarannya benar begitupun apabila sedikit pengikut dalam
hal kebenaran maka tidak boleh dikatakan ajarannya salah. Oleh
karenanya kita harus memiliki prinsip kebenaran yang kokoh yang tidak
dipengaruhi oleh banyak dan sedikitnya pengikutnya.
[3] Mendakwahkan
[4] Istiqomah dan tawakkal
[5] Berdoa
Amalan Pribadi, akhlak Individu dan Problem Sosial,
Hendaknya
perilaku shalat kita mampu menyelamatkan diri kita dan hendaklah kita
bukan termasuk orang-orang yang lalai shalatnya. Dan bukan hanya ibadah
saja namun juga kita perlu memiliki akhlak individu yang baik. Orang
yang prinsip menjalankan agamanya baik tentu ia juga memperhatikan
problem sosial. Oleh karenanya perlu adanya sikap yang proporsional
terhadap amalan pribadi, akhlak individu dan menyikapi problem sosial.
Oleh karenanya pula ada tuntutan kepada diri kita untuk memanajemen
waktu dan aktivitas.
"Dan Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." (QS. Adz-Dzāriyāt [51] : 56)
"Tahukah
kamu (orang) yang mendustakan agama?. Itulah orang yang menghardik anak
yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka
kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang
lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan
(menolong dengan) barang berguna." (QS. Al-Mā`ūn [107] : 1 - 7)
Tidak
ada yang namanya amal pribadi saling bersinggungan dengan amalan
sosial. Oleh karenanya jadikan aktivitas kita dan kita niatkan segala
aktivitas kita sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah.
Referensi :
Terinspirasi Kajian bersama Ust. Sigit Yulianta di Masjid Kampus UGM
http://dhan.staff.ub.ac.id/berbakti-kepada-orang-tua-bagian-3-2/
0 komentar:
Posting Komentar