Selamat datang di website kami, Haidar Khotir, semoga sajian kami bermanfaat

5 Hal yang Merusak Puasa Seseorang dalam kitab Ihya’ Ulumuddin


Mari kita evaluasi ibadah puasa kita. Dari sekian hari yang telah dilewati apakah ada perubahan dan ada perbaikan didalam puasa. Mari kita muhasabah mulai dari lisan. Sudahkah lisan kita gunakan hanya untuk perkataan yang baik ?. Lisan atau lidah adalah nikmat yang Allah berikan kepada kita. Lisah ibarat pedang. Lisan itu lebih tajam dari pada pedang. Sekali menyayat didalam hati itu sulit untuk dilupakan. Lisan itu memiliki dua sisi yakni sisi yang pertama ialah lisan ini kita pergunakan untuk senantiasa mengucapkan perkataan yanga baik atau diam dan sisi yang lain ialah lisan yang digunakan oleh orang-orang yang buruk perkataanya yang ia ucapkan. Akibat buruk dari lisan diantaranya  apabila lisan itu tidak dikontrol dan tidak dipergunakan dengan baik maka bisa memicu permusuhan dan perpecahan dsb.

Diantara dosa lisan didalam buku 40 Dosa Lisan Perusak Iman karya Wahid Abdus Salam Bali, sebagai berikut ;

[1] Berkata-kata dalam perkara yang tidak bermanfaat
[2] Terlalu banyak berkata-kata atau berlebihan didalam berkata-kata yang tidak ada manfaatnya
[3] Banyak berkata-kata dalam hal kebatilan atau maksiat
[4] Berkata-kata untuk tujuan berdebat dan/ debat kusir
[5] Berkata-kata yang menimbulkan ketegangan (Bersitegang)
[6] Berkata-kata dengan gaya yang dibuat-buat sehingga tampak fasih agar dipuji orang lain atau pamer kepandaian berbicara
[7] Berkata-kata mesum, jorok dan kotor lisannya
[8] Berkata dengan "dan" yang syirik atau larangan mengatakan 'Tergantung kehendak Allah dan kehendak si Fulan.
"Janganlah katakan, 'Tergantung kehendak Allah dan kehendak si Fulan'. Tetapi katakan, 'Tergantung kehendak Allah kemudian kehendak si Fulan'."
(HR. Abu Dawud, An-nawawi berkata "Sanadnya shahih")
[9] Berkata-kata rahasia atau pembicaraan rahasia atau saat bertiga kemudian yang dua berbicara sendiri dan mengabaikan (membiarkan) yang satu.
[10] Mengumpat
[11] Mengumpat ayam jantan
"Jangalah kalian mengumpat ayam jantan, sebab ia membangunkan kita untuk shalat." (HR. Abu Dawud (4/327), Ibnu Hibban, dan Al-Bazzar)
[12] Mengumpat waktu
[13] Mengumpat Angin
[14] Mengumpat demam
[15] Mengumpat diri
[16] Melaknat
[17] Mencela Jenazah
[18] Mencela Makanan
[19] Menuduh mukmin sebagai kafir
[20] Banyak bercanda
[21] Menghina dan melecehkan
[22] Menyebarkan rahasia atau aib pribadi
[23] Berdusta
[24] Menggunjing (Ghibah)
[25] Mengadu domba atau Namimah yakni orang yang menyebarkan pembicaraan antar sesama dengan tujuan membuat kerusakan
[26] Lisan bercabang dua atau mengadukan perkataan dari dua arah dan ini lebih buruk dari Namimah karena Namimah hanya mengadukan dari satu pihak
[27] Bercerita tentang rahasia suami Istri
[28] Nyanyian
[29] Melantunkan syair yang tak bermutu
"Lebih baik perut seseorang dipenuhi nanah dari pada dipenuhi syair."
(Muttafaqun 'alaih)
[30] Bersumpah dengan nama selain Allah
[31] Bersumpah dengan agama selain Islam
[32] Bersumpah palsu disertai dusta
[33] Perkataan atau persaksian palsu
[34] Menyebut-nyebut pemberian
[35] Memuliakan orang fasik, mubtadi' dan munafik dengan lisan maupun tulisan
[36] Pernyataan, "Kita mendapat hujan karena bintang tertentu"
[37] Seseorang yang mengumumkan barang hilang di masjid (silahkan dipahami dengan maksud hadits ini supaya persepsinya benar -penj)
"Siapa yang mendengar seseorang mengumumkan barang hilang di masjid, maka hendaklah ia menjawab, "semoga Allah tidak mengembalikannya kepadamu. Sebab masjid tidak dibangun untuk tujuan itu."
(HR. Muslim (Syarh An-Nawawi 5/45) , Abu Dawud (4/128) , Ibnu Majah (1/52), dan Ad-Darimi (1/326))
[38] Meminta pertolongan kepada selain Allah
[39] Meminta kelebihan (kelebihan apa saja -penj) kepada selain Allah
[40] Menuduh berzina terhadap wanita beriman

خمس يفطرن الصائم الكذب والغيبة والنميمة واليمين الكاذبة والنظر بشهوة

“5 hal yang merusak puasa seseorang (maksudnya merusak pahala puasa seseorang), yakni :

1. Bohong
2. Ghibah (gosip)
3. Namimah (mengadu domba)
4. Bersumpah palsu
5. Memandang dengan syahwat”.

Riwayat diatas terdapat dalam kitab Ihya’ Ulumuddin Al Ghazali, dan beberapa kitab fiqih juga menyebutkan riwayat senada dengan diatas, seperti Mughni Muhtaj dan lain sebagainya.

Berbohong. Perlu kita introspeksi diri apakah didalam kita menjalani puasa ini ada perbuatan bohong yang kita lakukan maupun yang tidak sengaja kita lakukan. Bisa jadi didalam kita menjanjikan sesuatu kepada orang lain kita bersikap ingkar. Atau kita berusaha menyatakan sesuatu hanya untuk menjaga sesuatu yang kita tutup-tutupi kemudian kita berbohong begitu saja.

Ghibah (gosip). Hendaklah kita tidak mengumbar aib saudara kita sendiri dengan melakukan perbuatan ghibah. Kita perlu introspeksi selama kita berpuasa apakah kita menonton sesuatu di televisi atau di youtube dsb yang menyebabkan kita terjatuh dalam ghibah. Ataukah ketika kita berselancar di media sosial kita melakukan perbuatan ghibah.

Namimah (mengadu domba). Perbuatan sangat jelas membuat suatu perpecahan dan semoga kita selama menjalankan ibadah puasa bisa menghindari perbuatan Namimah. karena bisa jadi ibadah kita Allah subhanahu wata'ala menganggapnya sah namun sejatinya ibadah puasa kita telah rusak.

Bersumpah palsu. Janganlah kita sering-sering mengucapkan sumpah. Perbuatan sering mengucapkan sumpah saja tidak boleh apalagi bersumpah palsu yakni sumpah yang penuh kepalsuan dan dusta. Semoga Allah subhanahu wata'ala menghindarkan kita dari perbuatan bersumpah palsu terutama di bulan puasa.

Memandang syahwat. Manakala kita berpuasa jaga baik-baik pandangan kita. Jangan sampai mudah sekali melirik ataupun memandangnya  lawan jenis apalagi kalau meliriknya ataupun memandangnya dengan syahwat. Maka manakala mau melirik diri kita memimpin diri kita sendiri untuk menjaga supaya tidak memandangnya. Maka mari kita belajar menahan pandangan. Bukan hanya dalam dunia nyata saja. ketika kita berselancar di Internet juga jangan sampai kita tidak pandai didalam menundukan pandangan.

Mari kita jaga ibadah kita. Bukan saja sekedar rutinitas yang kita jalani saja. Namun hendaklah kita memiliki kekhawatiran kalau-kalau ibadah kita tidak diterima oleh Allah. Dan sekali lagi mari kita senantiasa memperbaiki ibadah kita selama di bulan ramadhan ini.


Referensi :
Inspirasi Ceramah Tarawih @ Masjid mujahidin UNY dan Ceramah Subuh bersama Ust. Bilal di Masjid Al-Hidayah Purwosari Sleman.
http://www.muslimahcorner.com/wp-content/uploads/2015/05/ramadhan.jpg

0 komentar:

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes