Selamat datang di website kami, Haidar Khotir, semoga sajian kami bermanfaat

Menggenggam Ihsan


Setiap ayat yang dimulai dengan "yaa ayyuhalladziina aamanuu" itu adalah penghormatan Allah kepada kita "wahai orang-orang yang beriman" .

"wajilat quluubuhum" (gemetar hati mereka), apakah hati kita manakala mendengar ayat Al-qur'an maka hati mereka gemetar. Apakah diri kita merasakan yang demikian ?.

Setiap yang diawali dengan "yaa ayyuhalladziina aamanuu"  berarti disitu ada perintah dan larangan yang harus diikuti setelah kalimat "yaa ayyuhalladziina aamanuu" .

Perintah dari Allah dalam surat An-Nuur ayat 58 ialah berkenaan mengenai Isti'dzan (meminta izin) bilamana masuk ke ruang orang tua pada waktu-waktu tertentu. 

"Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya'. (Itulah) tiga aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS. An-Nuur [24] : 58) 

Selanjutnya kita akan berbicara tentang Ihsan,

Ihsan ialah jalan jiwa menuju hidup barokah. Hidup barokah ialah hidup dalam ketaqwaan dan hidup yang menimbulkan bunga-bunga kebaikan disepanjang perjalanan hidup kita.

Untuk bisa menuju kepada taqwa seseorang hendaknya menggenggam ihsan. Hidup taqwa merupakan anugerah kepada orang yang ingin berlaku ihsan.

Di surat Ar-rahman ayat 60, "Hal jaza-ul ihsani illal ihsan."

Apapun amalan seperti sedekah, mengaji bila ia kualitasnya ihsan maka ia akan mengantarkan sampai pada hidup taqwa. Maka saat kita shalat maka jadikanlah shalat itu sepenuh jiwa karena itu hubungan kita dengan Allah.

Jiwa hanya bisa sampai pada taqwa dan jiwa tidak akan menemukan yang dicarinya kecuali taqwa. Jiwa tidak akan menemukan jalan ihsan sebelum menemukan jalan islam dan iman.

"inna akramakum 'indallahi atqaakum."

Ciri khas orang yang bertaqwa,

"Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa." (QS.Al-Baqarah [2] : 177) 

Apa itu jiwa ? 

Jiwa ialah jembatan yang akan menentukan seluruh amal kita sampai keharibaan Allah.

Beramal-lah dengan sepenuh jiwa karena amal yang sepenuh jiwa itu memenuhi kualitas ihsan dan amalnya sampai pada derajat taqwa.

Taqwa ialah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah.

Ihsan ialah melakukan segala amal kebaikan dengan sepenuh jiwa. Mengapa jiwa kita belum juga menemukan Ihsan karena jiwa kita masih terguncang oleh diri kita sendiri disebabkan karena perbuatan buruk kita dan maksiat kita.

Kisah Abu Thalhah (seorang shahabat dari kalangan kaum Anshar),

Ketika turun ayat ini:

“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.” (QS. Ali Imran [3] : 92)

Maka Abu Thalhah hendak menyedekahkan kebun kurma yang paling dicintai tersebut di jalan Allah. Hal ini beliau lakukan dalam rangka untuk meraih kebaikan yang sempurna dan pahala dari Allah. Kebaikan yang dapat menghantarkan pelakunya ke surga

Beliau bergegas datang kepada Rasulullah kemudian berkata, “Wahai Rasulullah sesungguhnya Allah berfirman, “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai,” dan sesungguhnya harta yang paling aku cintai adalah kebun kurma, maka kebun kurma tersebut aku sedekahkan untuk Allah ta’ala dan aku mengharap kebaikan dan pahalanya di sisi Allah. Maka gunakanlah kebun itu wahai Rasulullah sebagaimana yang telah diperintakhkan kepadamu.”

Kemudian Rasulullah bersabda, “Sungguh menakjubkan! Itu adalah harta yang sangat menguntungkan, itu adalah harta yang sangat menguntungkan dan aku telah mendengar apa yang kamu katakan. Menurutku lebih baik kamu berikan kepada kerabatmu.”

Rasulullah memandang kerabat-kerabat Abu Thalhah lebih membutuhkan untuk disantuni. Maka beliau menganjurkan Abu Thalhah untuk menyedekahkan kebun kurma tersebut kepada kerabatnya. Mendengar jawaban Rasulullah, Abu Thalhah berkata, “Aku akan melaksanakannya wahai Rasulullah.” Maka Abu Thalhah membagikan kebun kurmanya kepada kerabat dan anak pamannya.

Abu Thalhah telah membuktikan keimanannya. Beliau rela menyedekah harta yang paling dicintainya demi meraih kebaikan yang sempurna. Ini merupakan bukti kesempurnaan iman seorang hamba. Demikian dengan shahabat yang lain. Ketika mereka mendengar ayat ini mereka langsung mencari harta yang paling mereka cintai untuk diinfaqkan di jalan Allah.

Sedekah yang terbaik adalah sedekah yang paling dicintai. Pertanyaannya ringankah kita melakukannya ?.

Referensi :
terinspirasi Kajian di Masjid Nurul Ashri bersama Ust. Syatori Abdurrauf
http://www.darusyahadah.com/menyedekahkan-harta-yang-paling-dicintai.html
https://dakwahwaljihad.files.wordpress.com/2012/04/menggenggam-bara-api.jpg
http://quran.com

0 komentar:

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes